Pages

Jumat, 21 Maret 2014

Makalah Filsafat Barat dan Timur, Modern dan Kontemporer

Makalah Filsafat Barat dan Timur, Modern dan Kontemporer
Oleh: Putradi
Npm: 11110139 


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun secara historis karna kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya paerkembangan ilmu memperkuat keberadapan  filsafat,  kelahiran filsafat di yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap  dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain, dengan filsafat pola yang berfikir yang selalu tergantung  rasio.
Dengan berkembangnya pola fikir manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran dan pembahasan di dalam filsafat. Filsafat dibagi menjadi empat periode. Namun pada  pertemuan ini kami membahas hanya dua periode yakni, periode modern dan periode kontemporer yakni Filsafat klasik, filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat kontemporer. Untuk pembahasan lebih lanjut, kami akan membahas dalam pembahasan selanjutnya.

B.       Rumusan masalah
1.        Bagaimanakah sejarah perkembangan filsafat di Barat pada periode modern dan kontemporer ?
2.        Bagaimanakah sejarah perkembangan filsafat di Islam Timur pada periode modern dan kontemporer ?
3.        Apa perbedaan yang mencolok tentang sejarah perkembangan filsafat yang ada di Barat dan di Islam timur ?
                                
C.      Pendekatan
Dalam penulisan makalah kami sengaja memakai pendekatan kepustakaan, yaitu dengan cara mengambil informasi tentang filsafat dan ilmu diberbagai buku untuk mendukung kualitas makalah yang kami tulis

D.      Metodologi
1.        Metode pengumpulan data
2.        Metode pebahasan

E.       Sistematika Pembahasan
Dalam  penulisan makalah kami ini kami bagi menjadi dua bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang adalah merupakan alasan mengapa kami mengangkat judul ini, perumusan makalah adalah sebagai pembatas atau lebih jelasnya untuk mengkhususkan pembahasan makalah ini, pendekatan yaitu metode kami dalam menemukan informasi atau bahan untuk makalah ini, dan sistematika pembahsan ini, metodologi yaitu cara bagaimana kami menulis makalah ini, dan  sistematika pembahasan adalah urutan-urutan dalam makalah ini.
Bab kedua berisikan pembahasan mengenai tentang sejarah filsafat (Barat, Islam/Timur) pada Periode Modern dan Kontemporer, bab selanjutnya yaitu bab ketiga adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari pembahsan dan saran-saran dari penulis.

BAB II
Sejarah Perkembangan Filsafat di Barat pada Periode Modern dan Kontemporer

A.      Periode Modern
Filsafat Islam/Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat  Islam/Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. 
Pada abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini, yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai akibat dari kecenderungan berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu dari keduanya, maka pada abad ini lahir dua aliran yang saling bertentangan, yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi penekanan pada empiri.
Usaha manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala macam persoalan dapat dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.
Keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal termasuk keyakinan-keyakinan dan serta semua anggapan yang tidak rasional.
Dengan kekuasaan akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna, dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keinginan untuk menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam filsafat dikenal dengan nama aliran rasionalisme.
Pada zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes (1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat yang amat lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.

B.       Periode Kontemporer
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer,  Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Filsafat Barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat modern, hal ini dapat terungkap dalam  istilah  dekonstruksi, yang didekonstruksi oleh filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat. Tokoh-tokoh besar banyak bermunculan pada  abad XX ini seperti Arkoun, Derrida, Foucault, Wittgenstein. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh pertama yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan rasio pada tahun 1880an.
Jadi menurut tokoh pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan pada tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga mengatakan demikian.[4]
Rasionalisme Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia Filsafat yang keliru dan  juga keliru cara penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi hancur. Renaisans yang secara berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan kelemahan manusia modern. Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga manusia modern yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara substansi jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya lahirlah trauma kejiwaan dan ketidak stabilan hidup.
Perlu diingat Filsafat Barat Kontemporer sangat Heterogen, karena profesionalisme yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli di bidang Matematika, Fisika, Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak pemikiran lama dihidupkan kembali seperti neothomisme, neokantianisme.
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term :  ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia. Tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu,  maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R. PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya. ”Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Orang yang berfilsafat dinamakan filosof  dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam, karakteristiknya berfikir filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar. [5]Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut filsafat kuno senantiasa membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari mana mereka berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan skolastik  sangat berbeda dengan pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun bangsa yang berfilsafat sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang diketahuinya dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia kristen yang rangkap, dimana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya masing-masing,  semakin lama doktrin kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin membatas.
Selanjutnya dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin lama filsafat itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis,  filsafat Inggris, Filsafat Amerika dan filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri masing-masing membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka tetap menampakkan suatu kesatuan. Sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan pada bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu keadaban.
Filsafat Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern yang menggunakan keuniversalitasan kebenaran tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu salah satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan nilai-nilai relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam pemikiran.
Ciri filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik Logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen utama, perkembangan Filsafat kontemporer  berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat dekonstruksi.

1.        Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat Kontemporer
a.        Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam pemikiran filsafat, William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme kepada dunia. Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini menganggap benar apa yang akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan praktis.  Dan pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfaat secara praktis.
b.        Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknik di awal abad XX mengakibatkan perkembangan industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala pemikiran diarahkan pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagad raya, maupun manusia dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah ditentukan bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis.
c.         Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak,  terlihat karena bercahaya, dalam bahasa Indonesia disebut”gejala”.[12] Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran ini adalah Edmund Husserl.
d.        Eksistensialisme
Kata Eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri, menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada. Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di dunia, dan cara ini berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda mati atau hewan tidak sadar akan keberadaannya tetapi manusia menyadari keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya sedang bereksistensi oleh sebab itu segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan manusia, dengan kata lain manusia memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan perbuatannya sendiri, ia memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului esensinya (hakikat), dan sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya, sehingga manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya tidak ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapat dielakkan.
e.         Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950, Filsafat analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi dari idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan konsep-konsep.
f.         Strukturalisme
Strukturalisme muncul di Prancis pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam linguistic, psiatri dan sosiologi, strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.
g.        Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya, pengertian postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard menjadi orang pertama yang menngintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat.

 BAB III
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ISLAM /TIMUR PADA PERIODE MODERN DAN KONTEMPORER

A.      Periode Modern
Sejarah Perkembangan Filsafat di Islam/Timur pada Periode Modern Filsafat modern Masa modern menjadi identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini rasionalisme semakin kuat. Tidak gampang untuk menentukan mulai dari kapan abad petengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa Abad Pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa  Renaissance. Masa setelah Abad Pertengahan adalah masa Modern. Sekalipun, memang tidak jelas kapan berakhirnya Abad Pertengahan itu. Akan tetapi, ada hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi. Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di bidang Filsafat, terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Plato dan mazhab Stoa menjadi aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada masa Renaissance ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.
a.         Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern merupakan periode dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai bermunculan dan beradu dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi panggung perdebatan antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, ada juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman atau periode, yaitu: zaman Renaissan (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung), dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.
b.        Ada beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalahLeonardo da Vinci (1452-1519), Nicolaus Copernicus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564 Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
c.         Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana.Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat.Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme.
d.        Dualisme
Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia
e.         Rasionalisme
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
f.         Fenomenalisme
Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yangmenampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran,   "a way of looking atthings".
g.        Intusionalisme
Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan sering bercampur aduk dengan perasaan.1643. Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) merupakan filsuf yang meletakkan dasar filosofisnya untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.  Dia merupakan bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori  Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.

B.       Periode Kontemporer       
Filsafat Kontemporer yaitu cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa saat ini. Misalnya orang dihadapkan pada tahun 2009, ya inilah zaman kontemporer kita. Tetapi istilah filsafat kontemporer baru saja populer semenjak abad ke-20, ini merupakan tanggapan atas kebingungan penyebutan filsafat masa kini.
Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme, Dikarenakan posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan akibat logis dari zaman kontemporer.Posmodernisme menyaratkan kebebasan, dan tidak selalu harus simetris.    Contohnya seni bangunan posmodern tidak terlalu mementingkan aspek keseimbangan dalam bentuk bangunan, melainkan sesuka hati yang membangun atau yang sesuai request. Kembali lagi kepada pemikiran kontemporer yang beranjak dari seni bangunan tadi, sama halnya dengan itu, pemikiran filsafat kontemporer ini bebas. Kebebasan dalam memakai teori, menanggapi, dan mengkritik selama kebebasan tersebut merupakan suatu hal original.
Bebas, berbicara tentang  filsafat kematian,  filsafat waktu, filsafat orang gila, filsafat komputer, dan lain-lain.  Semuanya terbuka lebar untuk dipikirkan dan diperbincangkan.Tidak ada batasan pasti dalam filsafat kontemporer, selama semua masih dinamis dan tidak kaku seperti zaman pra-modern, bisa disebut sebagai kontemporer.
Masalah aktual dan faktual diperbincangkan dan ditanggapi, lalu diberi solusi.Dengan filsafat akan bisa ditemukan solusi terbaik terhadap masalah tersebut karena filsafat juga menguji solusi yang akan diambil dan yang dianggap baik. Hal ini dilakukan karena pada saat tertentu solusi bisa menjadi sangat baik, dan pada saat tertentu pula suatu solusi bisa dianggap kuno dan terbilang idiot.
Berbicara tentang saat demi saat, inilah letak kontemporernya. Penyesuaian terhadap sesuatu yang kita ketahui sebagai zaman. Berpikir sesuai zaman tanpa kehilangan identitas dan originalitas pemikiran personal. Memiliki kepribadian dan cara berpikir yang unik merupakan hal yang dibanggakan dalam filsafat kontemporer. Oleh karenanya filsafat kontemporer merupakan ekstensifikasi dari pemikiran manusia dari hal-hal yang umum menjadi yang sangat khusus dan terkait dengan hal khusus lainnya.


 BAB IV
Perbedaan yang  Mencolok tentang Sejarah Perkembangan Filsafat yang Ada di Barat dan di Islam Timur

Perbedaan antara  filsafat Barat dengan Islam/Timur tampak amat berbeda sebab berkembang di dalam budaya yang amat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak pertemuan di antara keduanya, kecuali di dalam filsafat Islam. Berikut ini perbedaan filsafat Barat dan  Islam/Timur dilihat dari beberapa segi yaitu.
1.        Pengetahuan
Filsafat Barat sejak masa Yunani telah menekankan akal budi dan pemikiran yang rasional sebagai pusat kodrat manusia. Filsafat Islam/ Timur lebih menekankan hati daripada akal budi, sebab hati dipahami sebagai instrumen yang mempersatukan akal budi dan intuisi, serta intelegensi dan perasaan. Tujuan utama berfilsafat adalah menjadi bijaksana dan menghayati kehidupan, dan untuk itu pengetahuan harus disertai dengan moralitas.
2.        Sikap terhadap alam
Filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai obyek sehingga menghasilkan eksploitasi berlebihan atas alam. Sementara itu, filsafat Islam/ Timur menjadikan harmoni antara manusia dengan alam sebagai kunci. Manusia berasal alam namun sekaligus menyadari keunikannya di tengah alam.
3.        Cita-cita Hidup
Jikalau filsafat Barat menganggap mengisi hidup dengan bekerja dan bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi, cita-cita filsafat Timur adalah harmoni, ketenangan, dan kedamaian hati. Kehidupan hendaknya dijalani dengan sederhana, tenang, dan menyelaraskan diri dengan lingkungan.
4.        Status Manusia
Filsafat Barat amat menekankan status manusia sebagai individu dengan segala kebebasan yang ia miliki, dan masyarakat tidak bisa menghilangkan status seorang manusia dengan kebebasannya. Filsafat Islam/ Timur menekankan martabat manusia tetapi dengan penekanan yang berbeda, sehingga manusia ada bukan untuk dirinya melainkan ada di dalam solidaritas dengan sesamanya.
                                                                                              

 BAB V
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dengan berkembangnya pola fikir manusia, maka berkembang pula tentang pemikiran dan pembahasan di dalam filsafat. Filsafat dibagi menjadi 4 bab akan yakni Filsafat klasik, filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat kontemporer. Modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat Kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.
Begitu juga dengan Perbedaan  antara  filsafat Barat dengan Islam/Timur tampak amat berbeda sebab berkembang di dalam budaya yang amat berbeda dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak pertemuan di antara keduanya.

B.       Penutup
Demikianlah makalah ini dibuat, dan kami anggap telah memenuhi syarat-syarat ilmiah sehingga layak disebut sebagai karangan ilmiah. Maka akhirnya makalah ini akan memberi manfaat bagi penulis khususnya berupa penambahan wawasan tentang Filsafat umum (sejarah filsafat dibarat dan islam/timur periode modern dan kontemporer) begitupun pada pembaca umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Leamen, Oliver. 2000. Eastern Philosophy:  Key Readings. London: Routledge.

Misbah, Yadzi. 1993. Jelajah Hakikat Pemikiran Islam/Timur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Ahmad. 2007. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hadiwidjono, Harun. 1998. Sari Sejarah Filsafat Barat  1. Yogyakarta: Kanisius.


0 komentar: