Pages

Selasa, 09 Oktober 2012

Uppathakiriya


Uppatakiriya
( Perilaku yang tidak benar dilakukan bhikkhu )
By: Adi Dharma PP

Uppathakiriya adalah  perilaku yang tidak baik yang bukan merupakan laku seorang samana / bhikkhu.
Uppathakiriya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
  1. Anacara           = permainan dan tingkah laku salah
  2. Papasamacara  = tingkah laku yang rendah dan tidak patut dilakukan
  3. Anesana          = Mata pencaharian yang tidak layak

  1. Permainan dan tingkah laku salah (Anacara)
(1)
  1. Bermain-main kekanak-kanakan dalam vinaya dijelaskan sebagai bermain dengan benda-benda seperti : rumah-rumahan, boneka, mobil-mobilan, dll.
  2. Permainan kasar atau liar dijelaskan dalam vinaya sebagai permainan saling menjatuhkan, bergulat, tinju, dll. (Kecuali untuk tujuan kesehatan)
  3. Berjudi, yakni yang bisa menang dan kalah, memperoleh dan kehilangan, salah dan benar. Dalam Vinaya dijelaskan sebagai bermain catur, halma, permainan anak-anak dengan merangkai biji-bijian dll.
  4. Permainan yang menyebabkan kerusakan, yakni permainan yang merugikan orang lain. Sesuatu contoh dalam Vinaya adalah membakar hutan demi kesenangan.
  5. Bermain dengan mebuat suara gaduh/keras. Sesuatu contoh yang diberikan dalam Vinaya adalah membabarkan Dhamma dengan suara yang ditarik panjang-panjang mirip dengan bernyanyi. Dan termasuk kotbah Dhamma dengan cara guyon.
Semua permainan yang disebut diatas merupakan bebasis dari DUKATA.
(II)
LARANGAN MEMBUAT UNTAIAN BUNGA
Enam (6) Pupphavakati (cara merangkai bunga serta dekorasi-dekorasi lain) dijelaskan dalam Vinaya sebagai berikut
  1. GANTHIMAM : membuat untaian bunga2 dengan benang atau meletakkan pada suatu wadah.
  2. GOPPHIMAM :menyambung bunga2 dengan benang menjadi banyak garis dan kemudian mempersatukan mereka menjadi satu kelompok.
  3. VEDHIMAM : sebuah rantai dari bunga2 yang dikikat dengan benang melalui tengahnya seperti halnya beberapa bunga dekorasi dan beberapa karangan bunga.
  4. VETHIMAM : menusuk tangkai2 bunga pada suatu kaitan dan melengkungkannya, kenudian lengkungan itu diikat atau diletakkan pada tempatnya.
  5. PURIMAM : bunga2 diikat dengan benang berbentuk lingkaran seperti halnya membuat karangan bunga.
  6. VAYIMAM : suatu susunan atau rangkaian bunga2 dengan banyak ruangan diantarannya.



(III)
Para Bhikkhu dilarang untuk mempelajari atau membicarakan tiracchana-vijja (ilmu pengetahuan binatang).
Penjelasan tentang tiracchana vijja meliputi subjek secara umum yang tidak dihubungkan dengan Dhamma para Bhikkhu. Pelaksanaan Dhamma sudah cukup dan pantas pada zaman sekarang ini.
  1. Pengetahuan asihan yang akan membuat pria dan wanita untuk saling mencintai.
  2. Pengetahuan untuk yang membuat orang mendapat bencana.
  3. Pengetahuan untuk menggunakan roh-roh atau berbagai macam.
  4. Pengetahuan untuk meramal, misalnya : nasib yang akan datang, tentang nomor lotre yang akan keluar.
  5. Pengetahuan yang menjurus kepada khayalan-sendiri, misalnya : mengubah air raksa untuk mendapatkan daya supra natural.
Pengetahuan2 ini adalah tiracchana vijja sebab mereka itu adalah pengetahuan yang menimbulkan keragu-raguan yang menyesatkan, bukan pengetahuan yang sebenarnya.

  1. Tingkah laku yang hina dan rendah (Papasamacara)
( I )
Keadaan ini terjadi disebabkan karena hubungan yang tidak layak antara perumah tangga dan seorang Bhikkhu. Bhikkhu itu disebut “koruptor keluarga”, seperi yang dijelaskan didalam 13 Sanghadisesa, adalah sbb:
    1. Memberi hadiah pada keluarga2 seperti halnya yang dilakuakan oleh orang awam.
    2. Menanam bunga dan merangkai bunga dengan benang untuk menyenangkan orang awam.
    3. Menunjukkan sikap/gaya merayu keluarga ketika memasuki rumah mereka.contoh menggendong anak kecil dll.
    4. Seorang Bhikkhu merendahkan diri sendiri dengan melayani suruhan umat awam.
    5. Menerima undangan sebagai seorang dokter untuk mengobati penyakit dalam suatu keluarga,yaitu menjadi dokter keluarga.
    6. Menerima titipan benda2 untuk sementara yang tidak pantas disimpannya, seperti barang2 hasil curian dari seorang pencuri atau benda2 terlarang.

Papasamacara yang telah disebutkan tidak mempunyai Apatti yang lebih tinggi dan untuk semua perbuatan itu adalah Dukkata.

(II)
Perbuatan2 yang berkaitan dengan penyerangan dan penghancuran terhadap perumah tangga sbb:
  1. Mencoba menghancurkan penghasilan2 mereka.
  2. Mencoba membuat mereka mengalami kemunduran.
  3. Mencoba membuat mereka tidak mungkin tinggal di suatu tempat sehingga mereka harus meningalkan tempat mereka.
  4. Memaki-maki serta meremehkan dengan cara menyindir mereka.
  5. Menyulut pertengkaran sehingga timbul perpecahan.
  6. Berbicara merendahkan seolah-olah perumah tangga adalah orang yang rendah.
  7. Menerima undangan yang layak bagi dirinya, tetapi kemudian tidak datang memenuhi undangan tersebut.
Perbuatan2 yang rendah ini disamping Apatti menurut dasarnya juga merupakan sebab hukuman yang dijatuhkan oleh Sangha yang disebut Patisaraniya-kamma.
                                                                                                         
  1. Mata pencaharian yang tidak layak (Anesana)

Mata pencaharian yang tidak layak dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
    1. Mencari kebutuhan hidup dengan cara yang merupakan Loka-vajja yaitu cara yang salah dari sudut manapun.
    2. Mencari kebutuhan hidup dengan cara yang merupakan Pannati-vajja. Yaitu cara yang salah menurut disipliner kebhikkhuan.
Masih ada segi2 lain tentang mencari kebutuhan hidup yang dilarang termasuk Vinnati dan dimanapu dalam beberapa judul:
  1. Membuat Vinnati, seperti apa yang dijelaskan didalam alinea terakhir. Orang awam bukan sanak keluarga dan yang tidak memberikan pavarana, pada waktu biasa
  2. Mencari keuntungan dengan pemberian, yaitu dengan memberi sedikit mengharap imbalan yang banyak.
  3. Menggunakan uang untuk investasi  guna mendapatkan keuntungan. Misal berbagai macam perdagangan.
  4. Mata pencaharian dengan memberikan jasa pengobatan.

Dari penjelasan praktek pengobatan dengan sedikit memperlunak pendirian Acaraiya dapat ditarik kesimpulan sbb:
a)      Pemeberian pengobatan yang dilarang di dalan Vinita-vatthu tentang Sikkhapada parajika ketiga adalah Dukkata, sebab dipraktekkan diluar cara yang benar serta layak.
b)      Melakukan pengobatan yang dilarang sebagai suatu jenis Papasamacara menurut Vibhanga tentang ke-13 sanghadisesa berarti seorang Bhikkhu menurunkan drajat diri sendiri untuk Sikkapada sebuah keluarga.
c)      Pemberian pengobatan dilarang sebagai Anesana telah diuraikan dalam semua Athakatha sebagai mengobati penyakit demi memperoleh imbalan baik ongkos obat dan ongkos pengobatan.
  1. pada upacara untuk paritta (perlindungan) yakni membuat air suci serta benang keramat meniup mantra kepada orang oleh bhikkhu adalah dilarang.
Pemberian yang diterima oleh bhikkhu melalui anesana dan papasamacara adalah penghasilan yang tidak dibenarkan yang harus ditolak dan termasuk penghasilan yang buruk. Seorang bhikkhu yang menjalani kehidupan demikian disebut alajji artinya adalah seorang yang tidak punya malu.

# Selesai uppathakiriya #

0 komentar: