Makalah Sejarah Filsafat
Oleh: Putradi
Npm: 11110139
Npm: 11110139
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berangkat dari
kegelisahan yang ada dalam setiap diri manusia, dimana kita selalu
dihadapkan pada problematis yang disajikan para founding father kita.
Mereka teramat sering menyajikan goresan tintanya diatas kertas yang
berbeda-beda dengan yang lainnya, sehingga menuntut kita untuk bisa memfilter
dan memilah, bahkan menerobos jauh sehingga kita bisa membedakan mana sejarah
yang dibuat secara subjektif (berdasarkan diri sendiri) dan
sejarah secara objektif(berdasarkanrealitas yang ada).
Makalah ini berusaha
mengkaji dan menganalisis tentang “Filsafat Sejarah”. Sebagai aktor sejarah,
manusia sekaligus sebagai peneliti, pengkaji, penganalisis sejarah. Dimana
filsafat disini harus difahami sebagai metode yang melalui medium peninggalan
jejak-jejak masa lampau, apapun bentuk jejak-jejak itu. Ber-filsafat
menghantarkan kita pada suatu fragmen sejarah yang selama ini dipahami hanya
sang sejarawan lah yang mampu menginterpretasikannya.
Dewasa ini, dimana
setelah filsafat mendapatkan kejayaannya kembali. Terutama legitimasi dari
Islam, terbukti dengan banyak hadirnya jurusan filsafat di
Universitas-universitas ternama di indonesia (khususnya universitas Islam). Hal
ini mengindikasikan bahwa filsafat bukan lagi sebagai hantu dalam dunia
pendidikan, namun sebaliknya. Filsafat kekinian, selain sebagai medium untuk
menganalisa atas ambiguitas kepingan sejarah yang sangat terbatas, filsafat
juga sebagai penyelamat sejarah. Dimana terjadi banyak perdebatan mengenai
eksistensi sejarah sebagai ilmu pengetahuan (epistemologi), namun melalui
renungan-renungan filsafat lah sejarah bukan lagi sebatas dongeng belaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Filsafat Sejarah
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas mengenai
apa itu filsafat sejarah, ada baiknya pemakalah mengklasifikasikan terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat dan apa itu itu sejarah.
1. Pengertian
filsafat
Filsafat , berasal dari kata yunani
‘’Philos dan Shopia’’. Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Shopia artinya
hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang
pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan.
Filsafat adalah” induk
pengetahuan’’, Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang
lalu, pada masa yunani kuno. Di Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang
yunani,di sanalah awal mulanya muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat ini,
ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti
Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Thales lah orang pertama yang
mempersoalkan; substansi terdalam dari segala sesuatu.’’ Dan dari situlah
munculnya pengartian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan
dari Timur Tengah (khususnya orang-orang islam) menaruh perhatiannya pada
filsafat. Mulai dari Masyriqi sampai kawasan Maghribi, diantaranya: Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Mengenai
pengertian filsafat Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa
Yunani, masuk kedalam bahasa Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia yang
berari mengutamakan hikmah. Kata tersebut alam bahasa mereka berasal dari dua
kata: fila dan sufia. Fila berarti mengutamakan dan sufia berarti
hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam bahasa Yunani
disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata seperti itu
sering terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna orang
yang mengutamakan hikmah.
Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan
untuk mencari kebenaran agar manusia dapat bertindak secara bijaksana.
Bijaksana atau arif merupakan panduan pengalaman dan pengetahuan plus kekuatan
untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya berupa sikap adil,
propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang telah di
sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik
tertinggi di sebut Ph.d (doctor of philosophy) apapun di siplin ilmunya.
Dengan memberikan bobot philosophykepada gelar tertinggi yang telah di
raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya mampu mengembangkan kearifan dalam
mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta wisdom. Gagasan
awal itu sangat ideal, sekalipun dalam perkembangannya akhir-akhir ini
dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah seorang tukang tin
gkat tinggi minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat dari proses
spesialisasi yang melupakan induk
ilmu itu sendiri. Ilmuan yang hanya
terpukau dan terpakau oleh kajian khususnya tanpa menghubungkannya dengan
panaroma kehidupan yang luas terbentang, sama artinya dengan orang yang
sengaja mengurung diri dalam sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi
apalah maknanya bagi kepentingan kehidupan yang luas tak bertepi ini.
Filsafat sebagai induk dari semua
ilmu harus menjadi titik kembali bagi semua di siplin ilmu agar tidak
ingin kehilangan misi ilmu yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya
manusia menjadi arif. Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada
hasil perenungan mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia
(idealitas), sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar
dapat di ketahui sejauh manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya
penerapan idealitas harus selalu mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus
mengetahui kebaikan-kebaikan dan juga kelemahan-kelemahan dari realita yang
sedang kita hadapi; lalu kita merumuskan langkah-langkah yang di perlukan bagi
upaya perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya yang di miliki dan
tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di
perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak
menimbulkan gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang
bertolak belakang dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas.
2. Pengertian
Sejarah
Pengertian
Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti terjadi,syajarah berarti
pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; bahasa inggrishistory, bahasa
Lstin dan Yunani historia, dari bahasa Yunani histor atau istorberarti
orang pandai.
Menurut Hegel, sejarah
adalah perkrmbangan Roh dalam Waktu, sedangkan Alam adalah perkembangan Ide
dalam Ruang. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas di atas tiga unsur ( the
great triad): Ide-Alam-Roh. Ide dalam dirinya sendiri adalah sesuatu yang terus
berkmbang, dinamika realitas dari dan yang berdiri di balik layar-atau
sebelum-dunia. Antitesis dari Ide yang berada dari luar dirinya, yaitu Ruang,
adalah Alam. Alam terus berkembang, setelah mengalami taraf perkembangan
kehidupan mineral dan tumbuhan kedalam diri manusia. Dan dalam diri manusia
terdapat kesadaran yang membuat Ide menjadi sadar akan dirinya sendiri.
Hemat saya, seperti
yang dijelaskan oleh Hegel diatas bahwa Roh adalah kesadaran-diri, sadangkan
antitesis Ide dan Alam dan perkembangan dari kesadaran inilan yang disebut
sejarah. Filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban
atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah
adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab- sebab terakhir
dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan
segala peristiwa sejarah. Filsafat sejarah mencari penjelasan serta berusaha
masuk kedalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan keterangan tentang
bagaimana munculnya suatu negara, bagaimana proses perkembangan budayanya sampai
mencapai puncak kejayaanya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti pernah di
alami oleh negara-negara atas pada zaman yang lalu peran pemimpin-pemimpin
terkenal sebagai subyek pembuat sejarah pada zamannya.
B. Aliran-Aliran
dalam Filsafat
1. Aliran
Rasionalisme.
Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa
semua pengetahuan bersember pada akal pikiran atau rasio. Tokoh-tokohnya antara
lain sebagai berikut: Rene Descartes (1596-1650), ia membedakan
adanya tiga ide yaitu: Innate ideas (ide bawaan), yaitu sejak manusia lahir,
atventituus ideas, yaitu ide-ide yang berasal dari luar manusia dan ide
yang di hasilkan manusia itu sendiri, yaitu disebutfactitious ideas. Tokoh
rasinalisme yang lain adalah Spinoza (1632-1677) dam Leibniz (1646-17160.
Sehubungan dengan itu, yang paling penting Filsafat adalah‘’dinamisme’’nya
Leibniz ian bependapat bahwa sesuatu pada hakikatnya merupakan ‘’energi’’,
‘’kehendak’’, dan ‘’kekuatan’’ atau (dinamis).
2. Aliran
Empirisme
Empirisme adalah aliran yang
berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman indra. Indra
memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan
tersebut terkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman.
Tokoh-tokohnya adalah: John Locke (1632-1704); dibedakan menjadi dua macam
yaitu: (a) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh
dari luar, dan (b) pengalaman dalam (batin) (Reflexion). Kedua pengalaman
tersebut merupakan ide-ide yang sederhana, yang kemudian dengan proses asosiasi
membentuk ide yang kompleks.
3. Aliran
Kritisime
Kritisme yang menyatakan bahwa akal
menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris (yang meliputi indra dan
pengalaman). Kemudiam akal menempatkan, mengatur, dan menerbitkan dalam
bentuk-bentuk pengamatn yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan
pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh-tokohnya
adalah Immanuel Khant (1724-1804). Aliran kritisme kant tampaknya
mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.
4. Aliran
Skeptisme
Skeptisme, yang menyatakan bahwa
penserapan indra adalah bersifat menipu atau menyasatkan. Namun pada zaman
modern berkembang menjadi skeptisme metodis (sistematis) yang mensyaratkan
adanya bukti sebelum sesuatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-yokohnya adalah
Rane Descartes (1596-1650).
5. Aliran
Idealisme
Aliran idealisme ialah suatu aliran
filsafat metafisika yang berpendapat, bahwa hakikat dunia atau kenyataan
itu ialah ide, yang sifatnya rohani atau inteligasi. Dunia yang tampak saat ini
hanya ‘’maya’’ bayangan /impian belaka. Filosof besar Plato sbagai pelopor
aliran ini berpendapat, bahwa dunia hakiki ialah dunia ide, dan dunia gejala
itu hanyalah bayangan saja dari dunia hakiki itu. Dunia hakiki menurut Plato
adalah dunia yang sempurna, dunia yang ideal, dimana terdapat
mahluk-makhluk prototipe yang ideal (seperti kekudaan), sedangkan dunia duniawi
itu adalah dunia yang tidak sempurna, karna hanya perwujudan dari dunia hakiki,
seperti contohnya banyak kuda yang tidak sama.
6. Aliran
Realisme.
Aliran realisme berpendapat, bahwa di
luar kesadaran kita yang mengetahui segala benda memang ada sesuatu
sungguh-sungguh nyata, ada (real), yang dapat di amati oleh pikiran kita
melalui alat indra. Dalam sejarah filsafat, Aristoteles termasuk pelopor aliran
filsafat realis yang klasik, yang mengatakan, bahwa dia mengakui kenyataan
dunia, yang terdiri atas benda-benda individual, serta terdiri atas zat benda,
atau materi dan bentuk, sehingga zat itu mempunyai bentuk dan rupa yang dapat
kita amati.
7. Aliran
Materialisme dan Nuturalisme
Aliran materialisme berpendapat, bahwa
hakikat dunia ialah materi. Domokritos seorang ahli filsafat Yunani kuno telah
menciptakan teori atom (yang artinya tidak dapat di belah). Atom di anggap
zat-benda yang paling kecil, yang mengisi segala-galanya, yang kosong. Tidak
ada apa-apanya disebut Vaccum, dan yang penuh di sebut Plenum. Aedangkan
naturalisme menganggap bahwa, satu-satunya yang ada ialah alam atu natur, yang
terdiri atas benda-benda yang ber zat, menempati ruang dan mengalami perubahan
dalam waktu. Ilmu pengetahuan IPA mempelajari hukum-hukum yang menguasai alam
atau benda ini, di antaranya dengan ilmu fisika dan ilmu kimia.
8. Aliran
Pragmatisme
Istilah pragmatisme sering di hubungkan
dengan dua tokoh dari Amerika Serikat yaitu, William James (1842-1910) dan John
Dewey (1859-1952). Kaum pragmatisme mengakui terus terang bahwa, mereka
tidak dapat mengetahui dengan pasti hakikat dunia atau alam, seperti yang di
kem ukakan oleh kaum materelistis, kaum idealis, dan kaum realis. Pragmatisme
menganggap, bahwa manusia dengan segala keterbatasan peralatanya, tedak akan
mampu mengetahui hakikat alam semesta,karna alam sering berubah oleh hukum
waktu. Pragmatisme menyadari sekali, bahwa pengetahuan kijtra selalu memerlukan
revisi, bahwa pengetahuan kita selalu memerlukian revisi dan rekonstruksi untuk
menyesuaikan dengn perubahan zaman. Tetapi di sisi lain pragmatisme juga
menyadari bahwa pengetahuan sangat diperlukan untuk memperbaiki khidupan
manusia.
C. Tujuan
filsafat sejarah
Filsafat sejarah bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk
mnyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan
hakikat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
2. Memberikan
pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab
timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
3. Melali
studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang
memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
4. Studi
filsafat sjarah dapat menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis serta
arif-bijaksana atau wisdom.
5. Filsafat
sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari
pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta
pandangan berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia.
Selain penjelasan diatas tentang tujuan filsafat
sejarah, pemakalah juga mengajak teman-teman pembaca untuk lebih kritis dalam
menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad-abad sebelumnya, mampu merinci
setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri. Saya berpendapat bahwa
memahami filsafat sejarah agar lebih bisa membedakan apa yang disebut sejarah
subjektif dan mana yang objektif, tanpa membedakan kedudukan subjek dalam
masyarakat
Filsafat juga mekankan tiga unsur kegunaan dalam
sejarah, yaitu:pertama:kegunaan edukatif ialah menuntut setiap orang menjadi
lebih arif dan bijaksana dalam hidup. Kedua:kegunaan Inspiratif ialah
dorongan inspirasi yang didalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep,
semangat, motivasi perjuangan, dan untuk menghindari dari apa yang menjadi
faktor kehancuran peradaban sebagaimana banyak dipertontonkan oleh sejarah masa
silam. Ketiga: kegunaan Instruktif ialahsejarah dapat digunakan
sebagai bahan pengajaran sehinggaterkait erat dengan pendidikan formal.
Terutama sekali dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khususnya
berkaitan dengan keterampilan dan kejuruan.
D. Ruang
Lingkup Kajian Filsafat Sejarah
Pada hakikatnya filsafat sejarah berusaha mencari
penjelasan tentang perbuatan manusia yang sudah terjadi. Filsafat sejarah juga
mencoba memberikan jawaban atas sebab-sebab dan alasan segala peristiwa sejarah
yang sudah terjadi. Filsafat sejarah berusaha masuk ke dalam pikiran dan
cita-cita manusia dan memberikan tantang maju dan mundurnaya bangsa-bangsa,
tentang maju dan mundurnya perkembangan kebudayaan.
Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu
tidak terletak di depan muka manusia seperti halnya dengan bahan –bahan
untuk menguji formulu-formula kimia.kejadian dan peristiwa sejarah terdiri atas
beberapa phenomena dan phenombena-phenomena tersebut di anggap dan diartikan
oleh manusia secra berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan
menggunakan akal pikiranya akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang
maksimal secara objektif terhadap phenomena-phenomena sejarah yang akan
menghasilkan suaatu rangkain peristiwa sejarah.
Filsafat sejarah sebagai salah satu cabang fisafat
mengandung 2 (dua) aspek kajian yaitu:
Pertama; filsafat sejarah berusaha untuk mengetahui
dengan pasti faktor-faktor apa yang menyebabkan serta menguasai semua kejadian
peristiwa jalannya sejarah. Usaha ini telah di kgembangkan dan berlangsung
sejak beberapa abad yang lampau.
Kedua; filsafat sejarah berusaha untuk menguju
kemampuan beberapa metode ilmu sejarah serta memberi penilaian tentang hasil
analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah. Usaha ini belum
terlalu lama di kembangkan oleh para ahli filsafat. (bandingkan dengan W.J. Van
der Meulen SJ, 1987:12)
E. Tokoh-tokoh
Pelopor Filsafat Sejarah
Sungguhpun filsafat sejarah sudah berkembang lama
sebelum terdapat penelitian ilmiah mengenai fakta-fakta sejarah, di lingkungan
dunia barat, baru terjadi sungguh hbar sejak abd ke 19, teritama di jerman
dengan Herder, Emmanuael Kant, Hegel, Karl Marx, Fichte dan sejumlah ‘’ dewa’’
filsuf sejarah lainnya. Para ahli ini menjalankan semacam ‘’analisi sejarah’’
berdasarkan sistem pemikiran mereka dan berdasarkan sejumlah ‘’gejala’’ dan
phenomena-phenomena sejauh yang di pilih, yang belum pernah di pelajari dengan
mendalam. Memang gejala tersebut hanya di hargai sebagai bahan untuk memupuk
ilham mereka, namun di susun secara rapi. Kebanyakan mereka kurang sependapat
dengan penyelidikan sejarah, yang baru mulai berkembang di bawah pimpinan
Niebuhr dan Ranke.
Setelah hasil-hail sejarah mulai tampak,
kewibawan para filusuf mulai menjadi semakin suram. Syukurlah mereka di tolong
oleh ahli-ahli sejarah sendiri, terutama pengikut Renke dan juga ahli-ahli
sejarah dari luar jerman yang sudah melupakan kebijaksanaan guru mereka. Mabuk
oleh sukses-sukses tadi, mereka di timpa kesombongan dan mengambil alih
‘’selimut kenabian’’ dari para filsuf, mereka mulai ‘’berupacara’’ sendiri
sebagai ‘’penjaga harta’’ zaman lampau serta menjadi peramal dari depan.
Demikianlah filsafat telah ‘’diperalat’’ oleh ahli-ahli sendiri sehingga
muncul ‘’historisme’’ dan sampai sekarang terus ada pengikutnya.
Namun salah satu akar ilmu yang baru berkembang ini,
yaitu usaha menetapkan ‘’wie-es-eigentlich-gewesen-ist’’, sejak semula
telah menghadapi tantangan berat. Dilthey dan Crose menggarisbawahi perbedaan
yang mereka anggap penting sekali antara pokok persoalan ilmu dan pokok
persoalan sejarah. Dalam istilah-istilah yang kasar, perbedaan ini mungkin
dapat digambarkan/ diwakili oleh dikotomi terkenal antara “jiwa” dan
“alam”.
Kajian filsafat yang kedua, yaitu menguji metode dan
kepastian ilmu sejarah, mulai berkembang di wilayah pimpinan Dilthey, Rickert,
Croce, Collingwood, dan lain-lain walupun dalam lapangan filsafat ini belum di
capai suatu kesepakatan bersama, harus kita akui, usaha mereka merupakan
sumbangan yang penting ke arah pengertian yang lebih baik akan hakikat dan
kemungkinan-kemungkinan pengembangan ilmu sejarah.
Usaha mereka dapat kita harapkan akan bemanfaat
selama penyelidikan itu tidak bersifat amatir, tetapi sungguh-sungguh dilakukan
oleh para ahli filsafat. Lebih baik lagi kalau penyelidik di samping ahli
filsafat, juga ahli sejarah, atau sekurang-kurangnya orang yang pernah
menjalankan penyelidikan historis berdasarkan sumber-sumber yang asli, sehingga
dia sungguh-sungguh mengenal obyek yang di selidiki, ialah cara bekerja ilmu
sejarah.
F. Sejarah
Perkembangan Filsafat Sejarah
1. Filsafat
Sejarah pada Zaman Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman
pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-sifat yang religius. Segala
kejadian di terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada tuhan sebagai
pencipta, penyelamatf dan hakim seluruh umat manusia. Isi dan seluruh
hidup ialah kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di
zaman pertengahan bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah,
melainkan tentang tujuan (arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat
sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang
tetap dan utama untuk selruh zaman pertengahan tersebut. Juga percobaan dari
Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freishing mengalami
perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat
pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia berusaha
memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu
di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan
kemenangan. Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen)
di pandangnya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada
manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya
menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke
barat.
2. Filsafat
Sejarah pada Zaman Renaissance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas
Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa
disebut Copernican Revolutionyang dipelopori oleh sekelompok sanitis
antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac
Newton (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode
eksperimen atas dasar yang kukuh.
Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan
tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya Roger Bacon
(1561-1626).Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan.
Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu
sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat
kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk
memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu
berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya
berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human
power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern
yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad 16
mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan
akhirnya ditinggalkan secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar
filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum
Organon dengan maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu
pengetahuan dengan teori baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di
Inggris pada masa sesudahnya.Novum Organonatau New Instrumen berisi
suatu pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu
bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang
absurd.
Hart mengaggap Bacon sebagai filosof
pertama yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan
dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.Beliaulah peletak
dasar-dasar metode induksi modern dan menjadi pelopor usaha untuk
mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat
praktis yaitu menjadikan untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui
penemauan ilmiah Menurut Bacon, jiwa manusia yang berakal mempunyai kemamapuan
triganda, yaitu ingatan (memoria), daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga
aspek tersebut merupakan dasar segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang
sudah diperiksa dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan
akal menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil kerja akal.
Daftar
Fustaka
Rustam
E. Tamburaka, pengantar ilmu sejarah teori filsafat sejarah sejarah
filsafat dan iptek, [Jakarta: Rineka Cipta, Juli 1999], hlm. 127.
Ahmad
fuad Al-Ahwani, filsafat islam, [Jakarta: Pustaka Firdaus, juni
2004], hlm. 19.
Kuntowijoyo, pengantar
ilmu sejarah, [yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, Oktober 1995], cetakan
pertama, hlm. 1.
Georg
Wilhelm Friedrich Hegel, lahir di Stuttgart, th 1770, Jerman.
G.W.F.
Hegel,Nalar dalam Sejarah, terjemahan dari: Reason in History,
diterjemahkan oleh:Salahuddien Gz. [Jakarta: Mizan Publika, Maret 2005].
G.W.F.
Hegel, Filsafat Sejarah, terj. Cuk Ananta Wijaya [Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001],
Rustam
E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 130-140.
Rustam
E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 142.
Rustam
E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 156.
Rustam
E. Tamburaka, Op. Cit., hlm. 145.