Semua kesalahan
bagaikan bunga es di atas tanah;
Ketika mentari
kebijaksanaan terbit, ia akan hilang
Oleh karena
itulah dengan segenap hati
Kita harus
sesali kejatuhan keenam indera kita.
(Sutra Samantabhadrotsahana Parivarta)
Semua “kesalahan”pada
dasarnya sunya
Manusia bukanlah makhluk suci, bagaimana mereka bisa diharapkan untuk hidup
tanpa berbuat kesalahan? Pepatah kuno ini adalah awal yang baik untuk memulai
pembahasan ini. Seperti penyakit, perbuatan salah adalah bagian yang tak
terhindarkan dalam kehidupan manusia. Sulit rasanya bagi kita untuk melewatkan
satu hari tanpa melakukan kesalahan; sebagian besar dari kita hampir terus
menerus melanggar disiplin tubuh, ucapan dan pikiran. Kehidupan “normal”
manusia dipenuhi dengan kebohongan, pencurian, mengobrol yang tak perlu, naik
pitam, dan kesenangan indrawi yang berlebihan. Bahkan jika kita belajar untuk
dapat menguasai tubuh dan mulut kita, banyak yang masih terus melanggar aturan
disiplin yang lebih dalam melalui pikiran-pikiran seperti kecemburuan,
kemarahan, keirihatian, dendam atau keserakahan.
Rangkuman singkat atas fakta-fakta kehidupan ini tidak dimaksudkan untuk
mendorong perilaku yang tidak baik. Tujuannya hanyalah untuk membantu kita
mencapai kehidupan manusia yang seimbang dan masuk akal. Sembari berjuang untuk
memahami dan memperbaiki diri, mari kita selalu ingat;
Karma buruk
pada dasarnya adalah sunya
Semata produk
dari pikiran
Ketika pikiran
hening
Kesalahan
terlupakan
Ketika pikiran
terlupakan
Kesalahan
hening
Maka keduanya
telah mencapai kesunyaan
Dan inilah yang
dinamakan penyesalan sejati.
(Sutra Avatamsaka)
Manusia itu tempatnya kesalahan, ketika kita berbuat kesalahan, kita harus
berusaha untuk mengoreksi diri kita sendiri dan tidak mengulang kesalahan yang
sama lagi. Perbuatan salah adalah untuk dimengerti dan dikoreksi, bukan untuk
terus diratapi. Perbuatan salah yang kita tinggalkan adalah seperti surat yang
menandai kemajuan kita.
Sutra Avatamsaka mengatakan;
Terciptanya keserakahan, kemarahan, atau kegelapan bathin yang tidak
berawal,
Karma buruk itu lahir dari perbuatan, perkataan dan pikiran dan sekarang
aku bertobat akan semua itu.
Makna
pertobatan
Pertobatan adalah suatu bagian penting di dalalm praktik Buddhis. Guru-guru
Zen sering berkata:”Jangan takuti munculnya bentuk-bentuk pikiran, takuti
pengamatan bentuk-bentuk pikiran yang terlambat”.
“Pengamatan bentuk pikiran” berarti introspeksi atau refleksi terhadap cara
kerja pikiran kita. Maksud dari pepatah ini adalah bahwa kita tidak usah takut
akan bentuk-bentuk pikiran apa saja; yang harus kita takuti adalah mempunyai
pikiran jahat atau yang lebih buruk lagi melakukan perbuatan jahat.
Bentuk-bentuk pikiran mengalir melalui pikiran secara terus-menerus. Seorang
umat Buddha seharusnya tidak perlu takut akan bentuk-bentuk pikiran karena
semuanya adalah sunya.
“Pengamatan bentuk pikiran” atau secara terus menerus melakukan refleksi
akan bentuk-bentuk pikiran adalah dasar dari pertobatan. Bodhisattva yang
bijaksana mengetahui bahwa masa depan ditentukan oleh masa kini. Ia mengetahui
bahwa akibat karma disebabkan oleh niatan. Dengan terus menerus mengamati
bentuk-bentuk pikirannya, ia memutuskan hubungan dirinya dengan kecenderungan
untuk membiarkan bentuk-bentuk pikiran yang tidak terarah berkembang menjadi
iblis niat jahat. Pengamatan terhadap bentuk-bentuk pikiran adalah pondasi dari
keberhasilan praktik Buddhis.
Di dalam bahasa Cina, kata pertobatan (Chan Hui) adalah perpaduan dari dua
kata. Arti yang lebih luas dari perpaduan tersebut mungkin dapat disetarakan
dalam bahasa Inggris dengan perpaduan “Penitence-repentance”(Sesal-tobat), ada
perbedaan yang halus tetapi penting diantara kedua kata tersebut didalam bahasa
Inggris maupun dalam bahasa Cina. “Penyesalan” menekankan pada keadaan pikiran
seseorang yang sangat menyadari kesalahannya dan bertekad untuk tidak
mengulanginya lagi. “Pertobatan” menekankan pada perubahan pikiran dan tekad
untuk tidak mengulang kesalahan tersebut.
Sutra altar sesepuh keenam menyebutkan:
Ketika
seseorang menyesal, ia menyesali pelanggarannya. Ia menyesali penyebab karma
buruk. Ia menyesali kegelapan batin dan kebingungannya, kesombongannya, iri
hatinya, cemburunya, dan semua hal lain yang telah diperbuatnya dalam kesalahan
itu. Ketika semua pelanggaran disesali sungguh-sungguh dengan serinci-rincinya
dan kalau ia tidak pernah melakukannya lagi, maka inilah yang disebut dengan
penyesalan.
Ketika
seseorang bertobat, ia telah sadar; ia bertekad tidak akan pernah mengulangi
pelanggarannya pada masa lalu. Ia bertekad melepaskan diri dari semua sumber karma
buruk, dari kegelapan batin dan kebingungan, dari kesombongan, iri hati,
cemburu dan semua hal lain yang telah diperbuatnya dalam kesalahan itu. Ketika
seseorang bertekad untuk sepenuhnya memutuskan hubungan dengan semua
pelanggaran, maka ia dapat dikatakan telah bertobat. Inilah arti dari
sesal-tobat (Chan Hui).
Sangat penting untuk dimengerti bahwa ajaran Buddha tidak dipusatkan pada
kesalahan atau membuat orang merasa bersalah atas kesalahan yang telah mereka
perbuat. Ajaran Buddha memusatkan pada bagaimana memperbaiki kesalahan.
Kesalahan harus dikenali dan harus ditobati. Begitu kesalahan telah di koreksi,
kesalahan tidak boleh terus dipikirkan. Perasaan bersalah dan murung yang
berlebihan adalah suatu bentuk kemelekatan, sama halnya dengan keserakahan dan
cemburu.
Penyesalan bersifat mendasar bagi ajaran Buddha karena penyesalan adalah
akar dari perubahan mental dan emosi yang harus mau dijalani oleh semua umat
Buddha. Tanpa penyesalan dan rasa malu kita akan menjadi angkuh dan kemajuan
kita akan jadi tumpul. Penting juga diketahui bahwa penyesalan bukanlah
perasaan muram dan rasa bersalah yang menyiksa yang menghantui kita seperti
bayang-bayang selama bertahun-tahun. Pada hakikatnya segala sesuatu adalah
Sunya. Kita belajar dan tumbuh dengan mengenali kesalahan kita dan terus maju.
Penyesalan itu bagaikan air Dharma, yang membersihkan kita. Bagaikan rakit
yang dapat membawa kita keseberang. Bagaikan obat yang menyembuhkan kita dari
sakit. Bagaikan lampu didalam kegelapan yang menerangi jalan. Bagaikan tembok
disekeliling kota yang menjaga pikiran dan perasaan kita dari serangan para
bandit nafsu keinginan dan keserakahan. Bagaikan jembatan yang membantu
menyeberangkan kita dari semua kesulitan dan memasuki jalan Buddha dengan
mudah. Bagaikan perangkat indah yang dapat menghias dan membuat Jalan Buddha
terlihat lebih menakjubkan.
Sutra Dalam Empat Puluh Dua Bagian menyebutkan “Jika ada kejahatan, itu harus dikenali. Begitu kejahatan telah dikoreksi, kebaikan akan menjadi hasilnya. Begitu kejahatan telah dikurangi, seseorang akan segera melihat kebenaran”.
Ts’ai Ken T’an menyebutkan “Bahkan pelanggaran terbesar pun dapat di
tobati”.
Di dalam Vinaya Lima Bagian Buddha berkata “Di dalam Praktik Dharma-Ku,
mengenali pelanggaran dan menyesalinya akan membawa kemajuan di dalam perbuatan
baik”.
Dalam pertanyaannya ini, Buddha mengatakan bahwa pertobatan tidak hanya mengurangi
karma buruk akibat pelanggaran kita, tetapi juga akan menambah kebaikan dasar
kita.
Cara bertobat
Di dalam sutra-sutra Buddhis disebutkan ada banyak cara untuk bertobat. Di
dalam Sutra Samantabhadrotsahana Parivarta disebutkan :
Engkau harus
bertobat atas perbuatan yang dilakukan oleh pikiran dan tubuhmu. Tubuh :
bertobatlah dari semua pembunuhan, pencurian, dan perangai amarah. Pikiran :
bertobatlah dari semua pikiran jahat serta sepuluh perbuatan jahat dan lima
perbuatan Neraka. Pikiran itu seekor monyet liar. Atau seperti Lem yang
menempel kepada apapun melalui keserekahan dan bekerjanya Enam Indera, akar
dari Enam Indera menimbulkan cabang dan dedaunan yang berkembang biak di tiga
alam kehidupan. Akar dari Enam Indera menimbulkan kegelapan batin, usia tua,
dan kematian. Mereka juga menimbulkan lingkaran kehidupan dan kematian dan
segala macam kesukaran dan masalah. Engkau harus bertobat atas perbuatan
pikiran dan tubuhmu.
Sutra
Samantabhadrotsahana Parivarta menyebutkan enam cara untuk melakuakan pertobatan yang
benar didalam hidup kita, yaitu :
1.
Memiliki mata yang bertobat. Kejahatan sering di mulai dari mata.
Pertama kita melihat sesuatu, lalu pikiran jahat muncul. Dengan memperhatikan
diri kita dan tanggapan terhadap hal yang kita lihat, kita dapat mulai bisa
mengendalikan sumber-sumber perilaku buruk. Dengan berhati-hati akan pikiran
yang muncul dari apa yang kita lihat. Kita akan berhasil untuk tidak
menciptakan karma buruk.
2.
Memiliki telinga yang bertobat. Telinga dapat menjadi sumber dari
suara-suara yang mengganggu dan mericuhkan. Beberapa jenis suara memiliki
kekuatan yang merangsang perilaku dan pikiran yang tidak pantas. Ketika kita
merasa terganggu oleh suara-suara seperti itu, menyadari kesunyataan di
dalamnya baik sekali. Suara adalah titik pangkal yang bagus untuk memahami
kesunyataan karena suara terwujud begitu sementara dan tidak berupa zat.
3.
Memiliki hidung yang bertobat. Nafsu badaniah sering terangsang oleh
bau-bauan yang melekat di udara. Kita harus berhenti dan berpikir bagaimana
pikiran kita dapat di gerakkan seperti pikiran seekor binatang, dengan ceroboh
dan tanpa pertimbangan akan akibat dari sebuah perbuatan.
4.
Memiliki lidah yang bertobat. Lidah adalah salah satu alat terhalus
untuk mengekspresikan diri kita. Pada saat yang sama. Kekuatan lidah dapat
berubah menjadi jahat. Karma buruk kebanyakan dilakukan oleh ucapan. Waspadai
lidah Anda dan pastikan bahwa lidah di gunakan dengan penuh belas kasih dan
kebijaksanaan.
5.
Memiliki pikiran yang bertobat. Perbuatan yang di lakukan dengan
pikiran yang tidak terlatih akan liar dan tidak teratur seperti monyet mabuk.
Ia melompat kesana ke mari semaunya dan lupa dari mana ia datang sebelumnya.
Jika kita ingin mengendalikan pikiran kita, kita harus merenungkan Buddha dan
mempraktikkan Dharma-Nya setiap saat. Pengamatan secara ketat dan terus-menerus
terhadap cara bekerjanya pikiran adalah teknik yang penting bagi kemajuan di
dalam ajaran Buddha.
6.
Memiliki tubuh yang bertobat. Semua godaan dan nafsu di dalam
kehidupan dipenuhi lewat tubuh. Pikiran adalah sumbernya, tetapi tubuh adalah
alatnya, jika kita gagal mengendalikan pikiran kita, tubuh kita akan bergerak
ke arah yang salah : kita akan mendapati diri kita berada didekat titik perbuatan
yang salah. Berhentilah di sana. Masih belum terlambat. Pikiran masih memimpin
dan pada saat-saat terakhir sebelum perbuatan buruk dilakukan. Pikiran masih
dapat menghentikan tubuh dan jalurnya. Pada saatnya nanti, Anda akan melihat
betapa lebih baiknya suatu perbuatan buruk berhasil di cegah.
Perenungan, meditasi, dan penguncaran sutra adalah jalan yang luar biasa
untuk meningkatkan kekuatan pikiran untuk mengamati dan mengendalikan pikiran
itu sendiri. Semua karya Buddhis ada untuk membantu kita untuk membantu kita
untuk mencapai kemajuan. Segenap Dharma akan berada di sisi anda ketika anda
memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik.
Penyesalan dan pertobatan menyelamatkan kita dari hasrat rendah dan
membantu kita bangkit ke tingkat kesadaran tertinggi.
Perbuatan jahat
kita pada masa lampau
Adalah seperti
awan yang menutupi bulan
Keputusan untuk
berubah
Adalah seperti
obor di dalam kegelapan.
(Sutra Abhutadharma)
0 komentar:
Posting Komentar