Pages

Rabu, 10 Oktober 2012

Hukum karma/kamma


A.    Pengertian Karma/Kamma:
Kamma adalah kata berasal dari bahasa pali dan Karma adalah kata berasal dari bahasa Sansekerta menurut huruf berarti: "Perbuatan" atau "Action", yang dalam arti umun meliputi semua kehendak (cettana) dan maksud perbuatan, yang baik (kusala) maupun yang buruk (akusala), lahir atau batin, dengan pikiran (mano kamma), kata-kata/ucapan (vaci kamma), dan badan jasmani (kaya kamma). Makna yang lebih luas dari kamma adalah semua kehendak dengan tidak membeda-bedakan apakah kehendak itu baik (bermoral) atau buruk (tidak bermoral) (A: vi: 63).

Sehubungan dengan hal Kamma ini Buddha bersabda sebagai berikut: "O para Bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cettana) itulah yang Aku namakan Kamma, Sesudah berkehendak orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan dan pikiran." (A, iii: 415).
Kamma bukanlah satu ajaran yang membuat manusia menjadi orang yang lekas putus asa, juga bukan ajaran tentang adanya suatu nasib yang sudah ditakdirkan. Memang segala sesuatu yang telah lampau mempengaruhi keadaan sekarang atau pada saat ini, akan tetapi tidak menentukan keseluruhannya, karena meliputi apa yang telah lampau dan pada saat ini, yang telah lampau bersama dengan yang terjadi pada saat-saat sekarang, mempengarihi hal-hal yang akan datang.
Yang telah lampau sebenamya merupakan dasar dimana hidup sekarang berlangsung dari satu saat lain dan apa yang akan datang masih akan dijalankan. Oleh karena itu, saat sekarang inilah sebagai saat yang nyata dan ada didalam tangan kita sendiri untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Semua perbuatan menimbulkan akibat dan akibat ini merupakan pula sebab yng akan menghasilkan akibat yang lain, dan begitu pula seterusnya, sehingga karma juga sering disebut sebagai 'Hukum sebab akibat'. Misalnya melempar batu merupakan suatu perbuatan. Batu tadi mengenai jendela kaca dan kaca itu pecah. Pecahnya kaca sebagai akibat lemparan batu. Tetapi peristiwa ini tidak selesai disini saja. Karena kaca pecah merupakan pula satu sebab dari kesukaran-kesukaran lain. Misalnya sejumlah uang dari lemparan batu tadi harus berpindah tangan untuk mengganti kaca yang pecah itu. Orang itu mungkin terpaksa menggunakan uangnya untuk ganti rugi, yang sebenamya uang itu mungkin dicadangkan untuk keperluan lain, sehingga menimbulkan suatu kekecewaan. Kekecewaan ini mungkin akan menjadi sebab dari suatu perbuatan yang tidak baik dari seseorang, dan begitulah seterusnya. Maka dengan demikian akibat kamma tidak akan cepat berakhir.
Kita harus berhati-hati sekali dengan perbuatan kita, supaya akibatnya senantiasa bersifat baik. Kita hendaknya selalu berbuat baik, menolong makhluk-makhluk lain, membuat makhluk-makhluk lain bahagia. sehingga perbuatan itu akan membawa suatu kamma vipaka (akibat kamma) yang baik dan membuat kekuatan kepada kita untuk melakukan kamma yang lebih baik lagi.
Contoh lain yang gampang dipahami adalah sebagai berikut: Lemparkanlah sebuah batulam suatu kolam yang tenang. Pertama-tama akan terdengar suara percikan air dan kemudian  terlihat lingkaran-lingkaran gelombang. Perhatikanlah, bagaimana lingkaran ini makin lama makin melebar. sehingga menjadi begitu lebar dan halus, yang tidak dapat terlihat lagi dengan mata kita. Ini bukan berarti gerak itu tadi telah selesai, sebab bilamana gerak gelombang yang halus itu mencapai tepi kolam, ia akan memantulkan ketempat dimana batu tadi dijatuhkan.
Selama kita berbuat dengan maksud buruk, maka gelombang akibat yang buruk pula yang akan senantiasa mengganggu kita. sebaliknya, bila kita berbuat baik, maka gelombang akibat yang baik pula yang akan mengganggu kita. Sebagaimana orang menanam biji mangga pasti akan menghasilkan pohon mangga juga, begitu pula orang yang menanam bibit padi, pasti akan menghasilkan padi pada waktu yang akan datang.
Sang Buddha bersabda: Sesuai benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih, dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah daripadanya (S.ii. 227).
Segala sesuatu yang datang pada kita, yang menimpa diri kita, sesungguhnya benar adanya. Bilamana kita mengalami sesuatu yang membahagiakan, yakinlah bahwa kamma yang telah kita perbuat adalah benar, sebaliknya bilamana sesuatu menimpa kita dan membuat kita membuat kita tidak tenang, Kamma-Vipaka itu menunjukkan bahwa kita telah berbuat kesalahan. Janganlah sekali-kali dilupakan hendaknya, bahwa kamma-vipaka itu senantiasa benar. la tidak mencintai ataupun membenci, pun tidak marah dan juga tidak memihak. la adalah semata-mata hukum dari sebab akibat. Kamma tidak mengenal kita. Dapatkah misalnya api mengerti atau mengenal kita, bilamana terbakar olehnya? Tidak, membakar dan menyebabkan panas adalah sifat api.
Api bila digunakan secara baik, akan memberikan penerangan, membuat masak makanan atau keperluan-keperluan lain yang bermanfaat bagi kita, bahkan diri kita sendiri.
Sifat api adalah membakar dan tergantung pada kita untuk mempergunakan sebaik-baiknya. Sebenamya, sangatlah bodoh, bilamana kita memarahi api, jika kita sendiri yang salah mempergunakannya, hingga api itu merugikan kita. Di dunia ini banyak sekali yang dapat kita lihat ’tingkatan-tingkatan kesadaran manusia’. Ada orang yang meninggal pada waktu masih kanak-kanak yang lain mencapai usia delapan puluh atau seratus tahun. Ada orang yang selalu sakit-sakitan dan yang lain kuat dan sehat. Ada orang yang mempunyai wajah cantik, atau ganteng dan yang lain berwajah buruk. Ada yang lahir sebagai jutawan, yang lain lagi sebagai pengemis. Ada orang yang lahir dalam keadaan mewah dan yang lain dalam keaadan kekurangan. Ada orang yang dilahirkan memiliki bakat suatu ilmu tertentu dan yang lain sebagai orang bodoh atau terbelakang.
Apakah sebenarnya yang menimbulkan kepincangan-kepincangan ini? Bagi seorang umat Buddha tidak dapat mempercayai, bahwa kepincangan-kepincangan ini hasil dari suatu sebab yang kebetulan saja. Ilmu pengetahuan sendiri tidak dapat menerima suatu teori, bahwa segala sesuatu itu hanya kebetulan saja atau untung-untungan belaka. para ahli pengetahuan senantiasa bekerja berdasarkan hukum sebab dan akibat. Begitu pula seorang umat Buddha tidak dapat percaya bahwa kepincangan-kepincangan ini disebabkan oleh perbuatan satu 'kekuatan luar'. Kaiau sekirranya ada orang yang percaya hal demikian itu, terserah kepada yang bersanggkutan, dalam hal ini tidak perlu kita mencela atau menyalahkan orang. Buddha seringkali menerangkan beraneka macam keadaan manusia di dunia ini dan betapa tidak masuk akal kalau hal tersebut disebabkan oleh suatu 'kekuatan luar', diluar manusia itu sendiri.
Kepincangan, keganjilan yang terdapat di dunia ini menurut ajaran Agama Buddha  sebagian memang mempunyai sebab, keadaan pcrantara yang menimbulkan berbagai macam keadaan itu; tetapi. sebagian besar oleh rangkaian sebab-sebab yang tidak hanya terjadi pada saat saja bahkan juga pada waktu-waktu yang telah lampau. Memang, sebenarnya manusia itu bertanggung jawab atas kebahagiaan maupun kesengsaraannya, ia sendiri yang membuat Sorga atau Neraka. la adalah majikan untuk hari kemudian, sebagai pewaris kelakuannya yang lampau maupun saat ini.

B.     Hukum Tertib Kosmis
Sekalipun Dhamma mengajarkan bahwa Kamma adalah sebab utama dari adanya berbagai keadaan dialam ini, namun ini bukanlah suatu fatalisme (menyerah pada keadaan dan berputus asa) maupun suatu nasib tertentu yang sudah digariskan untuk seseorang atau makhluk. Hukum Karma hanya merupakan satu dari dua puluh empat sebab, sebagaimana dapat ditemukan dalam falsafah Buddhis (Compendium of philosophy page 191) atau salah satu dari lima Niyama (Hukum Tertib Alam Semesta) yang bekerja di alam semesta ini dan masing-rnasing merupakan hukum-hukum tersendiri. Hukum-hukum yang dimaksud di atas adalah:
1.      Utu Niyama: Hukum tertib "physical inorganic", misalnya: Gejala timbulnya angin, hujan, sifat-sifat panas dan sebagainya.
2.      Bija Niyama: Hukum tertib tumbuh-tumbuhan dari benih-benih dan pertumbuhan tanaman-tanaman, misalnya: padi berasal dari tumbuhnya benih padi, gula berasal dari batang tebu atau madu; keistimewaan dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
3.      Karma Niyama: Hukum tertib sebab akibat, misalnya: perbuatan yang bermaksud bermanfaat (membahagiakan atau baik) dan bermaksud merugikan (buruk) terhadap pihak lain, menghasilkan pula akibat baik atau buruk. Sebagaimana sifat air yang selalu mengalir untuk mencapai persamaan tingginya, begitu pula Karma bersifat untuk selalu mendapatkan keseimbangannya, selalu menghasilkan buah-buah yang sewaktu-waktu menyenangkan dan sewaktu-waktu tidak menyenangkan. bukan sebagai hukuman atau hadiah terhadap sipembuat perbuatan, tetapi memang sudah menjadi wataknya atau rangkaian satu kejadian. Rangkaian dari kejadian sebab akibat ini seperti tertib jalannya (yang saling bergantungan) dari bulan dengan bintang-bintang.
4.      Dhamma Niyama: Hukum tertib terjadinya persamaan dari satu gejala yang khas, misalnya: terjadinya keajaiban alam pada saat seorang Bodhisattva hendak mengakhiri hidupnya sebagai calon Buddha, akan terlahir menjadi seorang Buddha. Hukum gaya berat (gravitasi) dan hukum alam lainnya, sebab-sebab dari pada keselarasan dan sebagainya, termasuk hukum ini.
5.      Citta Niyama:  Hukum tertib jalannya alam pikiran atau hukum alam batiniah misalnya: proses kesadaran, timbul dan tenggelamnya (lenyapnya) kesadaran, sifat-sifat kesadaran, kekuatan pikiran (batin) dan sebagainya. Tetapi, kemampuan untuk mengingat hal-hal yang telah lampau, kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi dalam jangka pendek maupun jauh, kemampuan untuk menbaca pikiran orang lain, dan semua gejala batiniah yang kini masih belum terpecahkan oleh pengetahuan modern termasuk hukum terakhir ini (Abhidhamma Vatara; 54).
Demikianlah uraian singkat tentang kelima Hukum Tertib Alam Semesta atau Niyama meliputi semua gejala-gejala lahir maupun batin diseluruh alam semesta ini. Niyama ini merupakan hukum yang masing-masing memiliki sifat tersendiri dan tidak usah diatur oleh siapapun juga.

C.    Peranan Cetana Dalam Kamma.
Cetana merupakan akar dari perbuatan baik maupun buruk, maka, apabila cetana berhubungan dengan kesadaran/citta yang berakar pada lobha, dosa dan moha, akan timbul perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pikiran (mano), ucapan (vaci) dan tindakan badan jasmani (kaya) yang buruk, kemudian sebagai akibatnya dimiliki bentuk-bentuk yang buruk. Sebaliknya jika cetana berhubungan dengan kesadaran (citta) yang aloba, adosa dan amoha, akan timbul perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh pikiran (mano), ucapan (vaci) dan tindakan badan jasmani (kaya) yang baik, akibatnya ialah bentuk-bentuk kamma baik.
Buddha bersabda: "Pemilik kamma adalah makhluk-makhluk sebagai ahli waris dari kammanya: Kamma merupakan rahim darimana ia dilahirkan, bersatu dengan kammanya, yang merupakan pernaungannya. Kamma apapun juga, yang baik maupun yang hurukyang diwarisinya" (A.x.205).
Sabda Buddha yang lain: "Dimana saja makhluk-makhluk menifis, disiiulah Kammanya itu masak (berbuah), disitulah ia akan menerimanya, pada kehidupan ini, atau dalam kehidiipan yang akan datang" (A.iii: 33).
Tanpa mengerti peranan Cetana dalam Hukum Kamma, sudah dapat dipastikan bahwa semua kepincangan yang terlihat dalam hidup ini seolah-olah tidak adil, namun yang sesungguhnya adalah tidak demikian. Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah jelas sekali bahwa Sanghyang Adi Buddha (Tuhan Yang Maha Esa) itu sangat adil, sangat bijaksana, Maha pengasih dan Maha penyayang adanya, terhadap semua makhluk tanpa membeda-bcdakan diseluruh alam semesta ini. Tetapi apa yang tertampak dalam kehidupan di alam manusia ini serba bertingkat, seperti: ada yang kaya raya, ada yang miskin, ada yang cerdas otaknya, ada yang bodoh/dungu, ada yang cacat sejak lahir, ada yang buruk wajahnya, ada yang berparas cantik, dan ada pula yang berparas jelek dan seterusnya. Maka kita harus mengerti bahwa semua itu disebabkan oleh Karmanya masing-masing.
Selama masih ada Cetana, maka selama itu akan terjadi kamma dengan segala akibatnya. Oleh karena itu camkanlah bahwa tidak mungkin kehendak untuk berbuat atau Cetana itu akan berhenti, semasih orang belum mengalami akibatnya, mungkin didalam kehidupan yang berikutaya atau kehidupan yang akan datang. Tidaklah mungkin kalau tidak mengalami sendiri akibatnya, orang akan dapat mengakhiri akibatnya.

D.    Syarat Syarat Yang Bisa Disebut Kamma
Adanya badan (kaya), tercetuslah Cetana dalam perbuatan badan itu, maka timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan. Adanya pengucapan (Vaci), tercetuslah adanya Cetana dalam ucapan itu, maka timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan. Adanya pikiran (mano), tercetuslah Cetana dalam pikiran (mano), maka timbullah kebahagiaan maupun kesengsaraan.
Karena Avijja (ketidak tahuan), orang didorong oleh perasaan melakukan sebuah bentuk kamma melalui perbuatan badan, ucapan atau pikiran, yang menimbulkan kebahagiaan maupun kesengsaraan dirinya sendiri, atau dipengaruhi oleh orang lain melakukan hal itu. Cetana yang tercetus dalam perbuatan badan, ucapan dan pikiran, itulah yang disebut Kmma dan yang merupakan pula benih untuk bertumimbal-lahir. Jadi suatu perbuatan yang dapat disebut Kamma yaitu,bilamana memenui syarat-syarat: Kamma/karma terjadi karena adanya Cetana. Perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kesadaran atau dengan sengaja.

E.     Pembagian Kamma
Kamma dibagi dalam empat golongan besar yaitu:
1.      Menurut jangka waktunya (Pakakala Catuka) golongan dari Kamma ini dapat dibagi dalam empat jenis:
                          i.      Dittha Dhammavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang ini. Disebabkan oleh kehendak impuls (kehendak yang mudah digerakkan dengan dorongan hati) atau dalam bahasa Palinya disebut Javana Cetana yang baik maupun yang buruk. Javana Cetana mi menimbulkan Kamma yang berbuah dalam kehidupan ini juga. Dittha Dhammavedaniya-kamma terbagi dua macam, yaitu:
a)      Paripakka Dittha Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan hasil/akibat dalam waktu 7 (tujuh) hari dengan pasti.
Contoh: Dalam Sutta menceriterakan, ada seorang miskin yang bernama Maha Duggata member! dana makanan kepada YMS Kassapa Samma Sammbuddha, setelah selesai berdana, dalam waktu 7 (tujuh) hari kaya raya. Demikian juga dengan seorang miskin vang bemama Punna, memberikan dana makanan kepada Ven Sariputta Maha Thera setelah berdana menjadi kaya raya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
b)      Aparipakka Dittha Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan hasil/akibat setelah lewat 7 (tujuh) hari.
Contoh: Jika berhuat kejahatan atau kebaikan dalam usia muda akan memberikan hasil/akibatnya pada usia muda atau usia tua dalam kehidupan sekarang ini juga.
c)      Uppajjavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang, dalam kehidupan ke 2 (dua).
d)     Aparaparavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau memberikan hasil /akibat dalam kehidupan berikutnya berturut-turut, yaitu dalam kehidupan yang ke 3 (tiga) dan seterusnya.
e)      Ahosi-Kamma: Kamma yang lelah hahis.
Contoh: Yang Ariya Angulimala Thera. sehelum menjadi anggota Sangha, pernah menjadi penjahat dan lelah membunuh ratusan orang. Setelah beliau berjumpa Buddha dan menjadi Bhikkhu. sewaktu menjadi Bhikkhu sangat tekun melaksanakan meditasi Vipassana Bhavana, dan akhirnya mencapai tingkat Arahat. Jadi, kejahatan beliau yang membunuh ratusan orang itu menjadi Ahosi-Kamma, yaitu Kamma yang tidak menimbulkan akibat sama sekali.
2.      Menurut sifat bekerjanya (Kicca catukka) golongan dari Kamma ini dapat dibagi dalam 4 (empat) jenis, yaitu:
                          i.      Janaka Kamma adalah Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat-syarat untuk terlahimya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan Nama Khandha (kelompok batin) dan Kamma-rupa (materi/jasmani). Kamma ini disebut Janaka Kamma, yaitu Akusala-Kamma 12 dan Lokiyakusala-Kamma 17, Kammavacarakusala-Kamma 8, Rupavacarakusala-Kamma 5, dan Arupavacarakusala-Kamma 4. Janaka-Kamma ini adalah bertugas melahirkan makhluk-makhluk di dalam 31 alam kehidupan.
                        ii.      Upatthambhaka-Kamma Adalah Hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat dari pada sebab (kamma) yang telah timbul. Kamma ini adalah membantu Janaka-Kamma, yaitu:
a)      Membantu Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Upatthambhaka yang membantu Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimhulkan hasil/akibat: Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan) yang timbul akan menghadapi kematian, Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan) yang timbul dalam keadaan biasa (sehari-hari). Kusala (kebaikan) dan Akusala (kejahatan) inilah yang menjadi Upatthambhaka-Kamma yang membantu Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat. memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan akibat Janaka-Kamma yang belummempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat terbagi 2 (dua) macam.yaitu:
(1)   Janaka-Kamma dalam kehidupan yang lampau
(2)   Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini.
Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat, dibagi menjadi 8 bagian, yaitu:
(1)   Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian. menbantu kepada kusala Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akihat.
Contoh: A umat Buddha, dalam kehidupan sekarang ini banyak berbuat kebaikan. Tetapi sewaktu A sakit keras dan akan menghadapi kematian, terlihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik, membuat gelisah. Kemudian familinya mengundang Bhikkhu untuk bersembahyang dan memberikan nasehat Dhamma dihadapan A, setelah A mendengar pembacaan Parita/Dharani dan nasehat Dhamma dari Bhikkhu itu, batinnya menjadi tenang, nimita/bayangan Kamma yang tidak baik lenyap, dan timbul nimita/bayangan Kamma yang baik. Sewaktu A menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia tumimbal-lahir di Kamasugati-Bumi. Hal ini disebabkan kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau, yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu memberikan hasil/akibat. Bahasa Pali berbunyi sebagai berikut: ”Imasmim cayam samaye, kalankaritatha puggalo, saggamhi upapajjeyya, cittanhisa padusitang” Artinya: Orang itu, jika meninggal pada saat itu, pasti tumimbal-lahir di Alam Deva, sebab batin orang itu tenang. Orang itu, jika meninggal dunia pada saat itu, pasti tumimbal-lahir di Alam Neraka, sebab batin orang itu gelisah.
(2)   Kusala yang timhul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: B umat Buddha, suka berdana, banyak berbuat kebaikan, tetapi tidak pemah belajar Dhamma, dan tidak pernah melaksanakan meditasi. Pada suatu hari B jatuh sakit keras dan akan menghadapi kematian, timbul perasaan takut mati dan terlihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik, batin B menjadi gelisah. Sewaktu familinya melihat keadaan B sangat gawat, cepat-cepat mengundang Bhikkhu untuk membacakan Parita dari Bhikkhu itu, batin B jadi tenang, Nimitta/bayangan Kamma yang buruk lenyap, dan timbul nimita/bayangan Kamma yang baik. Sewaktu B meninggal dunia, la tumimbal-lahir di Kammasugatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
(3)   Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: C seorang dermawan. banyak memberikan dana untuk meringankan pendentaan sesama manusia, patuh dengan sila-sila. Tetapi C belum pernah melihat pikirannya dengan jalan melaksanakan Samatha-Bhavana dan Vipassana-Bhavana, dan belum pemah belajar Dhamma Sewaktu C jatuh sakit keras dan akan menghadapi kematian. timbul perasaan takut mati dan kuatir dengan harta benda dan anak cucu yang ditinggalkan, batinnya menjadi gelisah dan Akusala-cita (pikiran jahat) timbul pada waktu itu. Terlihat oleh C nimita/bayangan kamma yang tidak baik, wajahnya memperlihatkan rasa kawatir dan ketakutan. sedangkan familinya yang mempunyai pengertian mengenai Dhamma, maka itu tidak dapat merubah keadaan C, dan sewaktu C menghembuskan nafasnya yang terkhir, ia terlahir pada salah satu Apayabhumi. Kusala (kebaikan) yang C perbuat dalam kehidupan sekarang ini tidak mampu membantu memberikan hasil untuk dilahirkan di Sugatibhumi, Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Akusala yang C pemah berbuat pada kehidupan yang lampau, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(4)   Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: D sewaktu masih muda, banyak bcrbuaat kejahatan, yaitu membunuh makhluk, mencuri, berzina, dan lain-lainnya. Sewaktu D mencapai usia setengah abad, terbayang kejahatan-kejahatan yang pemah dilakukan sewaktu masih muda, batinya merasa tidak tenteram, kemudian D Menerima penahbisan Kebhkkhuan dan menjadi anggota Sangha. Pada suatu hari Bhikkhu D jatuh sakit keras dan ia terpikir lagi dengan kejahatan yang pernah dilakukan sewaktu masih muda, bathinnya menjadi tidak tenang, takut terlahir di Apayabhumi, sewaktu Bhikkhu D menghembuskan nafasnya yang terakhir, Bhikkhu D bertumimbal lahir di alam Neraka. Hal ini disebabkan oleh Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Akusala yang pemah dilakukan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(5)   Kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang ini. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: E Mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan dosa dan pahala, berpandangan membunuh makhluk tidak berdosa, berdana dan sembahyang tidak menimbulkan pahala. Tetapi E tidak melakukan perbuatan dari pandangan salah itu. E bekerja sebagai pelayan pada seorang budiman beragama Buddha, yang mana majikannya suka berdana, suka belajar Dhamma dan bersembahyang. Setiap kali majikannya pergi ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan Dhamma E diajak ikut serta. lama-lama E dapat menghilangkan pandangan salahnya dan mempunyai keyakinan tcrhadap Tri Ratna, kemudian E menjadi umat Buddha yang taat dan patuh Damma dan Vinaya. Sewaktu E jatuh sakit keras dan akan meninggal dunia, batinnya tenang, sebab E hidup sendirian, dan tidak banyak berbuat kejahatan, setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir E bertumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan ini, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan yang lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(6)   Kusala yang timbul secara normal dalam kehidupan sekarang mi, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang belum mempunyai menimbulkan hasil/akihat.
Contoh: F pernah menjalankan hidup Kebhikkhuan, pernah helajar Dhamma, pernah melaksanakan Samatha-Bhavana dan Vipassana-Bhavana. F hidup sekarang ini sebagai nelayan, yang mana termasuk mata pencahariannya yang salah, tetapi suatu hari Uposatha F berdana makanan dan kebutuhan sehari-hari kepada para Bhikkhu. dan berbuat kebaikan kepada sesama manusia serta melaksanakan meditasi sctiap hari. Setiap kali F memberikan dana juga dalam keadaan senang hati. Sewaktu F akan meninggal dunia, batinnya tenang karena mengingat dana yang telah diberikan kepada para Bhikkhu. setelah ia menghembuskan nafasnya yang terakhir F bertumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang dilaksanakan oleh F setiap hari Upossata yaitu berdana makanan kepada para Bhikkhu merupakan Kusala yang membantu kepada Kusala dari meditasi yang dilaksanakan dalam kehidupan sekarang ini, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(7)   Akusala yang secara normal dalam kehidupan sekarang ini. memhantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan yang lampau yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contoh: G sedari kecil hingga dewasa selalu mengikuti orang tuanya ke Vihara bersembahyang dan mcmdengarkan ceramah Dhamma, selalu pergi dengan orang tuanya berdana makanan kepada para Bhikkhu. Tetapi setelah G berkeluarga ia jarang sekali ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma, jarang sekali berdana karena keadaan ekonominya tidak mengijinkan. Pikirannya selalu tertuju untuk mencari uang, dan terikat dengan kesenangan duniawi. Sewaktu G meninggal dunia, ia tumimbal-Iahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala-Citta (pikiran jahat) yang selalu timbul belakangan ini membantu kepada Akusala yang G pernah perbuat pada kehidupan yang lampau memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
(8)   Akusala yang timbul sacara normal dalam kehidupan sekarang ini, membantu Akusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang  belum mempunyai waktu memberikan hasil/akihat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.
Contohnya: H sedari kecil hingga dewasa boleli dikatakan jarang sekali berbuat kebaikan, ia suka mencuri, berjudi, berzina.dan minum-minuman keras. Setelah H dipaksa oleh orang tuanya untuk menjalankan kebaikan agar dapat melenyapkan kebiasaanya yang tidak baik itu. H bersedia ditahbiskan menjadi Bhikkhu, setelah ia menjadi Bhikkhu. Bhikkhu H melaksanakan meditasi dengan baik, belajar Dhamma dengan tekun dan taat melaksanakan Vinaya/Sila. Setelah tiga tahun, Bhikkhu H timbul rasa jemu, dan keyakinannya merosot, tidak lagi melaksanakan meditasi, pikirannya sudah ingin keluar dari hidup kebhikkhuan. Kerjanya sekarang hanya membaca buku-buku roman, suka omong kosong, suka melamun dan gelisah. Sewaktu Bhikkhu H jatuh sakit keras, ia melihat nimita/bayangan Kamma yang tidak baik. dan setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir Bhikkhu H bertumimbal-lahir di tiracchanabhumi (alam binatang) dengan kekuatan Akusala yang timbul belakangan sewaktu ia masih hidup, membantu kepada Akusala yang Bhikkhu H pernah perbuat sebeium menjadi Bhikkhu.
b)      Membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Upatthambhaka-Kamma yang membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbul­kan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna, dibagi menjadi 10 bagian:
(1)   Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan yang lampau, yang sedang mempunyai waklu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: A seorang /pendiam, sabar dan takut berbuat dosa, hanya berbuat kebaikan menurut kemampuannya, karena A adalah buruh kecil, penghasilannya terbatas. A jarang ke Vihara untuk bersembahyang dan mendengarkan ceramah Dhamma karena tidak ada waktu. Sewaktu A sakit keras dan meiiinggal dunia. Batinnya tenang, setelah menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia tumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma yang A pernah berbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat.
(2)   Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan sempurna.
Contoh: B seorang budiman. selalu berbuat kebaikan, jarang berbuat kejahatan sebab takut dosa. Sewaktu B akan meninggal dunia mempunyai batin yang tenang, setelah ia meninggal dunia, B tumimbal-lahir di Suggatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma yang B perbuat sebelum meninggal dunia yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberi kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(3)   Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberi kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: C mempunyai sifat masa bodoh, tidak tertarik dalam hal kebaikan, hanya berusaha mencari uang melulu, tetapi tidak berbuat sesuatu yang bertentangan dengan sila. Sewaktu akan meninggal dunia batinnya C tidak tenang karena terikat dengan keluarganya, Akusala-Citta timbul setelah ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, C tumimbal-lahir di Apayabhumi. Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Akusala-Janaka-Kamma yang C perbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(4)   Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contohnya: D seorang yang jahat, tidak percaya dosa dan pahala, tidak percaya adanya tumimbal-lahir. D berbuat sesuatu menurut keinginannya, tidak percaya siapapun. Sewaktu D akan meninggal dunia, batinnya gelisah, setelah meninggal dunia ia tumimbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini disebabkan Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Akusala-Janaka-Kamma yang pernah D perbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat.
(5)   Kusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat. mamberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akihal. secara sempurna. Contohnya: E adalah anak dari seorang budiman. orang tuanya mendidik E untuk taat dengan Agama, suka bersembahyang, dan melaksanakan sila dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi sewaktu E mencapai usia 5 tahun lalu meninggal dunia. ia tumimbal-lahir di Alam Deva. Hal ini adalah disebabkan Kusala yang E pemah perbuat dalam waktu sekarang, membantu Kusala-Janaka-Kamma yang E pemah perbuat dalatti kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(6)   Kusala yang timbul dalam waktu sekarang. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara langsung.
Contohnya: F seorang yang taat dengan Agama, mempunyai pengertian Dhamma yang cukup baik. suka berdana dan menjalankan sila. Sewaktu F meninggal dunia tumimbal-lahir di Devabhumi. Hal ini adalah disebabkan Kusala yang selalu F laksanakan, membantu Kusala-Janaka-Kamma yang timbul dalam kehidupan sekarang ini, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(7)   Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contohnya: G adalah anak dari orang tua yang tidak beragama, dari kecil hingga dewasa G tidak pernah mendapat didikan Agama dan budi pekerti. G hidupnya suka berfoya-foya. Sewaktu G meninggal dunia tumimbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu AKusala-Janaka-Kamma yang G pemah perbuat dalam kehidupan lampau yang sedang mempunayi waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
(8)   Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu Akusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: H seorang yang mempunyai pandangan salah, tidak percaya dengan dosa dan pahalanya, berpandangan berbuat apa saja itu tidak menimbulkan akibat, tidak percaya adanya tumimbal-lahir. tidak percaya adanya sorga dan neraka. H melaksanakan sebagian besar perbuatan yang bcrtentangan dengan Dhamma dan Sila. Sewaktu H meninggal dunia tumunbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini adalah disebabkan Akusala yang timbul di waktu sekarang, membantu AKusala-Janaka-Kamma yang selalu H perbuat dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbuikan hasil/akibat secara sempurna.
(9)   Kusala yang timbul dalam keehidupan lampau. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang mi yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbuikan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: I mempunyai keyakinan yang teguh kepada Tri Ratna, rajin belajar Dhamma dan taat melaksanakan sila. Kemudian I menerima penahbisan menjadi Bhikkhu, setelah menjadi Bhikkhhu, ia belajar Dhamma dengan tekun untuk memperdalam pengetahuannya mengenai Dhamma, dan rajin melaksanakan meditasi serta taat dengan Dhamma dan Vinaya Setelah Bhikkhu I tamat belajar Dhamma, kemudian mengajarkan Dhamma kepada para Bhikkhu, Samanera, Upasaka-Upasika dan umat Buddha sampai dihari tua. Sewaktu Bhikkhu I meninggal dunia tumimbal-lahir di Devabhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang Bhikkhu I pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkam hasil/akibat secara sempurna.
(10)     Akusala yang timbul dalam kehidupan lampau. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
Contoh: J adalah orang yang kejam, tidak pernah berbuat kebaikan, hanya berbuat kejahatan, yaitu membunuh makhluk, mencuri, memperkosa. menipu, berkelahi dan lain-lainnya. Sewaktu J meninggal dunia tumimbal-lahir di Nirayabhumi. Hal ini disebabkan Akusala yang J pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu membcrikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.
c)      Membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi maju dan bertahan lama.
Upathambhaka-Kamma yang membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi maju bertahan lama, dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:
(1)   Kusala yang pernah dibuat dalam kehidupan lampau. membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Buddha memiliki jasmani, kulit, suara dan lain-lainnya yang berada di bagian luar dan dalam, penglihatan, pendcngaran dan lain-lainnya, jauh lebih halus dan bagus dari manusia biasa, dan berbagai obyek yang diterima adalah sebagian besar obyek yang baik. Hai ini disebabkan 'Paramita' yang pernah Beliau laksanakan dalam kehidupan lampau, membantu Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
(2)   Kusala yang pernah diperbuat dalam kehidupan sekarang ini, membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan hertahan lama.
Contoh: Seorang budiman yang membantu orang yang sedang menderita, membantu perkembangan Agama Buddha, mentaati selalu Dhamma dan Vinaya. Dengan kekuatan Kusala yang diperbuat memberikan kebahagiaan, ketenangan batin, kedudukan yang baik. wajah bcrseri-seri, dan obyek yang dilihat dan didengar selalu obyek yang baik, jauh dari penyakit, umur panjang, murah rejeki. Hal ini disebabkan Kusala yang pernah diperbuat sekarang inilah yang membantu kepada Nama-Rupa dan dilahirkan Kusala Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
(3)   Akusala yang pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Orang yang kena penyakit kulit, badannya bengkak, bernanah. gatal dan berbau busuk, penyakitnya tidak mau sembuh dan sangat memdcrita, tetapi usianya masih panjang, masih jauh mcnghadapi pintu kematian. Atau seekor anjing yang kena penyakit kulit. badannya kurus kering, kulitnya bernanah dan berbau busuk, bila mendekati orang selalu kena pukul, kena tendang atau dilempari batu, tetapi umurnya masih panjang. Hal ini disebabkan Akusala yang pemah diperbuat dalam kehidupan lampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan bertahan lama.
(4)   Akusala yang timbul dalam kehidupan sekarang ini, membantu Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: orang yang berpenyakitan, terkena penyakit kulit. penyakit syaraf, selalu diserang demam/flu. Penyakit-penyakit ini timbul dari Akusala-Janaka-Kamma, tetapi orang itu tidak bisa menjaga kesehatannya, sering keluar malam, suka minum-minuman keras, maka penyakit itu bertambah kambuh dan menimbulkan pcnderitaan. Binatang seperti macan, kucing dan lain-lainnya, tentunya dilahirkan dari Akusala-Janaka-Kamma, dan binatang itu membunuh binatang lain untuk dijadikan makanan dan memperbesar jasmaninya. Hal ini disebabkan Akusala yang diperbuat dalam kehidupan sekarang ini membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan bertahan lama.
(5)   Kusala yang pernah diperbuat dalam kehidupan Jampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala-Janaka-K.amma memberi kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Ada anjing dipeiihara oleh orang yang mencintai binatang, diberi minum air susu dan makanan yang baik, tempat tidurnya dibikin ranjang kecil pakai kelambu. dimandikan pakai sabun wangi. Hal ini disebabkan Kekuatan Kusala-Kamma yang pernah diperbuat anjing itu dalam kehidupan lampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
(6)   Kusala yang pernah diperbuat dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan berlahan lama.
Contoh: Ada anjing mempunyai kecerdasan baik, mudah diajar, ia bisa duduk, bersalaman, membawa keranjang dan lain-lain, sehingga membuat orang yang melihatnya jadi senang dan sayang padanya. Dipelihara dengan baik, diberi makan dan minum yang istimewa, sama dengan makanan majikannya. Hal itu disebabkan kekuatan dari Kusala-Kamma yang diperbuat yang sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan tahan lama.
(7)   Akusala yang pernah diperhuat dalam kehidupan sekarang ini, membanlu Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan bertahan lama.
Contoh: Ada orang yang hidupnya sebagai nelayan, penjual senjata api, penjual minuman keras, membuka rumah judi dan sebagainya. Kemudian ia hidup bahagia dari hasil pekerjaannya itu. Hal ini adalah Akusala yang membantu Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama.
                      iii.      Upapilaka Kamma: hukum yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari pada sebab. Upapilaka Kamma adalah Kamma yang menekan. yaitu:
a)      Menekan Janaka-Kamma yang mempunyai keadaan bertentangan, terbagi 2 macam, yaitu:
(1)   Menekan supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
(2)   Menekan Janaka-Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun dan menhmbulkan hasil/akibat tidak sepanuhnya. Maka itu penekan dari Upapilaka-Kamma terbagi 3 macam, yaitu:
                                                              i.      Upapilaka-Kamma yang menekan Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu   menimbulkan hasil/akibat, terbagi menjadi 2 bagian,yaitu:
a)      Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini. menekan Akusala- Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat. Contoh: A seorang yang baik hati, banyak berbuat kebaikan. taat dengan Agama. Tetapi sewaktu akan meninggal dunia A melihat nimita/bayangan Kamma yamg tidak baik. Batinnya menjadi gclisah Sewaktu familinya melihat keadaan A demikian, lalu memanggil Bhikkhu untuk membacakan Paritta. Kemudian nimita/bayangan Kamma yang tidak baik lenyap dan timbul nimita/bayangan yang baik. batin A menjadi tenang. Sewaktu meninggal dunia A tumimbal-lahir di Sugatibhumi. Hal ini disebabkan Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan AKusala-Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
b)      Akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini. menekan kusala-janaka-kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat. Contoh: B seorang yang lak beragama, kerjanya setiap hari selalu merugikan orang lain, suka membunuh, mencuri. minum, berzinah dan lain-lain. Sewaktu B sakit keras dan akan menghadapi kematian. ia melihat. Nimitta/bayangan kamma yang tidak baik, batinnya sangat gelisah. Familinya tidak bcrpengertian tentang agama, tidak dapat membantu dan merobah keadaan B, kemudiaan B meninggal dunia dan tumimbal lahir di Nirayabhumi. Hal ini disebabkan  Akusala  yang  diperbuat dalam kehidupan sekarang ini, menekankan Kusala-Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat.
                                                            ii.      Upapilaka-Kamma yang menekan Janaka-Kamma yang mempunyai waktu menmbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menurun. terbagi menjadi 2 bagian:
a)      Kusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan AKusala-Janaka-Kamma yang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, supaya mempimyai kekuatan menurun.
Contoh; Raja Ajatasattu melakukan perbuatan durhaka yaitu inenibunuh ayah kandungnya, sesuai dengan hokum karma beliau hams tumimbal lahir dialam avici-maliaiieraka setelah kematiaanya dari alam manusia ini. Tetapi raja Ajatasattu banyak sckali berbuat kebaikan, yaitu membantu perkembangan Buddha Dhamma, membangun Vihara-vihara, sekolah-sekolah, rumah sakit, membantu fakir miskin dan lain-lainnya. Maka itu kekuatan dari Kusala (kebaikan) ini membantu raja Ajatasattu tidak bertumimbal-lahir di Alam Avicimahanaraka (Neraka yang sangat menyedihkan), tetapi bertumimbal-lahir di Alam Lohakumbhisasanaraka ( Naraka yang menjadi lingkungan Avici-Mahanaraka).
b)      Akusala yang dibuat dalam kehidupan sekarang ini, menekan Kusala-Janaka-Kamma yang mempimyai waklu menimbulkan hasil akihat supaya mempunyai kekuatan menurun.
Contoh: Bayi dalam kandungan, bila tiba waktunya lahir dari rahim ibunya dalam keadaan cacat, misalnya: buta matanya, hidungnya tidak ada dan lain-lainnya. Hal ini disebabkan Akusala yang menekan Kusala-Janaka-Kamma yang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, supaya mempunyai kekuatan menumn.
b)      Menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma.
Upapilaka-Kamma yang menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma  terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu:
(1)   Akusala-Upapilaka-Kamma. menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma. Contoh: A sejak lahir berbadan sehat, kuat dan tidak ada penyakit. Tetapi kemudian timbul penyakit misalnya: penyakit darah tinggi atau penyakit lainnya yang menyebabkan tidak bisa jalan. Hal ini adalah disebabkan kekuatan Akusala-Upappilaka-Kamma yang pernah dibuat dalam kehidupan lampau atau sekarang ini. menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma.
(2)   Kusala-Upapilaka-Kamma menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Akiisala-Janaka-Kamma. Contoh: B seorang miskin, berpenyakitan. banyak menghadapi berbagai macam kesulitan, yang menjadi hasil dari Akusala Janaka-Kamma. Tetapi B berusaha membuat kebaikan, taat dengan agama. Kemudian B mcngalami kesenangan. penyakitnya sembuh. Hal ini adalah disebabkan kekuatan Kusala Upapilaka-Kamma yang pernah dibuatnya menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala Janaka-Kamma.

                      iv.      Upaghataka Kamma; Hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya Karma baru. Jadi Upaghataka Kamma adalah Kamma yang memotong Kamma lainnya dan hasil dari Kamma lainnya secara menyeluruh. Pemotongan dari Upaghataka Kamma ada 2 macam, yaitu:
a)      Upaghataka-Kamma memotong Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akihat untuk selamanya (Kammantara- Upaghataka), terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
(1)   Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Akusala-Janaka-Kamma, supaya tidak ada waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
Contoh: Yang Ariya Angulimala Thera, dulunya pernah menjadi penjahat, telah membunuh banyak orang. Perbuatan Yang Ariya Angulimala Thera itu sebenarnya harus menerima akibatnya untuk tumimbal lahir di Alam Neraka setelah kcmatian dari Alam manusia ini. Pada suatu hari Y.A. Angulimala Thera menemui Buddha, setelah Buddha memberikan khotbah Dhamma padanya, beliau sadar dan berniat ingin berbuat kebaikan, kemudian beliau menerima penahbisan Kebhikkhuan dari Buddha. Setelah menjadi Bhikkhu, beliau melaksanakan Vipassana-Bhavana terus menerus. dan akhirnya beliau menjadi Arahat. Hal ini disebabkan kekuatan dari Sotapatti-Magga-Kusala yang di peroleh Y.A. Angulimala Thera pada tingkat pertama dari Kesucian   itu, merupakan Kusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Akusala-Janaka-Kamma dari Y.A. Angulimala Thera yang pernah dibuat dalam kehidupan sekarang dan kehidupan lampau, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(2)   Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Kusala-Janaka-Kamma. supaya tidak ada waklu menimbulkan hasil akibat untuk selamanya. Contoh: B melaksanakan Samatha-Bhavana, akhirnya memperoleh Arupa-Jhana, bila meninggal dunia harus tumimbal-lahir di Alam Arupa-Bhumi. Rupa-Jhana yang diperoleh B itu tidak mampu memberikan hasil untuk tumimbal-lahir di alam memotong Rupa-Kusala, supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya.
(3)   Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Kusala-Janaka-Kamma, supaya tidak ada waklu menimbulkan hasil/akibat untuk selamanya. Contoh: C telah memperoleh Jhana dari hasil latihan Samatha-Bhavana. Tetapi C melakukan perbuatan yang durhaka. yaitu memecah belah Sangha. Perbuatan durhaka yang dilakukannya menjadi Akusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Mahagata-Kusala-Janaka-Kamma. supaya tidak ada waklu menimbulkan hasil/akibat untuk tumimbal-lahir di Alam Brahma. Atau seperti juga dengan Devadatta yang terkenal mempunvai Abhiñña. hampir sama kuat dengan Abhiñña kepunyaan Buddha. Kemudian Devadatta melakukan perbuatan yang durhaka. yaitu melukai Buddha dan memecah belah Sangha. Perbuatannya   itu menjadi Akusala-Upaghataka-Kamma yang memotong Mahaggata-Kusala-Janaka-Kamma kepunyaan Devadatta, supaya tidak ada waktu untuk menimbulkan hasil/akibat untuk tumimbal-lahir di Alam Brahma. Akhimya Devadata tumimbal-lahir di Alam Avici-Mahanaraka setelah kematiannya dari Alam Manusia.
b)      Upaghata-Kamma memotong Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma sampai rusak. (kammanibbatta-khandhasantana-Upaghataka), terhagi menjadi 4 hagian, yaitu:
(1)    Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi Akusala-Vipaka (Hasil kejahatan). Contoh: A meninggal dunia tumimbal-lahir di Alam Neraka, apa yang dilihat, didengar dan lain-lainnya adalah merupakan Akusala-Vipaka. Sewaktu A mclihat api Neraka yang berwama kekuning-kuningan itii. ia teringat dengan wama jubahnya para Bhikkhu, dan tcringat pula dengan perbuatan baik yang pemah dilaksanakannya sewaktu masih hidup di Alam Manusia, yaitu setiap hari berdana makanan kepada para Bhikkhu. berdana jubah kepada para Bhikkhu pada setiap hari Kathina dan perbuatan baik lainnya. Sewaktu A teringat dengan perbuatan baiknya itu, mahakusala-citta/pikiran maha baik juga timbul pada saat itu juga A meninggal dan tumimbal-lahir di Alam Dewa. Hal ini disebabkan Kusala-Citta/pikiran baik yang timbul pada saat itu menjadi Kusala Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa.yang menjadi Akusala-Vipaka.
(2)   Kusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-rupa yang menjadi Kusala-Vipaka (Hasil kebaikan). Contoh: Orang awam mcncapai tingkat Arahat, bila tidak menjadi anggota Sangha dalam 7 hari, ia akan meninggal dunia. Karena kekuatan dari Arahatta-Magga itu menjadi Kusala-Upaghata-Kamma yang menjadi Kusala-Vipaka. Tetapi bila Arahat orang awam itu menjadi anggota Sangha dalam waktu 7 hari. kehidupannya akan berlangsung terus sesuai dengan kammanya. Karena orang awam hanya mematuhi Pancasila saja. Persis seperti bola lampu yang berkekuatan 110 vol, dipasang kepada aliran listrik yang bcrkekuatan 220 volt, pasti dalam waktu singkat bola lampu yang berkekuatan 110 volt itu akan putus/mati.
(3)   Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi Kusala-Vipaka (hasil kebaikan). Contoh: Alat-alat tubuh manusia. semuanya termasuk Kusala-Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat. mendengar. mencium. merasakan. dan menyentuh sesuatu yang baik, juga disebut Kusala-Vipaka. Dengan alat-alat tubuh inilah sewaktu melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan menyentuh sesuatu yang baik. juga disebut Kusala-Vipaka. Tetapi sewaktu orang itu mendapat kecelakaan, seperti tergilas mobil. jatuh dari tempat yang tinggi, yang mana menyebabkan kaki atau tangan patah. mata buta. telinga tuli dan lain-lainnya. Inilah disebut Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi Kusala-Vipaka Jika orang itu meninggal disebabkan kecelakaan itu, juga disebut Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa yang menjadi Kusala Vipaka.
(4)   Akusala-Upaghataka-Kamma memotong Nama-Rupa Yang menjadi Akusala-Vipaka. Contoh: Semua binatang, misalnya anjing dan lain-lainnya. jasmani dan kehidupan dari anjing dan binatang lainnya termasuk Akusala-Vipaka. Kemudian anjing itu mendapat kecelakaan, misalnya mati tcrgilas mobil. mati dibunuh, dan lain-lainnya. Kematian dari anjing seperti ini disebabkan kekuatan dari Akusala-Upaghataka-Kamma yang pernah diperbuat dalam kehidupan lampau dan sckarang ini, menjadi 'Pemotong' kehidupan dan jasmani yang menjadi Akusala-Vipaka.

3.      Menurut Sifat Hasilnya (Pakadanapariyaya Catuka) Golongan dari Kamma ini dapat dibagi 4 (empat) jenis:
                          i.      Garuka Kamma, adalah Kamma yang berat. Akibatnya dapat timbul dalam waktu Satu kehidupan atau kehidupan berikutnya. Garuka-Kamma dalam Ditthigatasampayutta-Citta yang berkenaan dengan Niyatamicchaditthi-Kamma, dan Dosamula-Citta yang berkenaan dengan Pancanantatariya-kamma serta Mahagatakusala-kamma 9 (Rupakusala 5 dan Arupa Kusala 4), jumlahnya 15 Citta. Mengenai Lokuttarakusala-Kamma juga disebut Garuka-Kamma. Tetapi disini tidak dibicarakan mengenai Lokuttarakusala, sebab Lokutarakusala itu tidak mempunyai tugas menimbulkan; tetapi mempunyai tugas membasmi penimbulan itu sesuai dengan kemampuan diri scndiri. Disini kita akan membiearakan Garuka-Kamma yang mampu menimbulkan hasil/akibat dalam kehidupan ke 2, yang Kamma lain tidak mampu untuk mencegahnya.
Niyatamicchaditthi-Kamma berarti pandangan salah, yaitu yang tidak dapat mclihat hidup dan kehidupan ini dengan sewajamya, atau menganggap suatu kebenaran sebagai suatu kesalahan, dan kesalahan sebagai kebenaran.
Pandangan yang salah adalah: Tidak murah hati; Tidak mengerti faedah berdana; Tidak memberi hadiah pada tamu; Perbuatan baik/jahat dianggap tidak ada hasilnya; Tidak percaya pada dunia ini; Tidak percaya pada dunia yang akan datang (kehidupan lalu atau sekarang); Tidak mengerti fungsi seorang ibu; Tidak mengerti fungsi Ayah; menganggap tidak mcmbawa akibat apapun yang dilakukan; Tidak percaya adanya makhluk yang mati atau dilahirkan kembali; Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus untuk para Buddha/Arahat).
Pancanantariya-Kamma berarti lima perbuatan durhaka/salah atau pcrbuatan buruk yang menyebabkan kelahiran kembali di Nirayabhumi. Lima perbuatan durhaka/celaka tersebut adalah:
a.       Matughata:  Membunuh ibu.
b.      Pitughata:  Membunuh Ayah.
c.       Arahantaghata: Membunuh Arahat.
d.      Lohittupada: Melukai Buddha.
e.       Sanghabheda: Memecah-belah Sangha.
Harapan supaya dapat menghindari lima perbuatan terburuk itu, panjatkan selalu Paritta ini:
Pancanantariyam Kammam, Pancaduccaritam Pica, Manasa ’Pi Na Cint'eyyam Sabba Kalam '1to Parang
Artinya:
Lima Perbuatan Durhaka Juga Lima Kejahatan Melanggar Pancasil.A Semoga Tidak Akan Kulakukan Sekalipiin Hanya Dalam Pikiran
Buddha Bersabda: ”lima jenis orang-orang berangan dan celaka yang terjerumus jalan menuju neraka, duhai para sisvva, lima jenis yang bagaimana? Pembunuh Ayah sendiri. pembunuh Ibu sendiri. pembunuh seorang Arahat, yang melukai seorang Buddha dengan maksud jahat dan pemecah-belah Sangha” (A.v.129).
Buddha menjawab pertanyaan Ananda: ”Apakah akibat yang akan diderila oleh orang yang memecah-belah Sangha. duhai Bhante? Hukumnya selama satu kalpa, Ananda. Hukum apakah yang diderita selama satu kalpa itu, Duhai Bhante? Selama satu kappa itu, ia menderita siksaan-siksaan dalam alam neraka” (A.x.38).
(1 kalpa = 4,320.000.000 tahun).
Akusala-Garuka-Kamma adalah Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma. Akusala-Garuka-Kamma ini mampu menimbulkan hasil/akibat dalam kehidupan ke 2 dan tumimbal-lahir di apayabhumi. Maksudnya siapapun melakukan Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma dalam kehidupan sekarang ini, setelah kcmatiannya didunia ini akan tumimbal-lahir di apayabhumi dengan pasti. Kusala-Garuka-Kamma adalah Mahaggata-Kusala-Kamma 9, yaitu Rupa-Kusala 5 dan Arupa-Kusala 4. MahaggatakusaIakamma 9 dimaksudkan bagi mereka yang mempunyai Jhana, disebut Jhana 8 atau 9. Kusala-Garuka-Kamma juga mampu menimbulkan hasil/akibat dalam kehidupan ke 2 dan tumimbal-lahir di alam Brahma 20 (Rupa-Bumi 16 dan Arupa-Bumi 4). Maksudnya siapapun yang mempunyai Jhana dalam kehidupan sekarang ini, setelah kematiannya akan tumimbal-lahir di alam Brahma. Kusala-Garuka-Kamma adalah melakukan. Perbedaan  dalam  menirnbulkan  hasil/akibat  antara  Akusala-Garuka-Kamma  dengan Kusala-Garuka-Kamma adalah: Akusala-Gamka-Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat, tetapi mempunyai kesempatan untnk menjadi Upatthambhaka-Kamma. Kusala-Garuka-Kamma, bila tidak ada waktu menimbulkan hasil/akibat, akan menjadi Ahosi-Kamma (yang tidak menimbulkan akibat sama sekali)  dan tidak mempunyai kesempatan untuk menjadi Upatthambhaka-Kamma.
2.      Asañña Kamma, adalah perbuatan baik dan jahat yang dilakukan oleh scseorang, sebelum saat ajalnya, perbuatan dapat dilakukan dengan lahir dan batin.
Asañña-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 (tidak termasuk Niyatamicchaditthi-Kamma dan Pancanantariya-Kamma dan Mahakusala-Kamma 8. Mahaggatakusala-Kamma tidak termasuk Asañña-Kamma, karena telah menjadi Garuka-Kamma. Akusala-Kamma-atau Kusala-Kamma yang pemah kita perbuat sudah lama tidak teringat lagi. Bila sewaktu akan meninggal dunia terkenang dengan perbuatan jahat yang pernah diiakukan, saat itu Akusala-Citta (pikiran jahat) timbul, Akusala-Citta yang timbul melalui teringatnya dengan perbuatan jahat disebut Akusala-Asañña-Kamma. Jika terkenang perbuatan baik yang pernah dilakukan saat itu Kusala-Citta (pikiran baik) timbul. Kusala-Citta yang timbul melalui teringatnya perbuatan baik itulah disebut Kusala-Asañña-Kamma.
3.      Acinna Kamma atau Bahula Kamma adalaii Kamma kcbiasaan, ialah perbuatan yang merupakan kebiasaan bagi seseorang karena sering dilakukan sehingga seolah-olah merupakan watak baru.
Acinna-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 dan Mahakusala 8. seseorang yang sering melakukan kejahatan dengan jasmani. perkataan dan pikiran inilah disebut Kusala-Acinna-Kamma. Bila seseorang yang sering melakukan kebaikan, misalnya suka berdana, melaksanakan sila, suka bcrmeditasi, belajar Dhamma dan lain-lainnya disebut Kusala-Acinna-Kamma. Seseorang melakukan salah satu kejahatan, walaupun hanya sekali saja, tetapi orang itu selalu memikirkan perbuatan jahat itu, kemudian timbul kegelisahan dan ketakutan, disebut Akusala-Acinna-Kamma, dalam melakukan kebaikan sama juga, walaupun melakukan kebaikan hanya sekali saja, tetapi selalu diingat dengan perbuatan baiknya, kemudian timbul rasa senang, gembira dan bahagia atas perbuatan baiknya itu, disebut Kusala-Acinna-Kamma.
4.      Katata Kamma, adalah Kamma yang tidak begitu berat dirasakan akibatnya dari perbuatan-perbuatan yang lampau.
Katata-Kamma adalah Akusala-Kamma 12 dan Mahakusala-Kamma 8. Kusala-Kamma dan Akusala-Kamma yang pernah dipcrbuat dalam kehidupan lampau dan kehidupan sekarang ini yang belum mencapai Garuka-Kamma, Asañña-Kamma dan Acinna-Kamma, tetapi si pembuat tidak melakukan dengan kehendak sepenuh hati, inilah disebut Katata-Kamma. Katata-Kamma adalah Kamma yang tidak begitu berat jika dibandingkan dengan Garuka-Kamma, Asañña-Kamma dan Acinna-Kamma.
4.      Menurut Kedudukannya (Pakatthanacatukkha). golongan ini dibagi menjadi 4 (empat) macam, yaitu:
                          i.      Akusala kamma berarti perbuatan jahat, yang dimaksudkan adalah cetana (kehendak) yang berada dalam akusalacitta 12. Akusala kamma dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu:
a)      Akusalakaya kamma yang berarti perbuatan jahat dari jasmani meliputi: Pembunuhan (panatipata), pencurian (adinnadana), perbuatan asusila (kamesumicchacara).
b)      Akusalavaci kamma yang berarti perbuatan jahat dari perkataan yang meliputi: Berdusta (musavada), fitnah (Pisunavaca), bicara kasar (phasunavaca), berbicara hal-hal yang tidak perlu/omong kosong (samphappalapa).
c)      Akusalamano kamma yang berarti perbuatan jahat dari pikiran meliputi: nafsu lobha (abhijjha), mendendam/kemauan jahat (byapada). pandangan salah (miccha ditthi).
                        ii.      Kamavacarakusala kamma: perbuatan baik disertai kesenangan, adalah cetana yang berada dalam mahakusala 8. Kamavacarakusala kamma dibagi dalam 3 (tiga) macam.
a)      Kusalakava kamma berarti perbuatan baik dari jasmani, dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Panatipata Veramani (menjauhkan diri dari pembunuhan). Adinadana Veramani (menjauhkan diri dari pencurian), Kamesumicchacara Veramani (menjauhkan diri dari pcrzinahan).
b)      Kusalavaci kamma, perbuatan baik lewat ucapan, dibagi menjadi empat bagian yaitu: Musavada Veramani (menjauhkan diri dari perkataan dusta), Pisunayavacaya Veramani (menjauhkan diri dari memfitnah), Pharusayavacaya Veramani (menjauhkan diri dari bicara kasar), Samphapalapa Veramani (menjauhkan diri dari bicara yang tidak perlu/omong kosong).
c)      Kusalamano kamma, yaitu perbuatan baik melalui pikiran, dibagi 3 (tiga) bagian, yaitu: Anabhija (tidak serakah), Abyapada (tidak mempunyai kemauan jahat), Sammaditthi (mempunyai pandangan benar).
                      iii.      Rupavacarakusala Kamma, yaitu perbuatan baik yang mencapai Rupa Jhana. Yang dimaksud disini adalah Cetana (kehendak) yang berada dalam Rupakusala Citta 5.
                      iv.      Arupavacarakusala Kamma, berarti perbuatan baik yang mencapai Arupa Jhana. Yang dimaksudkan disini adalah Cetana (kehendak) yang berada dalam Arupakusala Citta 4.



0 komentar: