A. Pengertian
Karma/Kamma:
Kamma adalah kata berasal dari bahasa pali dan Karma adalah kata berasal dari bahasa
Sansekerta menurut huruf berarti: "Perbuatan" atau "Action",
yang dalam arti umun meliputi semua kehendak (cettana) dan maksud perbuatan, yang baik (kusala) maupun yang buruk (akusala),
lahir atau batin, dengan pikiran (mano
kamma), kata-kata/ucapan (vaci kamma),
dan badan jasmani (kaya kamma). Makna
yang lebih luas dari kamma adalah semua kehendak dengan tidak membeda-bedakan
apakah kehendak itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral) (A: vi: 63).
Sehubungan dengan hal Kamma ini Buddha
bersabda sebagai berikut: "O para Bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cettana) itulah yang Aku namakan Kamma,
Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan dan
pikiran." (A, iii: 415).
Kamma bukanlah
satu ajaran yang membuat manusia menjadi orang yang lekas putus asa, juga bukan
ajaran tentang adanya suatu nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu
yang telah lampau mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi
tidak menentukan keseluruhannya, karena meliputi apa yang telah lampau dan pada
saat ini, yang telah lampau bersama dengan yang terjadi pada saat-saat
sekarang, mempengarihi hal-hal yang akan datang.
Yang telah lampau
sebenamya merupakan dasar dimana hidup sekarang berlangsung dari satu saat lain
dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang
inilah sebagai saat yang nyata dan ada didalam tangan kita sendiri untuk dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Semua perbuatan
menimbulkan akibat dan akibat ini merupakan pula sebab yng akan menghasilkan
akibat yang lain, dan begitu pula seterusnya, sehingga karma juga sering
disebut sebagai 'Hukum sebab akibat'. Misalnya melempar batu merupakan suatu
perbuatan. Batu tadi mengenai jendela kaca dan kaca itu pecah. Pecahnya kaca
sebagai akibat lemparan batu. Tetapi peristiwa ini tidak selesai disini saja.
Karena kaca pecah merupakan pula satu sebab dari kesukaran-kesukaran lain.
Misalnya sejumlah uang dari lemparan batu tadi harus berpindah tangan untuk
mengganti kaca yang pecah itu. Orang itu mungkin terpaksa menggunakan uangnya
untuk ganti rugi, yang sebenamya uang itu mungkin dicadangkan untuk keperluan
lain, sehingga menimbulkan suatu kekecewaan. Kekecewaan ini mungkin akan
menjadi sebab dari suatu perbuatan yang tidak baik dari seseorang, dan
begitulah seterusnya. Maka dengan demikian akibat kamma tidak akan cepat
berakhir.
Kita harus
berhati-hati sekali dengan perbuatan kita, supaya akibatnya senantiasa bersifat
baik. Kita hendaknya selalu berbuat baik, menolong makhluk-makhluk lain,
membuat makhluk-makhluk lain bahagia. sehingga perbuatan itu akan membawa suatu
kamma vipaka (akibat kamma) yang baik
dan membuat kekuatan kepada kita untuk melakukan kamma yang lebih baik lagi.
Contoh lain yang
gampang dipahami adalah sebagai berikut: Lemparkanlah sebuah batulam suatu
kolam yang tenang. Pertama-tama akan terdengar suara percikan air dan
kemudian terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah, bagaimana
lingkaran ini makin lama makin melebar. sehingga menjadi begitu lebar dan
halus, yang tidak dapat terlihat lagi dengan mata kita. Ini bukan berarti gerak
itu tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai
tepi kolam, ia akan memantulkan ketempat dimana batu tadi dijatuhkan.
Selama kita
berbuat dengan maksud buruk, maka gelombang akibat yang buruk pula yang akan
senantiasa mengganggu kita. sebaliknya, bila kita berbuat baik, maka gelombang
akibat yang baik pula yang akan mengganggu kita. Sebagaimana orang menanam biji
mangga pasti akan menghasilkan pohon mangga juga, begitu pula orang yang
menanam bibit padi, pasti akan menghasilkan padi pada waktu yang akan datang.
Sang Buddha bersabda: Sesuai benih yang
ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kejahatan akan memetik
kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih, dan engkau pulalah yang akan
merasakan buah-buah daripadanya (S.ii. 227).
Segala sesuatu
yang datang pada kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya.
Bilamana kita mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang
telah kita perbuat adalah benar, sebaliknya bilamana sesuatu menimpa kita dan
membuat kita membuat kita tidak tenang, Kamma-Vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat kesalahan. Janganlah
sekali-kali dilupakan hendaknya, bahwa
kamma-vipaka itu senantiasa benar. la tidak mencintai ataupun membenci,
pun tidak marah dan juga tidak memihak.
la adalah semata-mata hukum dari sebab akibat. Kamma tidak mengenal
kita. Dapatkah misalnya api mengerti atau mengenal kita, bilamana terbakar
olehnya? Tidak, membakar dan menyebabkan panas adalah sifat api.
Api bila digunakan
secara baik, akan memberikan penerangan, membuat masak makanan atau keperluan-keperluan
lain yang bermanfaat bagi kita, bahkan diri kita sendiri.
Sifat api adalah
membakar dan tergantung pada kita untuk mempergunakan sebaik-baiknya.
Sebenamya, sangatlah bodoh, bilamana kita memarahi api, jika kita sendiri yang
salah mempergunakannya, hingga api itu merugikan kita. Di dunia ini banyak
sekali yang dapat kita lihat ’tingkatan-tingkatan kesadaran manusia’. Ada orang
yang meninggal pada waktu masih kanak-kanak yang lain mencapai usia delapan
puluh atau seratus tahun. Ada orang yang selalu sakit-sakitan dan yang lain
kuat dan sehat. Ada orang yang mempunyai wajah cantik, atau ganteng dan yang
lain berwajah buruk. Ada yang lahir sebagai jutawan, yang lain lagi sebagai
pengemis. Ada orang yang lahir dalam keadaan mewah dan yang lain dalam keaadan
kekurangan. Ada orang yang dilahirkan memiliki bakat suatu ilmu tertentu dan
yang lain sebagai orang bodoh atau terbelakang.
Apakah sebenarnya
yang menimbulkan kepincangan-kepincangan ini? Bagi seorang umat Buddha tidak
dapat mempercayai, bahwa kepincangan-kepincangan ini hasil dari suatu sebab
yang kebetulan saja. Ilmu pengetahuan sendiri tidak dapat menerima suatu teori,
bahwa segala sesuatu itu hanya kebetulan saja atau untung-untungan belaka. para
ahli pengetahuan senantiasa bekerja berdasarkan hukum sebab dan akibat. Begitu
pula seorang umat Buddha tidak dapat percaya bahwa kepincangan-kepincangan ini
disebabkan oleh perbuatan satu 'kekuatan luar'. Kaiau sekirranya ada orang yang
percaya hal demikian itu, terserah kepada yang bersanggkutan, dalam hal ini
tidak perlu kita mencela atau menyalahkan orang. Buddha seringkali menerangkan
beraneka macam keadaan manusia di dunia ini dan betapa tidak masuk akal kalau
hal tersebut disebabkan oleh suatu 'kekuatan luar', diluar manusia itu sendiri.
Kepincangan,
keganjilan yang terdapat di dunia ini menurut ajaran Agama Buddha
sebagian memang mempunyai sebab, keadaan pcrantara yang menimbulkan berbagai
macam keadaan itu; tetapi. sebagian besar oleh rangkaian sebab-sebab yang tidak
hanya terjadi pada saat saja bahkan juga pada waktu-waktu yang telah lampau.
Memang, sebenarnya manusia itu bertanggung jawab atas kebahagiaan maupun
kesengsaraannya, ia sendiri yang membuat Sorga atau Neraka. la adalah majikan
untuk hari kemudian,
sebagai pewaris kelakuannya yang lampau maupun saat ini.
B. Hukum Tertib
Kosmis
Sekalipun Dhamma
mengajarkan bahwa Kamma adalah sebab utama dari adanya berbagai keadaan dialam
ini, namun ini bukanlah suatu fatalisme (menyerah pada keadaan dan berputus
asa) maupun suatu nasib tertentu yang sudah digariskan untuk seseorang atau
makhluk. Hukum Karma hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab,
sebagaimana dapat ditemukan dalam falsafah Buddhis (Compendium of philosophy
page 191) atau salah satu dari lima Niyama
(Hukum Tertib Alam Semesta) yang bekerja di alam semesta ini dan
masing-rnasing merupakan hukum-hukum tersendiri. Hukum-hukum yang dimaksud di
atas adalah:
1.
Utu Niyama: Hukum tertib "physical inorganic",
misalnya: Gejala timbulnya angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.
2.
Bija Niyama: Hukum tertib tumbuh-tumbuhan dari benih-benih dan
pertumbuhan tanaman-tanaman, misalnya: padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula
berasal dari batang tebu atau madu;
keistimewaan dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
3.
Karma Niyama: Hukum tertib
sebab akibat, misalnya: perbuatan yang bermaksud bermanfaat (membahagiakan atau
baik) dan bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula
akibat baik atau buruk. Sebagaimana sifat air yang selalu mengalir untuk
mencapai persamaan tingginya, begitu pula Karma bersifat untuk selalu
mendapatkan keseimbangannya, selalu menghasilkan buah-buah yang sewaktu-waktu
menyenangkan dan sewaktu-waktu tidak menyenangkan. bukan sebagai hukuman atau
hadiah terhadap sipembuat perbuatan, tetapi memang sudah menjadi wataknya atau
rangkaian satu kejadian. Rangkaian dari kejadian sebab akibat ini seperti
tertib jalannya (yang saling bergantungan) dari bulan dengan bintang-bintang.
4.
Dhamma Niyama: Hukum tertib
terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya: terjadinya keajaiban
alam pada saat seorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai calon Buddha, akan terlahir menjadi
seorang Buddha. Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam lainnya,
sebab-sebab dari pada keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini.
5.
Citta Niyama: Hukum
tertib jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah misalnya: proses
kesadaran, timbul dan tenggelamnya (lenyapnya) kesadaran, sifat-sifat
kesadaran, kekuatan pikiran (batin) dan sebagainya. Tetapi, kemampuan untuk
mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang
akan terjadi dalam jangka pendek maupun jauh, kemampuan untuk menbaca pikiran
orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh
pengetahuan modern termasuk hukum terakhir ini (Abhidhamma Vatara; 54).
Demikianlah uraian
singkat tentang kelima Hukum Tertib Alam Semesta atau Niyama meliputi semua
gejala-gejala lahir maupun batin diseluruh alam semesta ini. Niyama ini
merupakan hukum yang masing-masing memiliki sifat tersendiri dan tidak usah
diatur oleh siapapun juga.
C. Peranan Cetana
Dalam Kamma.
Cetana merupakan akar dari perbuatan baik maupun buruk, maka,
apabila cetana berhubungan dengan kesadaran/citta yang berakar pada lobha, dosa dan moha, akan
timbul perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pikiran (mano), ucapan (vaci) dan
tindakan badan jasmani (kaya) yang
buruk, kemudian sebagai akibatnya dimiliki bentuk-bentuk yang buruk. Sebaliknya
jika cetana berhubungan dengan
kesadaran (citta) yang aloba, adosa dan amoha, akan timbul perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pikiran (mano), ucapan (vaci) dan tindakan badan jasmani (kaya) yang baik, akibatnya ialah bentuk-bentuk kamma baik.
Buddha bersabda: "Pemilik
kamma adalah makhluk-makhluk sebagai ahli waris dari kammanya: Kamma merupakan
rahim darimana ia dilahirkan, bersatu dengan kammanya, yang merupakan
pernaungannya. Kamma apapun juga, yang baik maupun yang hurukyang
diwarisinya" (A.x.205).
Sabda Buddha yang
lain: "Dimana saja makhluk-makhluk menifis, disiiulah Kammanya itu
masak (berbuah), disitulah ia akan menerimanya, pada kehidupan ini, atau dalam
kehidiipan yang akan datang" (A.iii: 33).
Tanpa mengerti
peranan Cetana dalam Hukum Kamma, sudah dapat dipastikan bahwa semua
kepincangan yang terlihat dalam hidup ini seolah-olah tidak adil, namun yang
sesungguhnya adalah tidak demikian. Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha
adalah jelas sekali bahwa Sanghyang Adi Buddha (Tuhan Yang Maha Esa) itu sangat
adil, sangat bijaksana, Maha pengasih dan Maha penyayang adanya, terhadap semua
makhluk tanpa membeda-bcdakan diseluruh alam semesta ini. Tetapi apa yang
tertampak dalam kehidupan di alam manusia ini serba bertingkat, seperti: ada
yang kaya raya, ada yang miskin, ada yang cerdas otaknya, ada yang bodoh/dungu,
ada yang cacat sejak lahir, ada yang buruk wajahnya, ada yang berparas cantik,
dan ada pula yang berparas jelek dan seterusnya. Maka kita harus mengerti bahwa
semua itu disebabkan oleh Karmanya masing-masing.
Selama masih ada
Cetana, maka selama itu akan terjadi kamma dengan segala akibatnya. Oleh karena
itu camkanlah bahwa tidak mungkin kehendak untuk berbuat atau Cetana itu akan
berhenti, semasih orang belum mengalami akibatnya, mungkin didalam kehidupan
yang berikutaya atau kehidupan yang akan datang. Tidaklah mungkin kalau tidak
mengalami sendiri akibatnya, orang akan dapat mengakhiri akibatnya.
D. Syarat Syarat Yang Bisa Disebut Kamma
Adanya badan (kaya), tercetuslah Cetana dalam
perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan. Adanya
pengucapan (Vaci), tercetuslah adanya
Cetana dalam ucapan itu, maka
timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan. Adanya pikiran (mano), tercetuslah Cetana dalam pikiran (mano), maka timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan.
Karena Avijja (ketidak tahuan), orang didorong
oleh perasaan melakukan sebuah bentuk kamma melalui perbuatan badan, ucapan
atau pikiran, yang menimbulkan kebahagiaan maupun kesengsaraan dirinya sendiri,
atau dipengaruhi oleh orang lain melakukan hal itu. Cetana yang tercetus dalam
perbuatan badan, ucapan dan pikiran, itulah yang disebut Kmma dan yang
merupakan pula benih untuk bertumimbal-lahir. Jadi suatu perbuatan yang dapat
disebut Kamma yaitu,bilamana memenui syarat-syarat: Kamma/karma terjadi karena adanya Cetana. Perbuatan yang dilaksanakan
berdasarkan kesadaran atau dengan sengaja.
E. Pembagian Kamma
Kamma dibagi dalam empat golongan besar yaitu:
1.
Menurut jangka waktunya (Pakakala Catuka) golongan dari Kamma ini dapat dibagi dalam empat
jenis:
i.
Dittha Dhammavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau membuahkan
hasil dalam kehidupan sekarang ini. Disebabkan oleh kehendak impuls (kehendak
yang mudah digerakkan dengan dorongan hati) atau dalam bahasa Palinya disebut
Javana Cetana yang baik maupun yang buruk. Javana Cetana mi menimbulkan Kamma
yang berbuah dalam kehidupan ini juga. Dittha
Dhammavedaniya-kamma terbagi dua macam, yaitu:
a)
Paripakka Dittha
Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang
memberikan hasil/akibat dalam waktu 7 (tujuh) hari dengan pasti.
Contoh: Dalam Sutta menceriterakan, ada seorang miskin yang bernama Maha
Duggata member! dana makanan kepada YMS Kassapa Samma Sammbuddha, setelah
selesai berdana, dalam waktu 7 (tujuh) hari kaya raya. Demikian juga dengan seorang miskin vang bemama Punna, memberikan dana
makanan kepada Ven Sariputta Maha Thera setelah berdana menjadi kaya raya dalam
waktu 7 (tujuh) hari.
b)
Aparipakka Dittha Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan hasil/akibat setelah
lewat 7 (tujuh) hari.
Contoh: Jika berhuat kejahatan
atau kebaikan dalam usia muda akan memberikan hasil/akibatnya pada usia muda
atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.
c)
Uppajjavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau memberikan hasil dalam
kehidupan yang akan datang, dalam kehidupan ke 2 (dua).
d) Aparaparavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau memberikan hasil /akibat dalam kehidupan
berikutnya berturut-turut, yaitu dalam kehidupan yang ke 3 (tiga) dan
seterusnya.
e)
Ahosi-Kamma: Kamma yang lelah hahis.
Contoh: Yang Ariya Angulimala Thera. sehelum menjadi anggota Sangha,
pernah menjadi penjahat dan lelah membunuh ratusan orang. Setelah beliau
berjumpa Buddha dan menjadi Bhikkhu. sewaktu menjadi Bhikkhu sangat tekun
melaksanakan meditasi Vipassana Bhavana, dan akhirnya mencapai tingkat Arahat.
Jadi, kejahatan beliau yang membunuh ratusan orang itu menjadi Ahosi-Kamma,
yaitu Kamma yang tidak menimbulkan akibat sama sekali.
2.
Menurut sifat bekerjanya (Kicca
catukka) golongan dari Kamma ini dapat dibagi dalam 4 (empat) jenis, yaitu:
i.
Janaka Kamma adalah Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat-syarat untuk
terlahimya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan Nama Khandha (kelompok batin) dan Kamma-rupa (materi/jasmani). Kamma ini disebut Janaka Kamma, yaitu Akusala-Kamma
12 dan Lokiyakusala-Kamma 17, Kammavacarakusala-Kamma 8, Rupavacarakusala-Kamma 5, dan Arupavacarakusala-Kamma 4. Janaka-Kamma ini adalah bertugas
melahirkan makhluk-makhluk di dalam 31 alam kehidupan.
ii. Upatthambhaka-Kamma Adalah Hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat dari pada
sebab (kamma) yang telah timbul. Kamma
ini adalah membantu Janaka-Kamma,
yaitu:
a)
Membantu Janaka-Kamma
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu
menimbulkan hasil/akibat.
Upatthambhaka
yang membantu Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat, memberikan waktu menimhulkan hasil/akibat: Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan)
yang timbul akan menghadapi kematian, Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan)
yang timbul dalam keadaan biasa (sehari-hari). Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan) inilah yang menjadi
Upatthambhaka-Kamma yang membantu Janaka-Kamma
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat. memberikan waktu
menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan akibat Janaka-Kamma yang belummempunyai waktu
menimbulkan hasil/akibat terbagi 2 (dua) macam.yaitu:
(1) Janaka-Kamma dalam kehidupan yang
lampau
(2) Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini.
Janaka-Kamma yang belum mempunyai
waktu menimbulkan hasil/akibat,
memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat, dibagi menjadi 8 bagian, yaitu:
(1) Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian. menbantu kepada kusala Janaka-Kamma dalam
kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat,
memberikan waktu menimbulkan hasil/akihat.
Contoh: A umat Buddha, dalam kehidupan sekarang ini
banyak berbuat kebaikan. Tetapi sewaktu A sakit keras dan akan menghadapi
kematian, terlihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik, membuat gelisah.
Kemudian familinya mengundang Bhikkhu untuk bersembahyang dan memberikan
nasehat Dhamma dihadapan A, setelah A mendengar pembacaan Parita/Dharani dan
nasehat Dhamma dari Bhikkhu itu, batinnya menjadi tenang, nimita/bayangan Kamma
yang tidak baik lenyap, dan timbul nimita/bayangan Kamma yang baik. Sewaktu A
menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia tumimbal-lahir di Kamasugati-Bumi. Hal ini disebabkan kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
lampau, yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu
memberikan hasil/akibat. Bahasa Pali berbunyi sebagai berikut: ”Imasmim
cayam samaye, kalankaritatha puggalo, saggamhi upapajjeyya, cittanhisa
padusitang” Artinya: Orang itu,
jika meninggal pada saat itu, pasti tumimbal-lahir di Alam Deva, sebab batin
orang itu tenang. Orang itu, jika meninggal dunia pada saat itu, pasti
tumimbal-lahir di Alam Neraka, sebab batin orang itu gelisah.
(2) Kusala yang timhul sewaktu
menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat memberikan
waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: B umat Buddha, suka berdana, banyak berbuat
kebaikan, tetapi tidak pemah belajar Dhamma, dan tidak pernah melaksanakan
meditasi. Pada suatu hari B jatuh sakit keras dan akan menghadapi kematian,
timbul perasaan takut mati dan terlihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik,
batin B menjadi gelisah. Sewaktu familinya melihat keadaan B sangat gawat,
cepat-cepat mengundang Bhikkhu untuk membacakan Parita dari Bhikkhu itu, batin
B jadi tenang, Nimitta/bayangan Kamma
yang buruk lenyap, dan timbul nimita/bayangan
Kamma yang baik. Sewaktu B meninggal dunia, la tumimbal-lahir di Kammasugatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma
dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(3) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang
belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: C seorang dermawan. banyak memberikan dana untuk
meringankan pendentaan sesama manusia, patuh dengan sila-sila. Tetapi C belum
pernah melihat pikirannya dengan jalan melaksanakan Samatha-Bhavana dan
Vipassana-Bhavana, dan belum pemah belajar Dhamma Sewaktu C jatuh sakit keras
dan akan menghadapi kematian. timbul perasaan takut mati dan kuatir dengan
harta benda dan anak cucu yang ditinggalkan, batinnya menjadi gelisah dan Akusala-cita (pikiran jahat) timbul pada
waktu itu. Terlihat oleh C nimita/bayangan
kamma yang tidak baik, wajahnya memperlihatkan rasa kawatir dan ketakutan.
sedangkan familinya yang mempunyai pengertian mengenai Dhamma, maka itu tidak
dapat merubah keadaan C, dan sewaktu C menghembuskan nafasnya yang terkhir, ia
terlahir pada salah satu Apayabhumi. Kusala (kebaikan) yang C perbuat dalam
kehidupan sekarang ini tidak mampu membantu memberikan hasil untuk dilahirkan
di Sugatibhumi, Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu Akusala yang C
pemah berbuat pada kehidupan yang lampau, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(4) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini
yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu
menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: D sewaktu masih muda, banyak bcrbuaat kejahatan,
yaitu membunuh makhluk, mencuri, berzina, dan lain-lainnya. Sewaktu D mencapai
usia setengah abad, terbayang kejahatan-kejahatan yang pemah dilakukan sewaktu
masih muda, batinya merasa tidak tenteram, kemudian D Menerima penahbisan
Kebhkkhuan dan menjadi anggota Sangha. Pada suatu hari Bhikkhu D jatuh sakit
keras dan ia terpikir lagi dengan kejahatan yang pernah dilakukan sewaktu masih
muda, bathinnya menjadi tidak tenang, takut terlahir di Apayabhumi, sewaktu Bhikkhu D menghembuskan nafasnya yang terakhir,
Bhikkhu D bertumimbal lahir di alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu kepada Akusala
yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(5) Kusala yang timbul secara normal
dalam kehidupan sekarang ini. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: E Mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan
dosa dan pahala, berpandangan membunuh makhluk tidak berdosa, berdana dan
sembahyang tidak menimbulkan pahala. Tetapi E tidak melakukan perbuatan dari
pandangan salah itu. E bekerja sebagai pelayan pada seorang budiman beragama
Buddha, yang mana majikannya suka berdana, suka belajar Dhamma dan
bersembahyang. Setiap kali majikannya pergi ke Vihara untuk bersembahyang dan
mendengarkan Dhamma E diajak ikut serta. lama-lama E dapat menghilangkan
pandangan salahnya dan mempunyai keyakinan tcrhadap Tri Ratna, kemudian E
menjadi umat Buddha yang taat dan patuh Damma dan Vinaya. Sewaktu E jatuh sakit
keras dan akan meninggal dunia, batinnya tenang, sebab E hidup sendirian, dan
tidak banyak berbuat kejahatan, setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir E
bertumimbal-lahir di Suggatibhumi.
Hal ini disebabkan Kusala yang timbul
secara normal dalam kehidupan ini, membantu Kusala-Janaka-Kamma
dalam kehidupan yang lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(6) Kusala yang timbul secara normal
dalam kehidupan sekarang mi, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai menimbulkan hasil/akihat.
Contoh: F pernah menjalankan hidup Kebhikkhuan, pernah helajar Dhamma, pernah
melaksanakan Samatha-Bhavana dan Vipassana-Bhavana. F hidup sekarang
ini sebagai nelayan, yang mana termasuk mata pencahariannya yang salah, tetapi
suatu hari Uposatha F berdana makanan dan kebutuhan sehari-hari kepada para
Bhikkhu. dan berbuat kebaikan kepada sesama manusia serta melaksanakan meditasi
sctiap hari. Setiap kali F memberikan dana juga dalam keadaan senang hati.
Sewaktu F akan meninggal dunia, batinnya tenang karena mengingat dana yang
telah diberikan kepada para Bhikkhu. setelah ia menghembuskan nafasnya yang
terakhir F bertumimbal-lahir di Suggatibhumi.
Hal ini disebabkan Kusala yang
dilaksanakan oleh F setiap hari Upossata yaitu berdana makanan kepada para
Bhikkhu merupakan Kusala yang
membantu kepada Kusala dari meditasi
yang dilaksanakan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan
hasil/akibat.
(7) Akusala yang secara normal dalam
kehidupan sekarang ini. memhantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan yang lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: G sedari kecil hingga dewasa selalu mengikuti
orang tuanya ke Vihara bersembahyang dan mcmdengarkan ceramah Dhamma, selalu
pergi dengan orang tuanya berdana makanan kepada para Bhikkhu. Tetapi setelah G
berkeluarga ia jarang sekali ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan
ceramah Dhamma, jarang sekali berdana karena keadaan ekonominya tidak
mengijinkan. Pikirannya selalu tertuju untuk mencari uang, dan terikat dengan
kesenangan duniawi. Sewaktu G meninggal dunia, ia tumimbal-Iahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala-Citta (pikiran jahat) yang
selalu timbul belakangan ini membantu kepada Akusala yang G pernah perbuat pada kehidupan yang lampau memberikan
waktu menimbulkan hasil/akibat.
(8) Akusala yang timbul sacara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu
Akusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai
waktu memberikan hasil/akihat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contohnya: H sedari kecil hingga dewasa boleli dikatakan
jarang sekali berbuat kebaikan, ia suka mencuri, berjudi, berzina.dan
minum-minuman keras. Setelah H dipaksa oleh orang tuanya untuk menjalankan
kebaikan agar dapat melenyapkan kebiasaanya yang tidak baik itu. H bersedia
ditahbiskan menjadi Bhikkhu, setelah ia menjadi Bhikkhu. Bhikkhu H melaksanakan
meditasi dengan baik, belajar Dhamma dengan tekun dan taat melaksanakan
Vinaya/Sila. Setelah tiga tahun, Bhikkhu H timbul rasa jemu, dan keyakinannya
merosot, tidak lagi melaksanakan meditasi, pikirannya sudah ingin keluar dari
hidup kebhikkhuan. Kerjanya sekarang hanya membaca buku-buku roman, suka omong
kosong, suka melamun dan gelisah. Sewaktu Bhikkhu H jatuh sakit keras, ia
melihat nimita/bayangan Kamma yang
tidak baik. dan setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir Bhikkhu H
bertumimbal-lahir di tiracchanabhumi (alam
binatang) dengan kekuatan Akusala
yang timbul belakangan sewaktu ia masih hidup, membantu kepada Akusala yang Bhikkhu H pernah perbuat
sebeium menjadi Bhikkhu.
b)
Membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan
kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Upatthambhaka-Kamma
yang membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna, dibagi menjadi 10 bagian:
(1) Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan
yang lampau, yang sedang mempunyai waklu memberikan hasil/akibat, memberikan
kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: A seorang /pendiam, sabar dan takut berbuat
dosa, hanya berbuat kebaikan menurut kemampuannya, karena A adalah buruh kecil, penghasilannya
terbatas. A jarang ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah
Dhamma karena tidak ada waktu. Sewaktu A sakit keras dan meiiinggal dunia.
Batinnya tenang, setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia
tumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal
ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu
menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma
yang A pernah berbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat.
(2) Kusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan sempurna.
Contoh: B seorang budiman. selalu berbuat kebaikan,
jarang berbuat kejahatan sebab takut dosa. Sewaktu B akan meninggal dunia
mempunyai batin yang tenang, setelah ia meninggal dunia, B tumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma
yang B perbuat sebelum meninggal dunia yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil/akibat, memberi kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna.
(3) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberi kekuatan untuk
menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: C mempunyai sifat masa bodoh, tidak tertarik
dalam hal kebaikan, hanya berusaha mencari uang melulu, tetapi tidak berbuat
sesuatu yang bertentangan dengan sila. Sewaktu akan meninggal dunia batinnya C
tidak tenang karena terikat dengan keluarganya, Akusala-Citta timbul setelah ia menghembuskan nafasnya yang
terakhir, C tumimbal-lahir di Apayabhumi.
Hal ini disebabkan Akusala yang
timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Akusala-Janaka-Kamma yang C perbuat dalam kehidupan lampau yang
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(4) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi
kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini
yang sedang menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contohnya: D seorang yang jahat, tidak percaya dosa dan
pahala, tidak percaya adanya tumimbal-lahir. D berbuat sesuatu menurut
keinginannya, tidak percaya siapapun. Sewaktu D akan meninggal dunia, batinnya
gelisah, setelah meninggal dunia ia tumimbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Akusala-Janaka-Kamma yang pernah D
perbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat.
(5) Kusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu kepada
Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil/akibat. mamberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akihal.
secara sempurna. Contohnya: E adalah anak dari seorang
budiman. orang tuanya mendidik E untuk taat dengan Agama, suka bersembahyang,
dan melaksanakan sila dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sewaktu E mencapai
usia 5 tahun lalu meninggal dunia. ia tumimbal-lahir di Alam Deva. Hal ini
adalah disebabkan Kusala yang E pemah
perbuat dalam waktu sekarang, membantu Kusala-Janaka-Kamma
yang E pemah perbuat dalatti kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu
memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat
secara sempurna.
(6) Kusala yang timbul dalam waktu sekarang. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat,
memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara langsung.
Contohnya: F seorang yang taat dengan Agama, mempunyai
pengertian Dhamma yang cukup baik. suka berdana dan menjalankan sila. Sewaktu F
meninggal dunia tumimbal-lahir di Devabhumi.
Hal ini adalah disebabkan Kusala yang
selalu F laksanakan, membantu Kusala-Janaka-Kamma
yang timbul dalam kehidupan sekarang ini, memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(7) Akusala yang timbul dalam waktu sekarang,
membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang
mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbulkan
hasil/akibat secara sempurna.
Contohnya: G adalah anak dari orang tua yang tidak
beragama, dari kecil hingga dewasa G tidak pernah mendapat didikan Agama dan
budi pekerti. G hidupnya suka berfoya-foya. Sewaktu G meninggal dunia
tumimbal-lahir di Nirayabhumi. Hal
ini adalah disebabkan Akusala yang
timbul dalam waktu sekarang, membantu AKusala-Janaka-Kamma
yang G pemah perbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunayi waktu
memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat
secara sempurna.
(8) Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu Akusala-Janaka-Kamma
dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna.
Contoh: H seorang yang mempunyai pandangan salah, tidak
percaya dengan dosa dan pahalanya, berpandangan berbuat apa saja itu tidak menimbulkan
akibat, tidak percaya adanya tumimbal-lahir. tidak percaya adanya sorga dan
neraka. H melaksanakan sebagian besar perbuatan yang bcrtentangan dengan Dhamma
dan Sila. Sewaktu H meninggal dunia tumunbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala yang timbul di waktu sekarang, membantu AKusala-Janaka-Kamma yang selalu H
perbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan
hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbuikan hasil/akibat secara sempurna.
(9) Kusala yang timbul dalam keehidupan
lampau. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang mi yang
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk
menimbuikan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: I mempunyai keyakinan yang teguh kepada Tri
Ratna, rajin belajar Dhamma dan taat melaksanakan sila. Kemudian I menerima
penahbisan menjadi Bhikkhu, setelah menjadi Bhikkhhu, ia belajar Dhamma dengan
tekun untuk memperdalam pengetahuannya mengenai Dhamma, dan rajin melaksanakan
meditasi serta taat dengan Dhamma dan Vinaya Setelah Bhikkhu I tamat belajar
Dhamma, kemudian mengajarkan Dhamma kepada para Bhikkhu, Samanera,
Upasaka-Upasika dan umat Buddha sampai dihari tua. Sewaktu Bhikkhu I meninggal
dunia tumimbal-lahir di Devabhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang Bhikkhu I pernah perbuat dalam kehidupan lampau,
membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam
kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat,
memberikan kekuatan untuk menimbulkam hasil/akibat secara sempurna.
(10) Akusala yang timbul dalam kehidupan
lampau. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini
sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk
menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: J adalah orang yang kejam, tidak pernah berbuat
kebaikan, hanya berbuat kejahatan, yaitu membunuh makhluk, mencuri, memperkosa.
menipu, berkelahi dan lain-lainnya. Sewaktu J meninggal dunia tumimbal-lahir di
Nirayabhumi. Hal ini disebabkan Akusala
yang J pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang
mempunyai waktu membcrikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara
sempurna.
c)
Membantu Nama-Rupa
(batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma
menjadi maju dan bertahan lama.
Upathambhaka-Kamma
yang membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi maju bertahan lama, dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:
(1) Kusala yang pernah dibuat dalam kehidupan
lampau. membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Buddha memiliki jasmani, kulit, suara dan
lain-lainnya yang berada di bagian luar dan dalam, penglihatan, pendcngaran dan
lain-lainnya, jauh lebih halus dan bagus dari manusia biasa, dan berbagai obyek
yang diterima adalah sebagian besar obyek yang baik. Hai ini disebabkan
'Paramita' yang pernah Beliau laksanakan dalam kehidupan lampau, membantu
Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama.
(2) Kusala yang pernah diperbuat dalam
kehidupan sekarang ini, membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memberikan kemajuan dan hertahan lama.
Contoh: Seorang budiman yang membantu orang yang sedang
menderita, membantu perkembangan Agama Buddha, mentaati selalu Dhamma dan
Vinaya. Dengan kekuatan Kusala yang
diperbuat memberikan kebahagiaan, ketenangan batin, kedudukan yang baik. wajah
bcrseri-seri, dan obyek yang dilihat dan didengar selalu obyek yang baik, jauh
dari penyakit, umur panjang, murah rejeki. Hal ini disebabkan Kusala yang pernah diperbuat sekarang
inilah yang membantu kepada Nama-Rupa dan dilahirkan Kusala Janaka-Kamma
memberikan kemajuan dan bertahan lama.
(3) Akusala yang pernah perbuat dalam
kehidupan lampau, membantu Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memherikan
kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Orang yang kena penyakit kulit, badannya bengkak,
bernanah. gatal dan berbau busuk, penyakitnya tidak mau sembuh dan sangat
memdcrita, tetapi usianya masih panjang, masih jauh mcnghadapi pintu kematian.
Atau seekor anjing yang kena penyakit kulit. badannya kurus kering, kulitnya
bernanah dan berbau busuk, bila mendekati orang selalu kena pukul, kena tendang
atau dilempari batu, tetapi umurnya masih panjang. Hal ini disebabkan Akusala yang pemah diperbuat dalam
kehidupan lampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan
bertahan lama.
(4) Akusala yang timbul dalam kehidupan
sekarang ini, membantu Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma memberi
kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: orang yang berpenyakitan, terkena penyakit kulit.
penyakit syaraf, selalu diserang demam/flu. Penyakit-penyakit ini timbul dari Akusala-Janaka-Kamma, tetapi orang itu tidak bisa menjaga kesehatannya,
sering keluar malam, suka minum-minuman keras, maka penyakit itu bertambah
kambuh dan menimbulkan pcnderitaan. Binatang seperti macan, kucing dan
lain-lainnya, tentunya dilahirkan dari Akusala-Janaka-Kamma, dan binatang itu membunuh
binatang lain untuk dijadikan makanan dan memperbesar jasmaninya. Hal ini
disebabkan Akusala yang diperbuat dalam
kehidupan sekarang ini membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan
bertahan lama.
(5) Kusala yang pernah diperbuat dalam
kehidupan Jampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala-Janaka-K.amma
memberi kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Ada anjing dipeiihara oleh orang yang mencintai
binatang, diberi minum air susu dan makanan yang baik, tempat tidurnya dibikin
ranjang kecil pakai kelambu. dimandikan pakai sabun wangi. Hal ini disebabkan
Kekuatan Kusala-Kamma yang pernah
diperbuat anjing itu dalam kehidupan lampau, membantu kepada Nama-Rupa yang
dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan
kemajuan dan bertahan lama.
(6) Kusala yang pernah diperbuat dalam
kehidupan sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma
memherikan kemajuan dan berlahan lama.
Contoh: Ada anjing mempunyai kecerdasan baik, mudah
diajar, ia bisa duduk, bersalaman, membawa keranjang dan lain-lain, sehingga
membuat orang yang melihatnya jadi senang dan sayang padanya. Dipelihara dengan
baik, diberi makan dan minum yang istimewa, sama dengan makanan majikannya. Hal
itu disebabkan kekuatan dari Kusala-Kamma
yang diperbuat yang sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan
dan tahan lama.
(7) Akusala yang pernah diperhuat dalam kehidupan sekarang ini, membanlu
Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan bertahan
lama.
Contoh: Ada orang yang hidupnya sebagai nelayan, penjual
senjata api, penjual minuman keras, membuka rumah judi dan sebagainya. Kemudian
ia hidup bahagia dari hasil pekerjaannya itu. Hal ini adalah Akusala yang membantu Nama-Rupa yang
dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan
kemajuan dan bertahan lama.
iii. Upapilaka Kamma: hukum yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari pada sebab.
Upapilaka Kamma adalah Kamma yang menekan. yaitu:
a)
Menekan Janaka-Kamma
yang mempunyai keadaan bertentangan, terbagi
2 macam, yaitu:
(1) Menekan supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
(2) Menekan Janaka-Kamma yang
mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun dan
menhmbulkan hasil/akibat tidak sepanuhnya. Maka itu penekan dari Upapilaka-Kamma terbagi 3 macam, yaitu:
i.
Upapilaka-Kamma yang menekan Janaka-Kamma supaya
tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat, terbagi menjadi 2 bagian,yaitu:
a)
Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini. menekan
Akusala- Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat. Contoh: A seorang yang baik hati, banyak berbuat kebaikan. taat dengan
Agama. Tetapi sewaktu akan meninggal dunia A melihat nimita/bayangan Kamma yamg tidak baik. Batinnya menjadi gclisah
Sewaktu familinya melihat keadaan A demikian, lalu memanggil Bhikkhu untuk
membacakan Paritta. Kemudian nimita/bayangan
Kamma yang tidak baik lenyap dan timbul nimita/bayangan
yang baik. batin A menjadi tenang. Sewaktu meninggal dunia A tumimbal-lahir di Sugatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang dibuat dalam kehidupan
sekarang ini, menekan AKusala-Janaka-Kamma
supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
b)
Akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini. menekan
kusala-janaka-kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat. Contoh: B seorang yang lak beragama, kerjanya setiap
hari selalu merugikan orang lain, suka membunuh, mencuri.
minum, berzinah dan lain-lain. Sewaktu B sakit keras dan akan menghadapi
kematian. ia melihat. Nimitta/bayangan
kamma yang tidak baik, batinnya sangat gelisah. Familinya tidak bcrpengertian
tentang agama, tidak dapat membantu dan merobah keadaan B, kemudiaan B
meninggal dunia dan tumimbal lahir di Nirayabhumi.
Hal ini disebabkan Akusala
yang diperbuat dalam kehidupan sekarang ini, menekankan Kusala-Janaka-Kamma supaya tidak ada
waktu menimbulkan hasil/akibat.
ii. Upapilaka-Kamma yang menekan Janaka-Kamma yang mempunyai waktu
menmbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun. terbagi menjadi 2 bagian:
a)
Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan AKusala-Janaka-Kamma yang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat,
supaya mempimyai kekuatan menurun.
Contoh; Raja
Ajatasattu melakukan perbuatan durhaka yaitu inenibunuh ayah kandungnya, sesuai
dengan hokum karma beliau hams tumimbal lahir dialam avici-maliaiieraka setelah
kematiaanya dari alam manusia ini. Tetapi raja Ajatasattu banyak sckali berbuat
kebaikan, yaitu membantu perkembangan Buddha Dhamma, membangun Vihara-vihara,
sekolah-sekolah, rumah sakit, membantu fakir miskin dan lain-lainnya. Maka itu
kekuatan dari Kusala (kebaikan) ini
membantu raja Ajatasattu tidak bertumimbal-lahir di Alam Avicimahanaraka (Neraka yang sangat menyedihkan), tetapi
bertumimbal-lahir di Alam Lohakumbhisasanaraka
( Naraka yang menjadi lingkungan Avici-Mahanaraka).
b)
Akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan
Kusala-Janaka-Kamma yang mempimyai waklu menimbulkan hasil akihat supaya
mempunyai kekuatan menurun.
Contoh: Bayi dalam
kandungan, bila tiba waktunya lahir dari rahim ibunya dalam keadaan cacat,
misalnya: buta matanya, hidungnya tidak ada dan lain-lainnya. Hal ini
disebabkan Akusala yang menekan Kusala-Janaka-Kamma yang mempunyai waktu
menimbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menumn.
b)
Menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma.
Upapilaka-Kamma yang menekan
Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:
(1) Akusala-Upapilaka-Kamma. menekan Nama-Rupa yang dilahirkan
Kusala-Janaka-Kamma. Contoh: A sejak
lahir berbadan sehat, kuat dan tidak ada penyakit. Tetapi kemudian timbul
penyakit misalnya: penyakit darah tinggi atau penyakit lainnya yang menyebabkan
tidak bisa jalan. Hal ini adalah disebabkan kekuatan Akusala-Upappilaka-Kamma yang pernah dibuat dalam kehidupan lampau
atau sekarang ini. menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma.
(2) Kusala-Upapilaka-Kamma menekan Nama-Rupa yang dilahirkan
Akiisala-Janaka-Kamma. Contoh: B seorang
miskin, berpenyakitan. banyak menghadapi berbagai macam kesulitan, yang menjadi
hasil dari Akusala Janaka-Kamma. Tetapi B berusaha membuat
kebaikan, taat dengan agama. Kemudian B mcngalami kesenangan. penyakitnya
sembuh. Hal ini adalah disebabkan kekuatan Kusala
Upapilaka-Kamma yang pernah dibuatnya
menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala
Janaka-Kamma.
iv. Upaghataka Kamma; Hukum yang meniadakan kekuatan
dan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan
berkembangnya Karma baru. Jadi Upaghataka Kamma adalah Kamma yang
memotong Kamma lainnya dan hasil dari Kamma lainnya secara menyeluruh.
Pemotongan dari Upaghataka Kamma ada 2 macam, yaitu:
a)
Upaghataka-Kamma memotong Janaka-Kamma supaya tidak ada
waktu menimbulkan hasil/akihat untuk selamanya (Kammantara- Upaghataka), terbagi
menjadi 3 bagian, yaitu:
(1) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Akusala-Janaka-Kamma, supaya tidak ada
waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
Contoh: Yang Ariya Angulimala Thera, dulunya pernah
menjadi penjahat, telah membunuh banyak orang. Perbuatan Yang Ariya Angulimala
Thera itu sebenarnya harus menerima akibatnya untuk tumimbal lahir di Alam
Neraka setelah kcmatian dari Alam manusia ini. Pada suatu hari Y.A. Angulimala
Thera menemui Buddha, setelah Buddha memberikan khotbah Dhamma padanya, beliau
sadar dan berniat ingin berbuat kebaikan, kemudian beliau menerima penahbisan
Kebhikkhuan dari Buddha. Setelah menjadi Bhikkhu, beliau melaksanakan
Vipassana-Bhavana terus menerus. dan akhirnya beliau menjadi Arahat. Hal ini
disebabkan kekuatan dari Sotapatti-Magga-Kusala
yang di peroleh Y.A. Angulimala Thera pada tingkat pertama dari
Kesucian itu, merupakan Kusala-Upaghataka-Kamma
yang memotong Akusala-Janaka-Kamma dari
Y.A. Angulimala Thera yang pernah dibuat dalam kehidupan sekarang dan kehidupan
lampau, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(2) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Kusala-Janaka-Kamma. supaya tidak ada waklu menimbulkan
hasil akibat untuk selamanya. Contoh: B
melaksanakan Samatha-Bhavana, akhirnya memperoleh Arupa-Jhana, bila meninggal dunia
harus tumimbal-lahir di Alam Arupa-Bhumi. Rupa-Jhana yang diperoleh B itu tidak
mampu memberikan hasil untuk tumimbal-lahir di alam memotong Rupa-Kusala, supaya tidak ada waktu
menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(3) Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Kusala-Janaka-Kamma, supaya tidak ada
waklu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya. Contoh: C telah memperoleh Jhana dari hasil latihan Samatha-Bhavana.
Tetapi C melakukan perbuatan yang durhaka. yaitu memecah belah Sangha.
Perbuatan durhaka yang dilakukannya menjadi Akusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Mahagata-Kusala-Janaka-Kamma. supaya tidak ada waklu menimbulkan
hasil/akibat untuk tumimbal-lahir di Alam Brahma. Atau seperti juga dengan
Devadatta yang terkenal mempunvai Abhiñña.
hampir sama kuat dengan Abhiñña
kepunyaan Buddha. Kemudian Devadatta melakukan perbuatan yang durhaka. yaitu
melukai Buddha dan memecah belah Sangha. Perbuatannya itu menjadi Akusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Mahaggata-Kusala-Janaka-Kamma kepunyaan
Devadatta, supaya tidak ada waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk
tumimbal-lahir di Alam Brahma. Akhimya Devadata tumimbal-lahir di Alam Avici-Mahanaraka setelah kematiannya
dari Alam Manusia.
b)
Upaghata-Kamma memotong Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma
sampai rusak. (kammanibbatta-khandhasantana-Upaghataka), terhagi menjadi 4 hagian, yaitu:
(1) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi
Akusala-Vipaka (Hasil
kejahatan). Contoh: A meninggal dunia
tumimbal-lahir di Alam Neraka, apa yang dilihat, didengar dan lain-lainnya
adalah merupakan Akusala-Vipaka.
Sewaktu A mclihat api Neraka yang berwama kekuning-kuningan itii. ia teringat
dengan wama jubahnya para Bhikkhu, dan tcringat pula dengan perbuatan baik yang
pemah dilaksanakannya sewaktu masih hidup di Alam Manusia, yaitu setiap hari
berdana makanan kepada para Bhikkhu. berdana jubah kepada para Bhikkhu pada
setiap hari Kathina dan perbuatan baik lainnya. Sewaktu A teringat dengan
perbuatan baiknya itu, mahakusala-citta/pikiran
maha baik juga timbul pada saat itu juga A meninggal dan tumimbal-lahir di Alam
Dewa. Hal ini disebabkan Kusala-Citta/pikiran
baik yang timbul pada saat itu menjadi Kusala
Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa.yang menjadi Akusala-Vipaka.
(2) Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-rupa yang menjadi Kusala-Vipaka
(Hasil kebaikan). Contoh: Orang awam mcncapai tingkat
Arahat, bila tidak menjadi anggota Sangha dalam 7 hari, ia akan meninggal
dunia. Karena kekuatan dari Arahatta-Magga itu menjadi Kusala-Upaghata-Kamma yang menjadi Kusala-Vipaka. Tetapi bila Arahat orang awam itu menjadi anggota
Sangha dalam waktu 7 hari. kehidupannya akan berlangsung terus sesuai dengan
kammanya. Karena orang awam hanya mematuhi Pancasila saja. Persis seperti bola
lampu yang berkekuatan 110 vol, dipasang kepada aliran listrik yang bcrkekuatan
220 volt, pasti dalam waktu singkat bola lampu yang berkekuatan 110 volt itu
akan putus/mati.
(3) Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi Kusala-Vipaka
(hasil kebaikan). Contoh: Alat-alat tubuh manusia.
semuanya termasuk Kusala-Vipaka.
Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat. mendengar. mencium. merasakan.
dan menyentuh sesuatu yang baik, juga disebut Kusala-Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat, mendengar,
mencium, merasakan, dan menyentuh sesuatu yang baik. juga disebut Kusala-Vipaka. Tetapi sewaktu orang itu mendapat kecelakaan, seperti
tergilas mobil. jatuh dari tempat yang tinggi, yang mana menyebabkan kaki atau
tangan patah. mata buta. telinga tuli dan lain-lainnya. Inilah disebut Akusala-Upaghataka-Kamma memotong
Nama-Rupa yang menjadi Kusala-Vipaka
Jika orang itu meninggal disebabkan kecelakaan itu, juga disebut Akusala-Upaghataka-Kamma memotong
Nama-Rupa yang menjadi Kusala Vipaka.
(4) Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa Yang menjadi Akusala-Vipaka. Contoh: Semua binatang, misalnya anjing dan lain-lainnya.
jasmani dan kehidupan dari anjing dan binatang lainnya termasuk Akusala-Vipaka. Kemudian anjing itu mendapat kecelakaan, misalnya mati
tcrgilas mobil. mati dibunuh, dan lain-lainnya. Kematian dari anjing seperti
ini disebabkan kekuatan dari Akusala-Upaghataka-Kamma yang pernah diperbuat
dalam kehidupan lampau dan sckarang ini, menjadi 'Pemotong' kehidupan dan
jasmani yang menjadi Akusala-Vipaka.
3.
Menurut Sifat Hasilnya (Pakadanapariyaya
Catuka) Golongan dari Kamma ini dapat
dibagi 4 (empat) jenis:
i.
Garuka Kamma, adalah Kamma yang berat. Akibatnya dapat timbul dalam waktu Satu
kehidupan atau kehidupan berikutnya. Garuka-Kamma
dalam Ditthigatasampayutta-Citta yang
berkenaan dengan Niyatamicchaditthi-Kamma,
dan Dosamula-Citta yang berkenaan
dengan Pancanantatariya-kamma serta Mahagatakusala-kamma 9 (Rupakusala 5 dan Arupa Kusala 4), jumlahnya 15 Citta. Mengenai Lokuttarakusala-Kamma juga disebut Garuka-Kamma. Tetapi disini
tidak dibicarakan mengenai Lokuttarakusala,
sebab Lokutarakusala itu tidak
mempunyai tugas menimbulkan; tetapi mempunyai tugas membasmi penimbulan itu sesuai
dengan kemampuan diri scndiri. Disini kita akan membiearakan Garuka-Kamma yang mampu menimbulkan
hasil/akibat dalam kehidupan ke 2, yang Kamma lain tidak mampu untuk
mencegahnya.
Niyatamicchaditthi-Kamma berarti pandangan
salah, yaitu yang tidak dapat
mclihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajamya, atau menganggap suatu
kebenaran sebagai suatu
kesalahan, dan kesalahan sebagai kebenaran.
Pandangan yang
salah adalah: Tidak murah hati; Tidak mengerti faedah berdana; Tidak memberi
hadiah pada tamu; Perbuatan baik/jahat dianggap tidak ada hasilnya; Tidak
percaya pada dunia ini; Tidak percaya pada dunia yang akan datang (kehidupan
lalu atau sekarang); Tidak mengerti fungsi seorang ibu; Tidak mengerti fungsi
Ayah; menganggap tidak mcmbawa akibat apapun
yang dilakukan; Tidak percaya adanya makhluk yang mati atau dilahirkan
kembali; Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus untuk para Buddha/Arahat).
Pancanantariya-Kamma berarti lima
perbuatan durhaka/salah atau
pcrbuatan buruk yang menyebabkan kelahiran kembali di Nirayabhumi. Lima perbuatan
durhaka/celaka tersebut adalah:
a.
Matughata: Membunuh ibu.
b.
Pitughata: Membunuh Ayah.
c.
Arahantaghata: Membunuh Arahat.
d.
Lohittupada: Melukai Buddha.
e.
Sanghabheda: Memecah-belah Sangha.
Harapan supaya dapat menghindari lima perbuatan terburuk itu, panjatkan selalu Paritta ini:
Pancanantariyam
Kammam, Pancaduccaritam Pica, Manasa ’Pi Na Cint'eyyam Sabba Kalam '1to Parang
Artinya:
Lima Perbuatan Durhaka Juga Lima Kejahatan Melanggar Pancasil.A Semoga
Tidak Akan Kulakukan Sekalipiin Hanya Dalam Pikiran
Buddha Bersabda:
”lima jenis orang-orang berangan dan celaka yang terjerumus jalan menuju
neraka, duhai para sisvva, lima jenis yang bagaimana? Pembunuh Ayah sendiri.
pembunuh Ibu sendiri. pembunuh seorang Arahat, yang melukai seorang Buddha
dengan maksud jahat dan pemecah-belah Sangha” (A.v.129).
Buddha menjawab
pertanyaan Ananda: ”Apakah akibat yang
akan diderila oleh orang yang memecah-belah Sangha. duhai Bhante? Hukumnya
selama satu kalpa, Ananda. Hukum apakah yang diderita selama satu kalpa itu,
Duhai Bhante? Selama satu kappa itu, ia menderita siksaan-siksaan dalam alam
neraka” (A.x.38).
(1 kalpa = 4,320.000.000 tahun).
Akusala-Garuka-Kamma adalah Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma. Akusala-Garuka-Kamma ini mampu
menimbulkan hasil/akibat dalam kehidupan ke 2 dan tumimbal-lahir di apayabhumi. Maksudnya siapapun melakukan
Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma dalam kehidupan
sekarang ini, setelah kcmatiannya didunia ini akan tumimbal-lahir di apayabhumi dengan pasti. Kusala-Garuka-Kamma adalah Mahaggata-Kusala-Kamma 9, yaitu Rupa-Kusala 5 dan Arupa-Kusala 4. MahaggatakusaIakamma
9 dimaksudkan bagi mereka yang mempunyai Jhana, disebut Jhana 8 atau 9. Kusala-Garuka-Kamma juga mampu
menimbulkan hasil/akibat dalam kehidupan ke 2 dan tumimbal-lahir di alam Brahma 20 (Rupa-Bumi 16 dan Arupa-Bumi 4).
Maksudnya siapapun yang mempunyai Jhana dalam kehidupan sekarang ini, setelah
kematiannya akan tumimbal-lahir di alam Brahma.
Kusala-Garuka-Kamma adalah melakukan.
Perbedaan dalam menirnbulkan hasil/akibat antara
Akusala-Garuka-Kamma dengan Kusala-Garuka-Kamma
adalah: Akusala-Gamka-Kamma, bila
tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat, tetapi mempunyai kesempatan untnk
menjadi Upatthambhaka-Kamma. Kusala-Garuka-Kamma,
bila tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat, akan menjadi Ahosi-Kamma (yang tidak menimbulkan
akibat sama sekali) dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka-Kamma.
2.
Asañña Kamma, adalah perbuatan baik dan jahat yang
dilakukan oleh scseorang, sebelum saat ajalnya, perbuatan dapat dilakukan
dengan lahir dan batin.
Asañña-Kamma
adalah Akusala-Kamma 12 (tidak termasuk Niyatamicchaditthi-Kamma
dan Pancanantariya-Kamma dan Mahakusala-Kamma 8. Mahaggatakusala-Kamma tidak termasuk Asañña-Kamma, karena
telah menjadi Garuka-Kamma. Akusala-Kamma-atau Kusala-Kamma yang pemah
kita perbuat sudah lama tidak teringat lagi. Bila sewaktu akan meninggal dunia
terkenang dengan perbuatan jahat yang pernah diiakukan, saat itu Akusala-Citta (pikiran jahat) timbul, Akusala-Citta yang timbul melalui teringatnya dengan perbuatan jahat
disebut Akusala-Asañña-Kamma. Jika terkenang perbuatan baik yang pernah dilakukan saat itu Kusala-Citta (pikiran baik) timbul. Kusala-Citta
yang timbul melalui teringatnya perbuatan baik itulah disebut Kusala-Asañña-Kamma.
3.
Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalaii Kamma kcbiasaan, ialah perbuatan yang merupakan
kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan
watak baru.
Acinna-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 dan Mahakusala
8. seseorang yang sering melakukan kejahatan dengan jasmani. perkataan dan
pikiran inilah disebut Kusala-Acinna-Kamma.
Bila seseorang yang sering melakukan kebaikan, misalnya suka berdana,
melaksanakan sila, suka bcrmeditasi, belajar Dhamma dan lain-lainnya disebut Kusala-Acinna-Kamma. Seseorang melakukan
salah satu kejahatan, walaupun hanya sekali saja, tetapi orang itu selalu
memikirkan perbuatan jahat itu, kemudian timbul kegelisahan dan ketakutan, disebut Akusala-Acinna-Kamma, dalam melakukan
kebaikan sama juga, walaupun melakukan kebaikan hanya sekali saja, tetapi
selalu diingat dengan perbuatan baiknya, kemudian timbul rasa senang, gembira
dan bahagia atas perbuatan baiknya itu, disebut Kusala-Acinna-Kamma.
4.
Katata Kamma, adalah Kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibatnya dari
perbuatan-perbuatan yang lampau.
Katata-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 dan Mahakusala-Kamma
8. Kusala-Kamma dan Akusala-Kamma yang
pernah dipcrbuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum
mencapai Garuka-Kamma, Asañña-Kamma dan
Acinna-Kamma, tetapi si pembuat tidak
melakukan dengan kehendak sepenuh hati, inilah disebut Katata-Kamma. Katata-Kamma adalah
Kamma yang tidak begitu berat jika
dibandingkan dengan Garuka-Kamma,
Asañña-Kamma dan Acinna-Kamma.
4.
Menurut Kedudukannya
(Pakatthanacatukkha). golongan ini
dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu:
i.
Akusala kamma berarti perbuatan jahat, yang dimaksudkan adalah cetana (kehendak) yang berada dalam akusalacitta 12. Akusala
kamma dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu:
a)
Akusalakaya kamma yang berarti perbuatan jahat dari jasmani meliputi: Pembunuhan (panatipata), pencurian (adinnadana), perbuatan asusila (kamesumicchacara).
b)
Akusalavaci kamma yang berarti perbuatan jahat dari perkataan yang meliputi: Berdusta (musavada), fitnah (Pisunavaca), bicara kasar (phasunavaca),
berbicara hal-hal yang tidak perlu/omong kosong (samphappalapa).
c)
Akusalamano kamma yang berarti perbuatan jahat dari pikiran meliputi: nafsu lobha (abhijjha), mendendam/kemauan
jahat (byapada). pandangan salah (miccha ditthi).
ii. Kamavacarakusala kamma: perbuatan baik
disertai kesenangan, adalah cetana
yang berada dalam mahakusala 8. Kamavacarakusala kamma dibagi dalam 3
(tiga) macam.
a)
Kusalakava kamma berarti perbuatan
baik dari jasmani, dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Panatipata Veramani (menjauhkan diri dari pembunuhan). Adinadana Veramani (menjauhkan diri dari
pencurian), Kamesumicchacara Veramani (menjauhkan
diri dari pcrzinahan).
b)
Kusalavaci kamma, perbuatan baik lewat ucapan, dibagi menjadi empat bagian yaitu: Musavada Veramani (menjauhkan diri dari
perkataan dusta), Pisunayavacaya Veramani
(menjauhkan diri dari memfitnah), Pharusayavacaya
Veramani (menjauhkan diri dari bicara kasar), Samphapalapa Veramani (menjauhkan diri dari bicara yang tidak
perlu/omong kosong).
c)
Kusalamano kamma, yaitu perbuatan
baik melalui pikiran, dibagi 3 (tiga) bagian, yaitu: Anabhija (tidak serakah), Abyapada
(tidak mempunyai kemauan jahat), Sammaditthi
(mempunyai pandangan benar).
iii. Rupavacarakusala Kamma, yaitu perbuatan baik yang
mencapai Rupa Jhana. Yang dimaksud
disini adalah Cetana (kehendak) yang berada dalam Rupakusala Citta 5.
iv. Arupavacarakusala Kamma, berarti perbuatan
baik yang mencapai Arupa Jhana. Yang dimaksudkan disini adalah Cetana (kehendak) yang berada dalam Arupakusala Citta 4.
0 komentar:
Posting Komentar