Karma Buruk Dan Homoseksualitas
Oleh Yang Mulia Bhikkhu George
Bhiksu George (Amerika Serikat) yang berasal dari Amitabha Buddhist Centre memberikan kotbah Dharma tentang Karma dan tumimba lahir pada tanggal 29 Januari 1999 di aula PUB. Pada waktu pembahasan tanya jawab, salah satu dari teman saya bertanya secara tertulis : Apakah dilahirkan berbeda, seperti menjadi homoseksual merupakan karma buruk pada kehidupan masa lampau? Beliau duduk buat seketika, mempertimbangkan pertanyaan itu dengan hati hati dan kemudian menjawabnya. Saya telah merangkum pembicaraannya tetapi bukan dicatat kata demi kata melainkan sebaliknya.
"Dalam agama Buddha, kita tidak
menghakimi atau menilai, kita tidak menilai seseorang dari warna kulit,
kebangsaan, atau dengan pilihan seksualitasnya. Bagaimanapun, pada umumnya,
kebanyakan kesulitan yang kita hadapi dalam kehidupan ini merupakan akibat yang
dihasilkan dari karma buruk yang kita pernah lakukan." Ketika Dalai Lama
di Amerika Serikat, banyak sekali reporter yang menanyakan pandangannya
terhadap bhiksu yang merupakan gay dan umat Buddha yang gay.
Beliau menjawab mereka:
"Sebahagian dari mereka merupakan monogami dan ada sebagian lagi yang
ganas, layaknya heteroseksual, pertanyaan berikutnya?" Kita mesti
berpengertian bahwa semakin banyak kesulitan yang kita hadapi didalam kehidupan
ini, semakin banyak kesempatan bagi kita untuk mempraktekkan kebaikan. Jika
seseorang itu sangat senang dan merasa puas akan kehidupannya, maka dia
mempunyai sedikit kesempatan untuk mempraktekkan kebajikan. Oleh sebab itu,
seseorang yang mempunyai kehidupan yang sulit mempunyai lebih banyak kesempatan
untuk menyadari sifat dasarnya (his true nature) dan mempraktekkan jalan yang
benar bila dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kesulitan.
Komentar Bro Kelvin Wong:(Dari Milis
Heartland, Singapura)
Sebenarnya beliau tidak menjawab
pertanyaan itu secara langsung, tetapi bagaimanapun saya merasa bahwa
jawabannya cukup memadai, karena kita perlu berpikir sendiri untuk mendapatan
pengertian tentang kebenaran. Walaupun saya tidak berpikir bahwa pandangan
Dalai Lama itu begitu liberal, seperti apa yang saya baca. Alasannya cukup
mudah karena tidak semua gay mempunyai masalah kehidupannya dengan status
seksualitasnya. Ada yang tidak mempunyai begitu banyak masalah karena mereka
masih muda, walaupun sebenarnya banyak diantara kita mempunyai masalah tentang
itu.
Bagaimana pula dengan masyarakat
dimana homoseksuality merupakan bahagian dari kebudayaan, seperti pada masa
zaman Yunani kuno? Apakah ketertarikan mereka terhadap pria merupakan hasil
dari perbuatan karma buruk? Dapatkah kita berpendapat sama bahwa mengatakan
perempuan yang lahir di masyarakat yang mempunyai sistem yang menentukan ayah
sebagai kepala keluarga atau di masyarakat yang memiliki sifat patriotik yang
berlebihan itu berdasarkan utang dari karma buruk mereka? Jadi apakah karma
buruk menciptakan penderitaan bagi setiap wanita? Jadi terlahir sebagai gay
tidak selalu merupakan akibat langsung dari buah hasil karma buruk kita ( lebih
dari itu). Itu hanya memberikan kesempatan kepada karma buruk yang dilakukan
pada kehidupan lalu untuk berbuah pada masyarakat yang seperti ini.
Bagaimanapun, saya berpikir bahwa
kita tidak seharusnya terlalu khawatir tentang isu ini karena kita telah berada
disini. Itu tidak dapat membantu walaupun kita mengetahui sebab mengapa kita
seperti ini, itu lebih penting bila dapat membentuk masa depan kita sekarang.
Lebih lanjut, kita sepatutnya bangga karena kita telah membersihkan karma buruk
kita, dan meninggalkan karma yang baik agar dapat menerima buahnya dimasa yang
akan datang.
Apa yang benar adalah kita mempunyai
kesempatan yang lebih untuk mempraktekkan kebajikan. Penderitaan adalah Bodhi
dan Bodhi adalah penderitaan. Orang yang mempunyai kehidupan yang baik pada
masa sekarang, mungkin sedang menikmati buah dari karma baiknya dari masa lalu.
Tetapi bila dia tidak lagi membuat kebajikan (karena dia tidak melihat adanya
suatu keperluan untuk berbuat seperti itu).; dia hanya akan menghabiskan buah
karma baiknya dan apa yang tertinggal hanya merupakan buah yang buruk. Jadi
jangan hanya melihat menjadi gay dari sudut pandang negatif, kita seharusnya
senang menjadi gay, memiliki kesempatan yang lebih untuk menjadi orang normal
untuk mengerti Dharma.
0 komentar:
Posting Komentar