Pages

Rabu, 31 Oktober 2012

Sutra samanatabhadrotsahana (pertobatan)


Semua kesalahan bagaikan bunga es di atas tanah;
Ketika mentari kebijaksanaan terbit, ia akan hilang
Oleh karena itulah dengan segenap hati
Kita harus sesali kejatuhan keenam indera kita.
(Sutra Samantabhadrotsahana Parivarta)

Semua “kesalahan”pada dasarnya sunya
Manusia bukanlah makhluk suci, bagaimana mereka bisa diharapkan untuk hidup tanpa berbuat kesalahan? Pepatah kuno ini adalah awal yang baik untuk memulai pembahasan ini. Seperti penyakit, perbuatan salah adalah bagian yang tak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Sulit rasanya bagi kita untuk melewatkan satu hari tanpa melakukan kesalahan; sebagian besar dari kita hampir terus menerus melanggar disiplin tubuh, ucapan dan pikiran. Kehidupan “normal” manusia dipenuhi dengan kebohongan, pencurian, mengobrol yang tak perlu, naik pitam, dan kesenangan indrawi yang berlebihan. Bahkan jika kita belajar untuk dapat menguasai tubuh dan mulut kita, banyak yang masih terus melanggar aturan disiplin yang lebih dalam melalui pikiran-pikiran seperti kecemburuan, kemarahan, keirihatian, dendam atau keserakahan.


Rangkuman singkat atas fakta-fakta kehidupan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong perilaku yang tidak baik. Tujuannya hanyalah untuk membantu kita mencapai kehidupan manusia yang seimbang dan masuk akal. Sembari berjuang untuk memahami dan memperbaiki diri, mari kita selalu ingat;

Karma buruk pada dasarnya adalah sunya
Semata produk dari pikiran
Ketika pikiran hening
Kesalahan terlupakan
Ketika pikiran terlupakan
Kesalahan hening
Maka keduanya telah mencapai kesunyaan
Dan inilah yang dinamakan penyesalan sejati.
(Sutra Avatamsaka)

Manusia itu tempatnya kesalahan, ketika kita berbuat kesalahan, kita harus berusaha untuk mengoreksi diri kita sendiri dan tidak mengulang kesalahan yang sama lagi. Perbuatan salah adalah untuk dimengerti dan dikoreksi, bukan untuk terus diratapi. Perbuatan salah yang kita tinggalkan adalah seperti surat yang menandai kemajuan kita.
Sutra Avatamsaka mengatakan;
Terciptanya keserakahan, kemarahan, atau kegelapan bathin yang tidak berawal,
Karma buruk itu lahir dari perbuatan, perkataan dan pikiran dan sekarang aku bertobat akan semua itu.

Makna pertobatan
Pertobatan adalah suatu bagian penting di dalalm praktik Buddhis. Guru-guru Zen sering berkata:”Jangan takuti munculnya bentuk-bentuk pikiran, takuti pengamatan bentuk-bentuk pikiran yang terlambat”.

“Pengamatan bentuk pikiran” berarti introspeksi atau refleksi terhadap cara kerja pikiran kita. Maksud dari pepatah ini adalah bahwa kita tidak usah takut akan bentuk-bentuk pikiran apa saja; yang harus kita takuti adalah mempunyai pikiran jahat atau yang lebih buruk lagi melakukan perbuatan jahat. Bentuk-bentuk pikiran mengalir melalui pikiran secara terus-menerus. Seorang umat Buddha seharusnya tidak perlu takut akan bentuk-bentuk pikiran karena semuanya adalah sunya.

“Pengamatan bentuk pikiran” atau secara terus menerus melakukan refleksi akan bentuk-bentuk pikiran adalah dasar dari pertobatan. Bodhisattva yang bijaksana mengetahui bahwa masa depan ditentukan oleh masa kini. Ia mengetahui bahwa akibat karma disebabkan oleh niatan. Dengan terus menerus mengamati bentuk-bentuk pikirannya, ia memutuskan hubungan dirinya dengan kecenderungan untuk membiarkan bentuk-bentuk pikiran yang tidak terarah berkembang menjadi iblis niat jahat. Pengamatan terhadap bentuk-bentuk pikiran adalah pondasi dari keberhasilan praktik Buddhis.

Di dalam bahasa Cina, kata pertobatan (Chan Hui) adalah perpaduan dari dua kata. Arti yang lebih luas dari perpaduan tersebut mungkin dapat disetarakan dalam bahasa Inggris dengan perpaduan “Penitence-repentance”(Sesal-tobat), ada perbedaan yang halus tetapi penting diantara kedua kata tersebut didalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Cina. “Penyesalan” menekankan pada keadaan pikiran seseorang yang sangat menyadari kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. “Pertobatan” menekankan pada perubahan pikiran dan tekad untuk tidak mengulang kesalahan tersebut.
Sutra altar sesepuh keenam menyebutkan:

Ketika seseorang menyesal, ia menyesali pelanggarannya. Ia menyesali penyebab karma buruk. Ia menyesali kegelapan batin dan kebingungannya, kesombongannya, iri hatinya, cemburunya, dan semua hal lain yang telah diperbuatnya dalam kesalahan itu. Ketika semua pelanggaran disesali sungguh-sungguh dengan serinci-rincinya dan kalau ia tidak pernah melakukannya lagi, maka inilah yang disebut dengan penyesalan.

Ketika seseorang bertobat, ia telah sadar; ia bertekad tidak akan pernah mengulangi pelanggarannya pada masa lalu. Ia bertekad melepaskan diri dari semua sumber karma buruk, dari kegelapan batin dan kebingungan, dari kesombongan, iri hati, cemburu dan semua hal lain yang telah diperbuatnya dalam kesalahan itu. Ketika seseorang bertekad untuk sepenuhnya memutuskan hubungan dengan semua pelanggaran, maka ia dapat dikatakan telah bertobat. Inilah arti dari sesal-tobat (Chan Hui).

Sangat penting untuk dimengerti bahwa ajaran Buddha tidak dipusatkan pada kesalahan atau membuat orang merasa bersalah atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Ajaran Buddha memusatkan pada bagaimana memperbaiki kesalahan. Kesalahan harus dikenali dan harus ditobati. Begitu kesalahan telah di koreksi, kesalahan tidak boleh terus dipikirkan. Perasaan bersalah dan murung yang berlebihan adalah suatu bentuk kemelekatan, sama halnya dengan keserakahan dan cemburu.

Penyesalan bersifat mendasar bagi ajaran Buddha karena penyesalan adalah akar dari perubahan mental dan emosi yang harus mau dijalani oleh semua umat Buddha. Tanpa penyesalan dan rasa malu kita akan menjadi angkuh dan kemajuan kita akan jadi tumpul. Penting juga diketahui bahwa penyesalan bukanlah perasaan muram dan rasa bersalah yang menyiksa yang menghantui kita seperti bayang-bayang selama bertahun-tahun. Pada hakikatnya segala sesuatu adalah Sunya. Kita belajar dan tumbuh dengan mengenali kesalahan kita dan terus maju.

Penyesalan itu bagaikan air Dharma, yang membersihkan kita. Bagaikan rakit yang dapat membawa kita keseberang. Bagaikan obat yang menyembuhkan kita dari sakit. Bagaikan lampu didalam kegelapan yang menerangi jalan. Bagaikan tembok disekeliling kota yang menjaga pikiran dan perasaan kita dari serangan para bandit nafsu keinginan dan keserakahan. Bagaikan jembatan yang membantu menyeberangkan kita dari semua kesulitan dan memasuki jalan Buddha dengan mudah. Bagaikan perangkat indah yang dapat menghias dan membuat Jalan Buddha terlihat lebih menakjubkan.

Sutra Dalam Empat Puluh Dua Bagian menyebutkan “Jika ada kejahatan, itu harus dikenali. Begitu kejahatan telah dikoreksi, kebaikan akan menjadi hasilnya. Begitu kejahatan telah dikurangi, seseorang akan segera melihat kebenaran”.

Ts’ai Ken T’an menyebutkan “Bahkan pelanggaran terbesar pun dapat di tobati”.
Di dalam Vinaya Lima Bagian Buddha berkata “Di dalam Praktik Dharma-Ku, mengenali pelanggaran dan menyesalinya akan membawa kemajuan di dalam perbuatan baik”.     
Dalam pertanyaannya ini, Buddha mengatakan bahwa pertobatan tidak hanya mengurangi karma buruk akibat pelanggaran kita, tetapi juga akan menambah kebaikan dasar kita.

Cara bertobat
Di dalam sutra-sutra Buddhis disebutkan ada banyak cara untuk bertobat. Di dalam Sutra Samantabhadrotsahana Parivarta disebutkan :
Engkau harus bertobat atas perbuatan yang dilakukan oleh pikiran dan tubuhmu. Tubuh : bertobatlah dari semua pembunuhan, pencurian, dan perangai amarah. Pikiran : bertobatlah dari semua pikiran jahat serta sepuluh perbuatan jahat dan lima perbuatan Neraka. Pikiran itu seekor monyet liar. Atau seperti Lem yang menempel kepada apapun melalui keserekahan dan bekerjanya Enam Indera, akar dari Enam Indera menimbulkan cabang dan dedaunan yang berkembang biak di tiga alam kehidupan. Akar dari Enam Indera menimbulkan kegelapan batin, usia tua, dan kematian. Mereka juga menimbulkan lingkaran kehidupan dan kematian dan segala macam kesukaran dan masalah. Engkau harus bertobat atas perbuatan pikiran dan tubuhmu.

Sutra Samantabhadrotsahana Parivarta menyebutkan enam cara untuk melakuakan pertobatan yang benar didalam hidup kita, yaitu :
1.      Memiliki mata yang bertobat. Kejahatan sering di mulai dari mata. Pertama kita melihat sesuatu, lalu pikiran jahat muncul. Dengan memperhatikan diri kita dan tanggapan terhadap hal yang kita lihat, kita dapat mulai bisa mengendalikan sumber-sumber perilaku buruk. Dengan berhati-hati akan pikiran yang muncul dari apa yang kita lihat. Kita akan berhasil untuk tidak menciptakan karma buruk.
2.      Memiliki telinga yang bertobat. Telinga dapat menjadi sumber dari suara-suara yang mengganggu dan mericuhkan. Beberapa jenis suara memiliki kekuatan yang merangsang perilaku dan pikiran yang tidak pantas. Ketika kita merasa terganggu oleh suara-suara seperti itu, menyadari kesunyataan di dalamnya baik sekali. Suara adalah titik pangkal yang bagus untuk memahami kesunyataan karena suara terwujud begitu sementara dan tidak berupa zat.
3.      Memiliki hidung yang bertobat. Nafsu badaniah sering terangsang oleh bau-bauan yang melekat di udara. Kita harus berhenti dan berpikir bagaimana pikiran kita dapat di gerakkan seperti pikiran seekor binatang, dengan ceroboh dan tanpa pertimbangan akan akibat dari sebuah perbuatan.
4.      Memiliki lidah yang bertobat. Lidah adalah salah satu alat terhalus untuk mengekspresikan diri kita. Pada saat yang sama. Kekuatan lidah dapat berubah menjadi jahat. Karma buruk kebanyakan dilakukan oleh ucapan. Waspadai lidah Anda dan pastikan bahwa lidah di gunakan dengan penuh belas kasih dan kebijaksanaan.
5.      Memiliki pikiran yang bertobat. Perbuatan yang di lakukan dengan pikiran yang tidak terlatih akan liar dan tidak teratur seperti monyet mabuk. Ia melompat kesana ke mari semaunya dan lupa dari mana ia datang sebelumnya. Jika kita ingin mengendalikan pikiran kita, kita harus merenungkan Buddha dan mempraktikkan Dharma-Nya setiap saat. Pengamatan secara ketat dan terus-menerus terhadap cara bekerjanya pikiran adalah teknik yang penting bagi kemajuan di dalam ajaran Buddha.
6.      Memiliki tubuh yang bertobat. Semua godaan dan nafsu di dalam kehidupan dipenuhi lewat tubuh. Pikiran adalah sumbernya, tetapi tubuh adalah alatnya, jika kita gagal mengendalikan pikiran kita, tubuh kita akan bergerak ke arah yang salah : kita akan mendapati diri kita berada didekat titik perbuatan yang salah. Berhentilah di sana. Masih belum terlambat. Pikiran masih memimpin dan pada saat-saat terakhir sebelum perbuatan buruk dilakukan. Pikiran masih dapat menghentikan tubuh dan jalurnya. Pada saatnya nanti, Anda akan melihat betapa lebih baiknya suatu perbuatan buruk berhasil di cegah.

Perenungan, meditasi, dan penguncaran sutra adalah jalan yang luar biasa untuk meningkatkan kekuatan pikiran untuk mengamati dan mengendalikan pikiran itu sendiri. Semua karya Buddhis ada untuk membantu kita untuk membantu kita untuk mencapai kemajuan. Segenap Dharma akan berada di sisi anda ketika anda memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik.

Penyesalan dan pertobatan menyelamatkan kita dari hasrat rendah dan membantu kita bangkit ke tingkat kesadaran tertinggi.

Perbuatan jahat kita pada masa lampau
Adalah seperti awan yang menutupi bulan
Keputusan untuk berubah
Adalah seperti obor di dalam kegelapan.
(Sutra Abhutadharma)

0 komentar: