Pages

Jumat, 21 Maret 2014

Makalah Sejarah Filsafat

Makalah Sejarah Filsafat

Oleh: Putradi
Npm: 11110139 
 

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
      Berangkat dari kegelisahan yang ada dalam setiap  diri manusia, dimana kita selalu dihadapkan pada problematis yang disajikan para founding father kita. Mereka teramat sering menyajikan goresan tintanya diatas kertas yang berbeda-beda dengan yang lainnya, sehingga menuntut kita untuk bisa memfilter dan memilah, bahkan menerobos jauh sehingga kita bisa membedakan mana sejarah yang dibuat secara subjektif (berdasarkan diri sendiri) dan sejarah secara objektif(berdasarkanrealitas yang ada).
      Makalah ini berusaha mengkaji dan menganalisis tentang “Filsafat Sejarah”. Sebagai aktor sejarah, manusia sekaligus sebagai peneliti, pengkaji, penganalisis sejarah. Dimana filsafat disini harus difahami sebagai metode yang melalui medium peninggalan jejak-jejak masa lampau, apapun bentuk jejak-jejak itu. Ber-filsafat menghantarkan kita pada suatu fragmen sejarah yang selama ini dipahami hanya sang sejarawan lah yang mampu menginterpretasikannya.
      Dewasa ini, dimana setelah filsafat mendapatkan kejayaannya kembali. Terutama legitimasi dari Islam, terbukti dengan banyak hadirnya jurusan filsafat di Universitas-universitas ternama di indonesia (khususnya universitas Islam). Hal ini mengindikasikan bahwa filsafat bukan lagi sebagai hantu dalam dunia pendidikan, namun sebaliknya. Filsafat kekinian, selain sebagai medium untuk menganalisa atas ambiguitas kepingan sejarah yang sangat terbatas, filsafat juga sebagai penyelamat sejarah. Dimana terjadi banyak perdebatan mengenai eksistensi sejarah sebagai ilmu pengetahuan (epistemologi), namun melalui renungan-renungan filsafat lah sejarah bukan lagi sebatas dongeng belaka.

BAB II
PEMBAHASAN
                                                                     
A.    Pengertian Filsafat Sejarah
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas mengenai apa itu filsafat sejarah, ada baiknya pemakalah mengklasifikasikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat dan apa itu itu sejarah.
1.    Pengertian filsafat
Filsafat , berasal dari kata yunani ‘’Philos dan Shopia’’. Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan.
 Filsafat adalah” induk pengetahuan’’, Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa yunani kuno. Di Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang yunani,di sanalah awal mulanya muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat ini, ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Thales lah orang pertama yang mempersoalkan; substansi terdalam dari segala sesuatu.’’ Dan dari situlah munculnya pengartian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan dari Timur Tengah (khususnya orang-orang islam) menaruh perhatiannya pada filsafat. Mulai dari Masyriqi sampai kawasan Maghribi, diantaranya: Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Mengenai pengertian filsafat Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, masuk kedalam bahasa Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia yang berari mengutamakan hikmah. Kata tersebut alam bahasa mereka berasal dari dua kata: fila dan sufia. Fila berarti mengutamakan dan sufia berarti hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam bahasa Yunani disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata seperti itu sering terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna orang yang mengutamakan hikmah.
Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran agar  manusia dapat bertindak secara bijaksana. Bijaksana atau arif merupakan panduan pengalaman dan pengetahuan plus kekuatan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya berupa sikap adil, propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang telah di sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik tertinggi di sebut Ph.d (doctor of  philosophy) apapun di siplin ilmunya. Dengan memberikan bobot philosophykepada gelar tertinggi yang telah di raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya mampu mengembangkan kearifan dalam mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta wisdom. Gagasan awal itu sangat  ideal, sekalipun dalam perkembangannya akhir-akhir ini dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah seorang tukang tin gkat tinggi minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat dari proses spesialisasi yang melupakan induk
ilmu itu sendiri. Ilmuan yang hanya terpukau dan terpakau oleh kajian khususnya  tanpa menghubungkannya dengan panaroma kehidupan yang luas terbentang, sama artinya dengan orang yang sengaja  mengurung diri dalam sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi apalah maknanya bagi kepentingan kehidupan yang luas tak bertepi ini.
Filsafat sebagai induk dari semua ilmu  harus menjadi titik kembali bagi semua di siplin ilmu agar tidak ingin kehilangan misi ilmu yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya manusia menjadi arif. Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada hasil perenungan mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia (idealitas), sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar dapat di ketahui  sejauh manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya penerapan idealitas harus selalu mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus mengetahui kebaikan-kebaikan dan juga kelemahan-kelemahan dari realita yang sedang kita hadapi; lalu kita merumuskan langkah-langkah yang di perlukan bagi upaya perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya yang di miliki dan tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak menimbulkan gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang bertolak belakang dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas.
2.    Pengertian Sejarah                                     
 Pengertian Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti terjadi,syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; bahasa inggrishistory, bahasa Lstin dan Yunani historia, dari bahasa Yunani histor atau istorberarti orang pandai.
Menurut Hegel, sejarah adalah perkrmbangan Roh dalam Waktu, sedangkan Alam adalah perkembangan Ide dalam Ruang. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas di atas tiga unsur ( the great triad): Ide-Alam-Roh. Ide dalam dirinya sendiri adalah sesuatu yang terus berkmbang, dinamika realitas dari dan yang berdiri di balik layar-atau sebelum-dunia. Antitesis dari Ide yang berada dari luar dirinya, yaitu Ruang, adalah Alam. Alam terus berkembang, setelah mengalami taraf perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan kedalam diri manusia. Dan dalam diri manusia terdapat kesadaran yang membuat Ide menjadi sadar akan dirinya sendiri.
Hemat saya, seperti yang dijelaskan oleh Hegel diatas bahwa Roh adalah kesadaran-diri, sadangkan antitesis Ide dan Alam dan perkembangan dari kesadaran inilan yang disebut sejarah. Filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin  memberi jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab- sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat sejarah mencari penjelasan serta berusaha masuk kedalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya suatu negara, bagaimana proses perkembangan budayanya sampai mencapai puncak kejayaanya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti pernah di alami oleh negara-negara atas pada zaman yang lalu peran pemimpin-pemimpin terkenal sebagai subyek pembuat sejarah pada zamannya.

B.     Aliran-Aliran dalam Filsafat
1.      Aliran Rasionalisme.
Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa semua pengetahuan bersember pada akal pikiran atau rasio. Tokoh-tokohnya antara lain sebagai berikut:  Rene Descartes (1596-1650), ia membedakan adanya tiga ide yaitu: Innate ideas (ide bawaan), yaitu sejak manusia lahir, atventituus ideas, yaitu ide-ide yang berasal dari luar manusia dan ide yang di hasilkan manusia itu sendiri, yaitu disebutfactitious ideas. Tokoh rasinalisme yang lain adalah Spinoza (1632-1677) dam Leibniz (1646-17160. Sehubungan dengan itu, yang paling penting Filsafat adalah‘’dinamisme’’nya Leibniz ian bependapat bahwa sesuatu pada hakikatnya merupakan ‘’energi’’, ‘’kehendak’’, dan ‘’kekuatan’’ atau (dinamis).
2.    Aliran Empirisme
Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Tokoh-tokohnya adalah: John Locke (1632-1704); dibedakan menjadi dua macam yaitu: (a) pengalaman luar  (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar, dan (b) pengalaman dalam (batin) (Reflexion). Kedua pengalaman tersebut merupakan ide-ide yang sederhana, yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk ide yang kompleks.
3.    Aliran Kritisime
Kritisme yang menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudiam akal menempatkan, mengatur, dan menerbitkan dalam bentuk-bentuk pengamatn yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh-tokohnya adalah Immanuel Khant (1724-1804). Aliran kritisme kant tampaknya mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.          
4.    Aliran Skeptisme
Skeptisme, yang menyatakan bahwa penserapan indra adalah bersifat menipu atau menyasatkan. Namun pada zaman modern berkembang menjadi skeptisme metodis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum sesuatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-yokohnya adalah Rane Descartes (1596-1650).
5.    Aliran Idealisme
Aliran idealisme ialah suatu aliran filsafat metafisika yang berpendapat, bahwa  hakikat dunia atau kenyataan itu ialah ide, yang sifatnya rohani atau inteligasi. Dunia yang tampak saat ini hanya ‘’maya’’ bayangan /impian belaka. Filosof besar Plato sbagai pelopor aliran ini berpendapat, bahwa dunia hakiki ialah dunia ide, dan dunia gejala itu hanyalah bayangan saja dari dunia hakiki itu. Dunia hakiki menurut Plato adalah dunia  yang sempurna, dunia yang ideal, dimana terdapat mahluk-makhluk prototipe yang ideal (seperti kekudaan), sedangkan dunia duniawi itu adalah dunia yang tidak sempurna, karna hanya perwujudan dari dunia hakiki, seperti contohnya banyak kuda yang tidak sama.
6.    Aliran Realisme.
Aliran realisme berpendapat, bahwa di luar kesadaran kita yang mengetahui segala benda memang ada sesuatu sungguh-sungguh nyata, ada (real), yang dapat di amati oleh pikiran kita melalui alat indra. Dalam sejarah filsafat, Aristoteles termasuk pelopor aliran filsafat realis yang klasik, yang mengatakan, bahwa dia mengakui kenyataan dunia, yang terdiri atas benda-benda individual, serta terdiri atas zat benda, atau materi dan bentuk, sehingga zat itu mempunyai bentuk dan rupa yang dapat kita amati.
7.    Aliran Materialisme dan Nuturalisme
Aliran materialisme berpendapat, bahwa hakikat dunia ialah materi. Domokritos seorang ahli filsafat Yunani kuno telah menciptakan teori atom (yang artinya tidak dapat di belah). Atom di anggap zat-benda yang paling kecil, yang mengisi segala-galanya, yang kosong. Tidak ada apa-apanya disebut Vaccum, dan yang penuh di sebut Plenum. Aedangkan naturalisme menganggap bahwa, satu-satunya yang ada ialah alam atu natur, yang terdiri atas benda-benda yang ber zat, menempati ruang dan mengalami perubahan dalam waktu. Ilmu pengetahuan IPA mempelajari hukum-hukum yang menguasai alam atau  benda ini, di antaranya dengan ilmu fisika dan ilmu kimia.
8.    Aliran Pragmatisme
Istilah pragmatisme sering di hubungkan dengan dua tokoh dari Amerika Serikat yaitu, William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).  Kaum pragmatisme mengakui terus terang bahwa, mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti hakikat dunia atau alam, seperti yang di kem ukakan oleh kaum materelistis, kaum idealis, dan kaum realis. Pragmatisme menganggap, bahwa manusia dengan segala keterbatasan peralatanya, tedak akan mampu mengetahui hakikat alam semesta,karna alam sering berubah oleh hukum waktu. Pragmatisme menyadari sekali, bahwa pengetahuan kijtra selalu memerlukan revisi, bahwa pengetahuan kita selalu memerlukian revisi dan rekonstruksi untuk menyesuaikan dengn perubahan zaman. Tetapi di sisi lain pragmatisme juga menyadari bahwa pengetahuan sangat diperlukan untuk memperbaiki khidupan manusia.

C.     Tujuan filsafat sejarah
 Filsafat sejarah bertujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mnyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan hakikat dan makna  yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
2.      Memberikan pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
3.      Melali studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat  membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
4.      Studi filsafat sjarah dapat menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis serta arif-bijaksana atau wisdom.
5.      Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia.
Selain penjelasan diatas tentang tujuan filsafat sejarah, pemakalah juga mengajak teman-teman pembaca untuk lebih kritis dalam menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad-abad sebelumnya, mampu merinci setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri. Saya  berpendapat bahwa memahami filsafat sejarah agar lebih bisa membedakan apa yang disebut sejarah subjektif dan mana yang objektif, tanpa membedakan kedudukan subjek dalam masyarakat
Filsafat juga mekankan tiga unsur kegunaan dalam sejarah, yaitu:pertama:kegunaan edukatif ialah menuntut setiap orang menjadi lebih arif dan bijaksana dalam hidup. Kedua:kegunaan Inspiratif ialah dorongan inspirasi yang didalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep, semangat, motivasi perjuangan, dan untuk menghindari dari apa yang menjadi faktor kehancuran peradaban sebagaimana banyak dipertontonkan oleh sejarah masa silam. Ketiga: kegunaan Instruktif ialahsejarah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sehinggaterkait erat dengan pendidikan formal. Terutama sekali dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khususnya berkaitan dengan keterampilan dan kejuruan.
D.    Ruang Lingkup Kajian Filsafat Sejarah
Pada hakikatnya filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan tentang perbuatan manusia yang sudah terjadi. Filsafat sejarah juga mencoba memberikan jawaban atas sebab-sebab dan alasan segala peristiwa sejarah yang sudah terjadi. Filsafat sejarah berusaha masuk ke dalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan tantang maju dan mundurnaya bangsa-bangsa, tentang maju dan mundurnya perkembangan kebudayaan.
Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu tidak terletak di depan muka manusia seperti halnya  dengan bahan –bahan untuk menguji formulu-formula kimia.kejadian dan peristiwa sejarah terdiri atas beberapa phenomena dan phenombena-phenomena tersebut di anggap dan diartikan oleh manusia secra berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan menggunakan akal pikiranya akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal secara objektif terhadap phenomena-phenomena sejarah yang akan menghasilkan suaatu rangkain peristiwa sejarah.

Filsafat sejarah sebagai salah satu cabang fisafat mengandung 2 (dua) aspek kajian yaitu:
Pertama; filsafat sejarah berusaha untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang menyebabkan serta menguasai semua kejadian peristiwa jalannya sejarah. Usaha ini telah di kgembangkan dan berlangsung sejak beberapa abad yang lampau.
Kedua; filsafat sejarah berusaha untuk menguju kemampuan beberapa metode ilmu sejarah serta memberi penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah. Usaha ini belum terlalu lama di kembangkan oleh para ahli filsafat. (bandingkan dengan W.J. Van der Meulen SJ, 1987:12)
E.     Tokoh-tokoh Pelopor Filsafat Sejarah
Sungguhpun filsafat sejarah sudah berkembang lama sebelum terdapat penelitian ilmiah mengenai fakta-fakta sejarah, di lingkungan dunia barat, baru terjadi sungguh hbar sejak abd ke 19, teritama di jerman dengan Herder, Emmanuael Kant, Hegel, Karl Marx, Fichte dan sejumlah ‘’ dewa’’ filsuf sejarah lainnya. Para ahli ini menjalankan semacam ‘’analisi sejarah’’ berdasarkan sistem pemikiran mereka dan berdasarkan sejumlah ‘’gejala’’ dan phenomena-phenomena sejauh yang di pilih, yang belum pernah di pelajari dengan mendalam. Memang gejala tersebut hanya di hargai sebagai bahan untuk memupuk ilham mereka, namun di susun secara rapi. Kebanyakan mereka kurang sependapat dengan penyelidikan sejarah, yang baru mulai berkembang di bawah pimpinan Niebuhr dan Ranke.
 Setelah hasil-hail sejarah mulai tampak, kewibawan para filusuf mulai menjadi semakin suram. Syukurlah mereka di tolong oleh ahli-ahli sejarah sendiri, terutama pengikut Renke dan juga ahli-ahli sejarah dari luar jerman yang sudah melupakan kebijaksanaan guru mereka. Mabuk oleh sukses-sukses tadi, mereka di timpa kesombongan dan mengambil alih ‘’selimut kenabian’’ dari para filsuf, mereka mulai ‘’berupacara’’ sendiri sebagai ‘’penjaga harta’’ zaman lampau serta menjadi peramal dari depan. Demikianlah filsafat telah ‘’diperalat’’ oleh ahli-ahli sendiri  sehingga muncul ‘’historisme’’ dan sampai sekarang terus ada pengikutnya.
Namun salah satu akar ilmu yang baru berkembang ini, yaitu usaha menetapkan ‘’wie-es-eigentlich-gewesen-ist’’, sejak semula telah menghadapi tantangan berat. Dilthey dan Crose menggarisbawahi perbedaan yang mereka anggap penting sekali antara pokok persoalan ilmu dan pokok persoalan sejarah. Dalam istilah-istilah yang kasar, perbedaan ini mungkin dapat digambarkan/ diwakili oleh dikotomi terkenal antara “jiwa” dan “alam”. 
Kajian filsafat yang kedua, yaitu menguji metode dan kepastian ilmu sejarah, mulai berkembang di wilayah pimpinan Dilthey, Rickert, Croce, Collingwood, dan lain-lain walupun dalam lapangan filsafat ini belum di capai suatu kesepakatan bersama, harus kita akui, usaha mereka merupakan sumbangan yang penting ke arah pengertian yang lebih baik akan hakikat dan kemungkinan-kemungkinan pengembangan ilmu sejarah.
Usaha mereka dapat kita harapkan akan bemanfaat selama penyelidikan itu tidak bersifat amatir, tetapi sungguh-sungguh dilakukan oleh para ahli filsafat. Lebih baik lagi kalau penyelidik di samping ahli filsafat, juga ahli sejarah, atau sekurang-kurangnya orang yang pernah menjalankan penyelidikan historis berdasarkan sumber-sumber yang asli, sehingga dia sungguh-sungguh mengenal obyek yang di selidiki, ialah cara bekerja ilmu sejarah.

F.      Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah
1.    Filsafat Sejarah pada Zaman Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius. Segala kejadian di terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada tuhan sebagai pencipta, penyelamatf dan hakim  seluruh umat manusia. Isi dan seluruh hidup ialah kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di zaman pertengahan bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah, melainkan tentang tujuan (arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang tetap dan utama untuk selruh zaman pertengahan tersebut. Juga percobaan dari Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freishing mengalami perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia berusaha memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan kemenangan. Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen) di pandangnya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke barat.
2.    Filsafat Sejarah pada Zaman Renaissance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolutionyang dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh.
Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626).Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad 16 mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum Organon dengan maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa sesudahnya.Novum Organonatau New Instrumen berisi suatu pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang absurd.
Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.Beliaulah peletak dasar-dasar metode induksi modern dan menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah Menurut Bacon, jiwa manusia yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan (memoria), daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga aspek tersebut merupakan dasar segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan akal menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil kerja akal.




Daftar Fustaka
Rustam E. Tamburaka, pengantar ilmu sejarah teori filsafat sejarah sejarah filsafat dan iptek, [Jakarta: Rineka Cipta, Juli 1999], hlm. 127.
Ahmad fuad Al-Ahwani, filsafat islam, [Jakarta: Pustaka Firdaus, juni 2004], hlm. 19.
Kuntowijoyo, pengantar  ilmu sejarah, [yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, Oktober 1995], cetakan pertama, hlm. 1.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel, lahir di Stuttgart, th 1770, Jerman.
G.W.F. Hegel,Nalar dalam Sejarah, terjemahan dari: Reason in History, diterjemahkan oleh:Salahuddien Gz. [Jakarta: Mizan Publika, Maret 2005].
G.W.F. Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta Wijaya [Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001],
Rustam E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 130-140.
Rustam E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 142.
Rustam E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 156.
Rustam E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 145.


Makalah Filsafat Barat dan Timur, Modern dan Kontemporer

Makalah Filsafat Barat dan Timur, Modern dan Kontemporer
Oleh: Putradi
Npm: 11110139 


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun secara historis karna kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya paerkembangan ilmu memperkuat keberadapan  filsafat,  kelahiran filsafat di yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap  dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain, dengan filsafat pola yang berfikir yang selalu tergantung  rasio.