Oleh
: Pandita Abhayahema K. (Ketua Umum DPP Wanita Walubi)
Umat Buddha di seluruh dunia
menyatakan ketaatan dan kesetiaan mereka kepada Buddha, Dhamma dan Sangha
dengan kata-kata dalam suatu rumusan kuno yang sederhana, namun menyentuh hati,
yang terkenal dengan nama TISARANA (Tiga Perlindungan), Rumusan itu berbunyi :
DHAMMAM
SARANAM GACCHAMI
Aku berlindung kepada Dhamma
Aku berlindung kepada Dhamma
SANGHAM
SARANAM GACCHAMI
Aku berlindung kepada Sangha
Aku berlindung kepada Sangha
Rumusan
ini disabdakan oleh Sang Buddha Gotama sendiri (bukan oleh para siswa-Nya atau
oleh makhluk lain) pada suatu ketika di Taman Rusa Isipatana dekat Benares, ada
enam puluh orang Arahat siswa Beliau, ketika mereka akan berangkat menyebarkan
Dhamma demi kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia. Sang Buddha Gotama
bersabda :
“Para
Bhikkhu, ia (yang akan ditahbiskan menjadi Samanera dan Bhikkhu) hendaklah :
setelah mencukur kepala dan mengenakan jubah kuning … bersujud di kaki para
Bhikkhu, lalu duduk bertumpu lutut dan merangkapkan kedua belah tangan didepan
dada, dan berkata : AKU BERLINDUNG KEPADA BUDDHA, AKU BERLINDUNG KEPADA DHAMMA,
AKU BERLINDUNG KEPADA SANGHA”(Vinaya Pitaka I, 22)
Sang
Buddha Gotama menetapkan rumusan tersebut bukan hanya bagi mereka yang akan
ditahbiskan menjadi Samanera dan Bhikkhu, tetapi juga umat awam. Setiap orang
yang memeluk agama Buddha, baik ia seorang awam ataupun seorang Bhikkhu,
mengatakan keyakinan dengan kata-kata rumusan TISARANA tersebut. Nampaklah
betapa luhurnya kedudukan BUDDHA, DHAMMA dan SANGHA. Bagi umat Buddha
“berlindung kepada TIRATANA” merupakan ungkapan keyakinan, sama seperti
“syahdat” bagi umat Islam dan “credo” bagi umat Kristen.
Tisarana
adalah ungkapan keyakinan (saddha) bagi umat Buddha. Saddha yang diungkapkan
dengan kata “berlindung” itu mempunyai tiga aspek :
a)
Aspek Kemauan
Seorang
umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh kesadaran, bukan sekedar
sebagai kepercayaan teoritis, adat kebiasaan atau tradisi belaka. Tiratana akan
benar-benar menjadi kenyataan bagi seseorang, apabila ia sungguh-sungguh
berusaha mencapainya. Karena adanya unsur kemauan inilah, maka Saddha dalam
agama Buddha merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan untuk
mencapai Pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif, “menunggu berkah dari
atas”.
b)
Aspek Pengertian
Ini
mencakup pengertian akan perlunya Perlindungan yang memberi harapan dan menjadi
tujuan bagi semua makhluk dalam samsara ini, dan pengertian akan adanya hakekat
dari perlindungan itu sendiri.
Adanya
Tiratana sebagai Perlindungan telah diungkapkan sendiri oleh Sang Buddha
Gotama. Tetapi hakekat Tiratana sebagai Perlindungan Terakhir hanya dapat
dibuktikan oleh setiap orang dengan mencapainya dalam batinnya sendiri. Dalam
diri seseorang, Perlindungan itu akan timbul dan tumbuh bersama dengan proses
untuk mencapainya. “Dengan daya upaya, kesungguhan hati dan pengendalian diri,
hendaklah orang bijaksana membuat untuk dirinya pulau yang tidak akan tenggelam
oleh air bah”.(Dhammapada, V:25)
BUDDHA,
sebagai perlindungan pertama, mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai
benih kebuddhaan dalam dirinya, bahwa setiap orang dapat mencapai apa yang
telah dicapai oleh Sang Buddha “Seperti sayalah para penakluk yang telah
melenyapkan kekotoran batin” (Ariyapariyesana Sutta, Majjhima Nikaya). Sebagai
Perlindungan, Buddha bukanlah pribadi Pertapa Gotama, melainkan para Buddha
sebagai manifestasi dari pada Bodhi (kebuddhaan) yang mengatasi keduniawian
(lokuttara).
DHAMMA,
sebagai perlindungan kedua, bukan berarti kata-kata yang terkandung dalam kitab
suci atau konsepsi ajaran yang terdapat dalam batin manusia biasa yang masih
berada dalam alam keduniawian (Lokiya), melainkan “Empat Tingkat Kesucian”
(Sotapanna, Sakadagami, Anagami, Arahat) beserta “Nibbana” yang dicapai pada
akhir Jalan.
SANGHA,
sebagai “perlindungan ketiga bukan berarti kumpulan para Bhikkhu yang
anggota-anggotanya masih belum bebas dari kekotoran batin (Bhikkhu Sangha),
melainkan Pasamuan Para Bhikkhu Suci yang telah mencapai tingkat-tingkat
Kesucian (Ariya Sangha). Mereka ini menjadi teladan yang patut dicontoh, namun
landasan sesungguhnya dari Perlindungan ini ialah kemampuan yang ada pada
setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat kesucian itu.
Dari
uraian di atas, jelaslah bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha dalam aspeknya sebagai
Perlindungan mempunyai sifat mengatasi keduniaan (Lokuttara). Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha merupakan manifestasi daripada
Yang Mutlak, Yang Esa, yang menjadi tujuan terakhir semua makhluk. Buddha,
Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk kesucian tertinggi yang dapat
ditangkap oleh pikiran manusia biasa, dan oleh karena itu diajarkan sebagai
Perlindungan yang tertinggi oleh Sang Buddha.
Buddha,
Dhamma Dan Sangha atau Tiratana adalah Manifestasi, Perwujudan, Pengejawantahan
dari Tuhan Yang Maha Esa dalam alam semesta ini, Yang Dipuja dan dianut oleh
seluruh umat Buddha di dunia ini.
c)
Aspek Perasaan
Yang
berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-unsur keyakinan,
pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya Perlindungan memberikan
keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta menghasilkan ketenangan dan
kekuatan. Pengertian akan perlunya Perlindungan mendorong pengabdian yang
mendalam kepada-Nya, dan pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi batin
dengan cinta kasih kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat,
kehangatan dan kegembiraan.
Dari
uraian diatas dapat dirumuskan bahwa “berlindung” dalam agama Buddha berarti:
“suatu tindakan yang sadar yang bertujuan untuk mencapai Pembebasan, yang
berlandaskan pengertian dan didorong oleh keyakinan.” atau secara singkat
“suatu tindakan sadar dari pada keyakinan, pengertian dan pengabdian”.
Ketiga
aspek daripada “berlindung” ini sesuai dengan aspek kemauan, aspek pengertian
dan aspek perasaan dari batin manusia. Oleh karena itu untuk mendapatkan
perkembangan batin yang harmonis, ketiga aspek ini harus dipupuk bersama-sama.
Berlindung
kepada Tiratana sebagai pengucapan kata-kata belaka tanpa dihayati, berarti
kemerosotan dari suatu kebiasaan kuno yang mulia. Perbuatan demikian
melenyapkan makna dan manfaat dari Perlindungan. Berlindung kepada Tiratana
seharusnya merupakan ungkapan dari suatu dorongan batin yang sungguh-sungguh,
seperti seseorang yang apabila melihat suatu bahaya besar akan bergegas mencari
perlindungan. Orang yang melihat rumahnya terbakar, tidak akan memperoleh
keselamatan hanya dengan memuja keamanan dan kebebasan di luar tanpa bertindak
untuk mencapainya.
Tindakan
pertama kearah keselamatan dan kebebasan ialah dengan “berlindung” secara
benar, yaitu suatu tindakan sadar daripada keyakinan, pengertian dan
pengabdian.
0 komentar:
Posting Komentar