Dhamma
Memang Bukan Barang Baru
Oleh: Upi. Labhavati
Oleh: Upi. Labhavati
Kecenderungan manusia pada umumnya adalah selalu ingin
mencari sesuatu yang baru. Ini karena sifatnya yang pembosan dan karena
kenyataan dari tidak kekalnya dan tidak tetapnya hati dan pikiran manusia
(anicca). Tak pelak lagi, semuanya yang telah didapatkan segera akan
ditinggalkan, dan ia mulai lagi mencari-cari sesuatu yang baru (menurut
pandangannya).
Celakannya,
karena sempitnya pengetahuan manusia, yang belum mengetahui hakikat dari
Dhamma, lalu menyamaratakan posisis benda-benda dan hal-hal duniawi, dengan
Dhamma. Padahal sifat, kedudukan, dari benda-benda dan hal-hal duniawi
sangatlah bertolah kebelakang dengan Dhamma yang kekal. Dhamma yang dimaksudkan
disini adalah Dhamma yang kekal, sang Ajaran Pokok, Hukumn-Hukum Alam,
Hukum-Hukum Kebenaran, yang telah ada dan berlaku dari sejak dahulu kala,
sekarang, maupun untuk masa yang akan datang; sedangkan benda-benda dan hal-hal
duniawi – semacam barang-barang (yang bisa dimiliki), diri manusia ini,
ilmu-ilmu pengetahuan, hingga kepada gagasan-gagasan dan pemikiran-prmikiran
manusia -, semua ini bisa berubah, selalu berubah, dn pasti akan berubah. Ia
terkena hukum-hukum alam, hukum anicca. dan lain lain. Pendek kata, terkena
oleh Dhamma itu sendiri. Sedangkan Dhamma, tidak pernah berubah. Dhamma tidak
mungkin dan tidak akan berubah sesuai dengan kehendak manusia. Bukan karena
manusia mengatakan Dhamma berubah, lalu Dhamma (akan benar-benar) berubah.
TIdak! Hanya manusia bodohlah yang akan dan mau percaya kepada
pemikiran-pemikiran sempit semacam ini.
Hanya
para Buddha yang memiliki pengetahuan yang paling sempurna. Tidak ada makhluk
lainpun di dunia ini, maupun di dunia-dunia lainnya (termasuk di tata surya
lain dan di dunia para dewa manapun) yang kesempurnaannya sebanding dengan
seorang Buddha. DI satu zaman yang sama, tidak mungkin akan terlahur dua atau
banyak Buddha. Seorang Buddha (Samma-Sambuddha) adalah makhluk yang benar-benar
luar biasa kesempurnaannya, yang teramat sangat langka kemunculannya (baca
kembali artikel tentang kemunculan para Buddha). Bahkan belum tentu pada satu
masa dunia, akan lahir satu orang Buddha. Juga seorang Buddha tidak akan lahir
pada sembarang waktu dan disembarang tempat. tidak juga kelahiran seorang
Buddha tidak diketahui oleh seisi dunia dan alam semesta ini. Kelahiran seorang
Buddha pasti akan menghebohkan “seisi jagat”,. termasuk di dunia ini.
Dengan
kesempurnaannya, Para Buddha mengetahui dengan jelas hakikat dari dunia – hidup
dan kehidupan – ini. Beliau dapat melihat dengan lengkap Hukum-Hukum yang
berlaku di dunia dan di alam semesta ini, serta sifat-sifat dari Hukum-hukum
tersebut. Dengan kebijaksanaannya yang sempruna, Beliau mengajarkan kepada
manusia dan makhluk-makhluk lainnya tentang Hukum-hukum (Dhamam) ini, yang
pokok-pokok dan yang perlu-perlu untuk mengakhiri Dukkha dan Samsara.
Maka
dari itu, apa yang diajarkan oleh orang-orang (yang mengaku dirinya suci, yang
mengaku ajarannya sebanding dengan ajaran Para Buddha), sesungguhnya tidaklah
sempurna, tidak sesempurna Ajaran yang diajarkan oleh Sang Buddha;
pengetahuannya juga tidak sesempurna pengetahuan Sang Buddha; kemampuan
mengajar dan membimbingnya juga tidak sesempurna Sang Buddha; kesuciannya juga
tidak sesuci Sang Buddha; kebesaran dan keluasan Metta, Karuna, Mudita, dan
Upekkhanya juga tidak sesempurna punya Sang Buddha.
Kembali
kepada apa yang telah disinggung di awal tulisan ini, karena sifat pada umumnya
dari manusia duniawi ini adalah pembosan ( ini tentu karena dipicu oleh lobha.
dosa, dan moha yang ada di dalam dirinya) maka ia mudah tertipu dan mudah
menyeleweng. Tertipu oleh kebenaran-kebenaran yang kadarnya lebih rendah; dan
menyeleweng dari jalur Kebenaran Dhamma yang hakiki. Juga dikarenakan oleh
sifat manusia yang pembosan dan berpikiran dangkal itu, membuat ia malas, tidak
mau menggali dan mencari Kebenaran yang Sejati. Dari situlah muncul berbagai
noda dan penyimpangan!
Dari
sejak dahulu kala (Sejak waktu yang tak terdeteksi lamanya), hingga sekarang,
maupun waktu-waktu yang akan datang (hingga waktu yang tak terhingga lamanya),
Dhamam ini sudah ada, dan akan terus ada. Dan adannya ia , juga hanya yang
itu-itu saja.
Dhamma
ini diajarkan oleh Sang Buddha kepada kita semua, untuk dapat kita jalani dan
ktia capai. Kita BISA mencapai Dhamma yagn hakiki ini. Dhamma ini tidak lain
adalah yang berkenaan dengan Kebenaran Pokok dan yang membawa kepada Tujuan,
Akhir Dukkha. Pengertian Dukkha di sini adalah luas. Dhamma yang itu-itu disini
adalah ajaran atau pengetahuan tentang Empat kesunyataan/ Kebenaran Mulia, yang
berisi tentang hakikat hidup dan kehidupan ini – yang “dukkha” -, tentang
Nibbana dan tentang Jalan atau Cara untuk mencapai Nibbana, yaitu Pembebasan
Sejati, Kedamaian Sejati, Tujuan Akhir, atau Akhir Dukkha/Samsara. Dhamma di
sini juga termasuk:
- Hukum-Hukum Alam yang antara lain mencakup: Hukum keselarasan perbuatan (kamma-niyama), Hukum keselarasan pikiran (citta niyama), Hukum keselarasan fisik (utu niyama), Hukum keselarasan biologis (biji niyama), Hukum keselarasan Alam Semesta yang diluar kateogir sebelumnya (dhamma niyama);
- Hukum Sebab-Akibat (yang kita kenal dengan isitilah paticcasamuppada) yang saling bergantungan atau berkaitan;
- Hakikat dunia yang Anicca, Dukkha, Anatta, yang Tathata (demikian-demikian saja), Sunyata (kosong), dan Paticcasamuppada (bersebab-musabab yang saling berkaitan)
Para siswa Sang Buddha, dengan
berbekal pengetahuan Dhamma yang memadai, melanjutkan pembabaran Dhamma kepada
umat manusia, kepada masyarakat luas. Tidak lain hanyalah untuk mengingatkan
kita tentang ajaran Kebenaran, Buddha Dhamma. Mereka tidak mengajarkan sesuatu
(Dhamma) yang baru, yang dapat menyesatkan dan memelencengkan dari jalur utama.
Sang
Ajaran (Dhamma) ini perlu untuk selalu diingatkan karena banyak manusia-manusia
yang belum sempurna sehingga batinnya mudah lengah, lalai dan lupa.
Mereka
yang mau diingatkan, akan memperoleh kebahagiaan, tapi yang tidak mau
diingatkan, akan menanggung sendiri akibatnya.
Maka,
didorong oleh cinta-kasih dan kasih-sayang, demi keselamatan, kesejahteraan dan
kebahagiaan umat manusia serta semua makhluk, Dhamma senantiasa dibabarkan.
0 komentar:
Posting Komentar