SEJARAH
DAN TRADISI
AGAMA BUDDHA
By: Adi Dharma PP
Ø Periode I agama Buddha Kuno
Ø Periode II munculnya Mahayana
Ø Periode III munculnya Tantra dan Ch’an
Ø Periode IV bertahan (1000 tahun terakhir)
Konsili Buddhis
Pertama
Diskusi manapun yg berkenaan dgn sejarah dan
ajaran berbagai aliran dlm agama Buddha harus dimulai dgn Konsili Buddhis
Pertama
- 543 SM, Rajagaha, masa Raja Ajatasattu.
- 500 Arahat menyusun kembali doktrin ajaran
Buddha.
- Dipimpin oleh YA Mahakassapa.
- YA Ananda menuturkan Dharma.
- YA Upali menuturkan Winaya.
Ada 1
biku yang berbeda pendapat dgn hasil
Konsili ini:
Biku
Purana
Konsili Buddhis
Kedua
- 443 SM, Vesali, masa Raja Kalasoka.
- Sebagian merasa perlu mengubah beberapa aturan
kecil, sebagian tidak.
- Buddhahood vs Arahantship.
- Timbul tradisi yang berbeda setelah konsili
ini.
- Hanya Vinaya yang dibahas.
Asal Usul Mahayana-1
Mahayana muncul di India selatan, abad I Masehi.
Referensi dalam Sutra Mahayana sendiri (missal: Prajnaparamita 225)
Guru terkemuka: Asvaghosa, Nagarjuna, Aryadeva.
Mahayana tidak berasal dari Therawada.
Mahayana merupakan kelanjutan dari Mahasangika: faksi yg memisahkan diri dari tubuh utama agama Buddha setelah Konsili
di Vesali dan yg selanjutnya terus mengkritik umat Buddha ortodoks atas
kemelekatan mereka pada literatur.
Asal Usul Mahayana-2
Mengapa sebagian ajaran Mahayanatidak dikenal dalam
tradisi Pali?
1. Mahayana muncul dari Mahasanghika yg memisahkan diri dari
otoritas Konsili Kedua.
2. Mahayana diturunkan oleh para
biku independen (seperti Biku Purana yang menolak otoritas Konsili I).
3. Mahayana mewarisi ajaran-ajaran yg tidak beredar di dunia manusia di
abad-abad itu (dilestarikan di
dunia naga dan non-manusia).
4.
Mahayana memasukkan berbagai ajaran tradisional yg lain seperti
Lokottaravada dan Satyasiddhi yg sejak itu lenyap.
Asal Usul Mahayana-3
Mahayana berkembang takala agama Buddha tradisional
menjadi:
Ø Konservatif dan berpikiran literal, terpaku
pada kata-kata dan bukannya pada semangat ajaran, dan secara keseluruhan
menolak perubahan.
Ø Skolastik, terlalu terikat dgn analisis dan
klasifikasi keadaan-keadaan mental.
Ø Negatif satu sisi dalam konsepsinya mengenai
Jalan dan Nirwana.
Ø Terlalu melekat pada melulu aspek formal
membiara.
Ø Individualis secara spritual.
Konsili Buddhis Ketiga
Ø 308
SM, Pataliputta, masa Raja Asoka.
Ø Membahas
perbedaan pendapat yang dianut oleh Sangha.
Ø Ketua
Konsili, YA Moggaliputta Tissa menyusun buku Kathavatthu yang menolak pandangan
keliru yang dianut sebagian murid.
Ø Ajaran
itu disepakati dan diterima oleh konsili ini dan dikenal sebagai Therawada atau
"Jalan Para Sesepuh".
Ø Abhidhamma
Pitaka
dimasukkan dalam konsili ini.
Ø Misionari
diutus ke 9 negeri.
Ø Sedikitnya
pada zaman ini ada 3 Kitab Suci: Theravada, Sarvastivada, dan Mahasanghika.
Konsili Buddhis Keempat
- 80 SM, Matale Sri
Lanka, masa Raja Vattagamani Abhaya.
- Tipitaka dan
Kitab Komentar (Atthakatha)
dituliskan pada daun palem.
Konsili Buddhis Kelima
Ø 1871,
Mandalay, masa Raja Mindon.
Ø Diikuti
2.400 biku yang dipimpin oleh
Ø YA
Jagarabhivamsa.
Ø Tipitaka
dipahatkan pada 728 potongan batu pualam di Kuthodaw Pagoda.
Ø Pahatan
Tipitaka yang memakan waktu 7 tahun, 6 bulan dan 14 hari, ini dicatat
dalam Guiness Book of World Record sebagai ”Buku Terbesar di Dunia”.
Konsili Buddhis Keenam
Ø 1956,
Yangon.
Ø Mingun
Sayadaw menguncarkan 16.000 halaman Tipitaka di luar kepala (gelar:Tipitakadhara).
Ø Guiness
Book of World Record 1985 mencatat Mingun Sayadaw
sebagai: ”Manusia Dengan Ingatan Terdahsyat di Dunia”.
KITAB SUCI AGAMA BUDDHA
Tipitaka = "tiga (ti)
keranjang (pitaka)”:
1. Disiplin (Vinaya Pitaka)
2. Ceramah (Sutta Pitaka)
3. Doktrin Mutlak (Abhidhamma Pitaka).
Kitab rujukan lain:
Ø Komentar
(Atthakatha)
Ø Sub-komentar
(Tika)
Ø Sub-sub-komentar
(Anu-Tika, Madhu-Tika).
Sebuat riset mendalam mengungkapkan bahwa baik Kitab Suci Pali maupun Sanskerta dapat ditelusuri ke asal yang sama yang diyakini berasal dari dialek Timur yang dipakai sebagai idiom di wilayah kerajaan Buddha.
18 TRADISI BUDDHIS
A.
STHAVIRAVADA
1. Haimavatika
2. Vajjiputtaka
3. Mahisasaka
4. Sarvastivadin
5. Dharmagupta
6. Kasyapiya
7. Samkantika
8. Sammitiya
9. Dharmottariya
10. Bhadryayaniya
11. Sannagarika
B.
MAHASANGHIKA
12. Ekavyavaharika
13. Kaukulika
14. Bahusrutiya
15. Prajnaptivada
16. Purvasaila
17. Aparasaila
18. Caityika
RUTE
PENYEBARAN AGAMA BUDDHA
Jalur Selatan
- Tradisi Therawada
- Dari India ke Sri Lanka, lalu ke Myanmar, Thailand,
Laos, Kamboja
Jalur Utara
- Tradisi Mahayana (berbagai aliran)
- Dari India ke Asia Tengah, Cina, Korea, Jepang,
Vietnam, Tibet,
Mongolia
- Ke Indonesia
RUTE
PENYEBARAN AGAMA BUDDHA
THERAWADA
- “Jalan Sesepuh”
- Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos
- Memakai bahasa Pali, Kanon Pali
- Lebih tradisional
- Beraspirasi menjadi Araha (Savaka Buddha)
MAHAYANA
- “Kendaraan Besar”
- China, Tibet, Jepang, Korea, Taiwan, Vietnam
- Memakai bahasa Sanskerta, Cina, Tibet
- Lebih moderat
- Beraspirasi menjadi Sammasambuddha melalui jalan Bodhisattwa
- Aliran besar Mahayana: Paramitayana: jalur
Bodhisattwa berdasarkan Sutra: Madhyamika, Yogacara, Avatamsaka,
T’ien-t’ai, Chan/Zen, Pure Land/Amitabha Buddha Vajrayana:
jalur Bodhisattwa berdasarkan Sutra & Tantra
VAJRAYANA
-
"Kendaraan
Intan"
-
Bhutan,
Mongolia, Tibet, Nepal
-
Phadmasambhava
& Shantarakshita menyebarkan Dharma dari India ke Tibet pada abad ke-8, atas
permintaan Raja Tibet: Songsten Gampo.
-
Agama
lokal di Tibet: Bon.
Beberapa aliran Vajrayana:
- Nyingma :didirikan
Padmasambhava, tertua, Sogyal Rinpoche
- Gelug :didirikan
Tsongkapa, menekankan ajaran & vinaya,Dalai Lama, Lama Zopa
- Kagyu :didirikan
Naropa di India, menekankan meditasi, Karmapa, Kalu Rinpoche
- Sakya :didirikan
Biwarpa di India, menekankan ajaran & meditasi, Sakya Trizin
- Kadam :didirikan
Atisha, Gelug+Kagyu+Sakya mewarisi ajarannya
- Ri-me :kombinasi
berbagai sekte Vajrayana, Jamyang Khyentze
PENYEBARAN AJARAN
BUDDHA
Materi 2
INDAHNYA AGAMA BUDDHA
Jalan
Pencerahan yang Unik
Bukan metafisik ataupun ritualistik.
Bukan skeptik ataupun dogmatik.
Bukan penyiksaan diri ataupun pemanjaan diri.
Bukan pesimisme ataupun optimisme.
Bukan eternalisme ataupun nihilisme.
Bukan mutlak dunia ini ataupun dunia lain.
Ajaran Buddha adalah jalan pencerahan yang
unik.
Universal,
Tidak Pilih Kasih
Karena perhatian utama Buddha adalah
Kebahagiaan Sejati bagi semua makhluk,
ajaran-Nya dapat
dipraktikkan dalam masyarakat maupun petapaan, oleh semua ras dan sistem
kepercayaan.
Ajaran Buddha sama sekali tidak memihak dan
benar-benar universal.
Kebenaran
Tidak Memerlukan Nama
Apakah “Buddhisme” suatu agama atau filsafat?
Buddhisme tetaplah sedemikian rupa apa pun nama yang Anda sematkan padanya.
Dalam hal ini, nama tidaklah penting,
bahkan nama “Buddhisme” yang kita berikan untuk ajaran Buddha bukanlah
hal yang penting.
Kebebasan
Berpikir
Dari sisi kecerdasan dan
filsafat Buddhis, tumbuhlah kebebasan berpikir dan bertanya yang tak
tertandingi oleh filsafat atau agama besar dunia lainnya.
Walaupun Buddha mendorong
kita untuk mempertimbangkan ajaran-Nya,
namun tidak ada kewajiban
atau paksaan apa pun untuk percaya atau menerima ajaran Buddha.
Kita
Juga Bisa Menjadi Sempurna
Buddha mewakili puncak
tertinggi dari pengembangan spiritual yang mungkin dicapai. Ia mengajarkan
bahwa semua orang bisa mencapai kesempurnaan sejati.
Tidak ada pendiri agama mana
pun yang pernah berkata bahwa pengikutnya juga mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh pengalaman yang sama akan kedamaian, kebahagiaan, dan
keselamatan seperti mereka sendiri.
Jangan
Percaya Begitu Saja
Jangan percaya begitu saja
terhadap apa yang telah kamu dengar; Jangan percaya begitu saja akan tradisi,
desas-desus, atau omongan banyak orang; Jangan percaya begitu saja hanya karena
hal itu tertulis di dalam kitab agamamu. Namun, melalui pengamatan dan analisis,
bila Anda temukan bahwa suatu hal sesuai dengan nalar dan mendatangkan kebaikan
dan manfaat bagi diri sendiri dan semua, maka terimalah dan hiduplah sesuai
dengan hal tersebut.
Tanpa
Kekerasan
Tidak ada yang dinamakan
“perang yang adil” dalam ajaran Buddha. Buddha mengajarkan:
“Yang menang menuai
kebencian dan yang kalah hidup sengsara. Barang siapa yang tidak mencari
kemenangan dan kekalahan akan berbahagia dan damai.”
Buddha tidak hanya
mengajarkan kedamaian tanpa kekerasan, barangkali Ia satu-satunya guru religius
yang pernah pergi ke medan pertempuran untuk mencegah perpecahan perang.
Tidak
Ada Upacara Pengorbanan
Buddha tidak menyetujui
pengorbanan hewan karena Ia memandangnya sebagai hal yang kejam dan tidak adil
bagi siapa pun yang merusak kehidupan makhluk lain demi keuntungan diri
sendiri.
Persamaan
Hak Pria dan Wanita
Buddha, yang memandang bahwa
kedua jenis kelamin memiliki hak yang seimbang, adalah guru agama pertama yang
memberikan kebebasan penuh bagi wanita untuk turut serta dalam kehidupan
beragama. Sikap-Nya yang memperbolehkan wanita untuk memasuki Sanggha
(pesamuhan biku dan bikuni) merupakan hal yang sangat radikal pada zaman itu.
Peduli
Akan Kesejahteraan Ekonomi
Buddha juga peduli terhadap
kesejahteraan para umat awam karena kemapanan ekonomi sampai tingkat tertentu
bisa menunjang pengembangan spiritual para umat. Ia tidak menghalangi mereka
untuk mencari kebahagiaan duniawi, namun Ia menekankan bahwa dalam pencarian
tujuan duniawi, para umat awam sebaiknya berhati-hati agar tidak melanggar
aturan dasar moralitas.
Peduli
Akan Kesejahteraan Ekonomi
Buddha juga peduli terhadap
kesejahteraan para umat awam karena kemapanan ekonomi sampai tingkat tertentu
bisa menunjang pengembangan spiritual para umat. Ia tidak menghalangi mereka
untuk mencari kebahagiaan duniawi, namun Ia menekankan bahwa dalam pencarian
tujuan duniawi, para umat awam sebaiknya berhati-hati agar tidak melanggar
aturan dasar moralitas.
Tidak
Ada Penghukuman Abadi
Tidak ada konsep “dosa yang tak terampuni” dalam
ajaran Buddha.
Tidak ada konsep “penghukuman abadi” atau “imbalan abadi” dalam ajaran Buddha.
Semangat
Misionari
"Pergilah kalian, O
Biku, demi kesejahteraan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih
kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan
manusia.
Janganlah pergi berdua dalam
satu jalan.
Babarkanlah Dharma ini, yang
indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya, dalam
semangat maupun dalam ungkapan. Jalanilah kehidupan suci yang sempurna dan
murni sepenuhnya."
Toleransi
Luar Biasa
Teladan luar biasa dari
toleransi umat Buddha ditunjukkan oleh Kaisar Asoka. Salah satu dekritnya yang
terukir di batu karang dan masih ada sampai hari ini di India: “Seseorang seharusnya tidak hanya menghormati
agamanya sendiri dan mengutuk agama lain, tetapi juga harus menghormati agama
lain karena satu dan lain hal. Dengan bertindak demikian, seseorang juga
menolong agamanya sendiri untuk tumbuh sekaligus memberikan pelayanan bagi
agama lain. Dengan bertindak sebaliknya, seseorang menggali kubur bagi agamanya
sendiri sekaligus merugikan agama lain.”
Tetap
Hormat
Suatu ketika, seorang
pengikut agama lain menjadi yakin bahwa pandangan Buddha adalah benar dan
pandangan gurunya adalah keliru, dia memohon kepada Buddha untuk menerimanya
sebagai murid-Nya. Namun Buddha memintanya untuk mempertimbangkan kembali dan
tidak tergesa-gesa. Ketika orang tersebut mengungkapkan hasratnya kembali,
Buddha memenuhi permintaannya dengan syarat ia tetap menghormati guru agamanya
yang terdahulu.
Agama
Masa Depan
“Agama masa depan adalah
agama kosmik. Melampaui Tuhan sebagai pribadi
serta menghindari dogma dan teologi. Mencakup baik alamiah maupun
spiritual, agama tersebut seharusnya didasarkan
pada rasa keagamaan yang timbul
dari pengalaman akan segala sesuatu yang alamiah dan spiritual, berupa
kesatuan yang penuh arti. Ajaran Buddha menjawab gambaran ini. Jika ada agama
yang akan memenuhi kebutuhan ilmu pengetahuan modern, itu adalah ajaran
Buddha.”
Filsafat
Tertinggi
Bertrand Russell, pemenang Hadiah Nobel dan
filsuf paling terkemuka pada abad ke-20:
"Di antara agama-agama besar dalam
sejarah, saya lebih menyukai ajaran Buddha… Ajaran Buddha menganut metode
ilmiah dan menjalankannya sampai suatu kepastian yang dapat disebut
rasionalistik. Ajaran Buddha membahas sampai di luar jangkauan ilmu pengetahuan
karena keterbatasan peralatan mutakhir.”
Psikologi
Tertinggi
Dr. C.G. Jung, pelopor
psikologi modern:
"Sebagai pelajar studi
banding agama, saya yakin bahwa ajaran Buddha adalah yang paling sempurna yang
pernah dikenal dunia. Filsafat teori evolusi dan hukum kamma jauh melebihi
kepercayaan lainnya… Tugas saya adalah menangani penderitaan batin, dan inilah
yang mendorong saya menjadi akrab dengan pandangan dan metode Buddhis, yang
bertema pokok mengenai rantai penderitaan, ketuaan, kesakitan, dan
kematian."
Mukjizat
Terbesar
Bagi Buddha, mukjizat
hanyalah perwujudan fenomena yang tidak dipahami oleh orang pada umumnya.
Mukjizat tidak dipandang sebagai ungkapan pencerahan dan kebijaksanaan.
Walaupun Buddha sepenuhnya menguasai kemampuan batin, Ia tidak pernah
menggunakan kekuatan-Nya untuk mendapatkan pengikut melalui kepercayaan membuta
dan ketergantungan akan mukjizat.
Ia mengajarkan bahwa
mukjizat terbesar adalah perubahan orang yang gelap batin menjadi orang yang
bijaksana.
Ehipassiko:
Datang dan Lihatlah Sendiri
Ajaran Buddha dijalankan secara ehipassiko,
yang artinya mengundang Anda untuk datang dan melihat sendiri, bukan datang dan
percaya begitu saja.
Buddha menasihatkan kita untuk tidak
mempercayai apa pun secara membuta, bahkan terhadap ajaran Buddha itu sendiri!
Materi 3
PERKEMBANGAN
AGAMA BUDDHA DI INDONESIA
AGAMA NENEK MOYANG
•
Sumber sejarah: Catatan LN, a.l.
perjalanan biksu-biksu Tionghoa; prasasti-prasasti, candi-candi, kitab-kitab
berbahasa Kawi.
•
Agama Buddha pernah menghantarkan
Nusantara menjadi negara kesatuan yang besar: Sriwijaya dan Majapahit.
•
Kemudian, sekitar 5 abad tertidur….
ZAMAN KERAJAAN DI JATENG
•
418 - Biksu Fa-hien di Rembang 5 bln,
melihat sedikit penganut agama Buddha
•
423 - Biku Gunawarman (Kashmir, Sri
Lanka)
•
664 - Biksu Hwi-ning di Kaling 3 th
menerjemahkan kitab Hinayana dibantu biksu lokal Jnanabhadra
•
778 - Raja Rakai Panangkaran (Sanjaya/Mataram)
mendirikan Candi Kalasan bagi Dewi Tara
•
824 - Raja Samaratungga (Syailendra)
mendirikan Candi Borobudur
•
Candi Mendut, Pawon, Sewu dll.
SRIWIJAYA
•
671, 685, 695 - Biksu I-tsing
menerjemahkan Kitab Suci
•
Universitas dengan lebih dari 1.000
biksu, di antaranya banyak orang asing
•
Guru terkenal Sakyakirti
•
Abad ke-11 Biksu Atisa Dipankara belajar
pada Biksu Darmakirti, pergi ke Tibet membawa 9 kitab yg sekarang masuk dalam
Kanjur
•
Candi-candi: Muara Takus, Gunung Tua
ZAMAN KERAJAAN DI JATIM
•
Akulturasi kebudayaan – sinkretisme Siwa
Buddha
•
Konsep Dewa-Raja, integrasi negara
kerajaan & agama
•
1268 - Raja Wisnuwardhana meninggal,
dipuja sbg Siwa di Candi Waleri, Amoghapaca di Candi Jago
•
1292 - Raja Kertanegara meninggal,
dipuja sbg Siwa & Buddha di Candi Jawi, Wairocana di Sagala (istrinya sbg
Locana), Bhairawa di Singasari.
SINKRETISME DALAM KARYA TULIS
•
Cerita Bubuksah di Candi Hindu Panataran
•
Kertanegara = Siwa Buddha dlm Kitab
Pararaton
•
Arjunawijaya: Buddha menurut penjuru
alam = Siwa
•
Kunjarakarna: Tiada kesempurnaan jika
memisahkan Siwa Buddha
MAJAPAHIT
•
Paralelisme/koalisi
•
Negarakretagama: Siwa Buddha berbeda
ajaran, berbeda pendeta dan tempat peribadatan, mengatur daerah binaan,
Dharmadhyaksa Kasogatan beda dengan Kasiwan
•
Sutasoma (Mpu Tantular): Siwa Buddha
“bhinneka tunggal ika tan hana Dharmma mangrwa”
KONSEP ADI BUDDHA DAN BUDDHAYANA
•
Namasangiti versi Chandrakirti
(Sriwijaya)
•
Sanghyang Kamahayanikan (zaman Mpu
Sindok)
•
Negarakretabhumi karya P. Wangsakerta:
wangsa Syailendra penganut Buddhayana
•
Candi Borobudur, cerminan Therawada,
Mahayana, Wajrayana menyatu.
SIRNANYA PENGANUT BUDDHA SETELAH
MAJAPAHIT
•
Agama menyatu dengan kekuasaan negara
•
Merosot seiring dengan jatuhnya
Majapahit (1429)
•
Perang saudara
•
Sila/Winaya tidak dipertahankan,
pengetahuan tentang Dharma minim dan keliru
•
Munculnya kerajaan Islam
•
Yang tertinggal hanya tradisi: Kejawen
ZAMAN PENJAJAHAN
•
Belanda tidak mengakui agama Buddha
•
Peran dari Perkumpulan Teosofi (1883,
saat kedatangan Blavatsky)
•
Di kota: orang Tionghoa mendirikan
klenteng. 1650 - Klenteng Jin-de-yuan (Dharma Bhakti) di Batavia. Biksu/biksuni/caici
Tionghoa
•
Di desa: tradisi domestik sporadis. 1935
- diberitakan selamatan jangkar kuno Majapahit, di Kp. Petenon Surabaya ada
1,500 penganut
ORGANISASI BUDDHIS
•
1929 - Association for the Propagation
of Buddhism in Java (pusat di Htathon Myanmar) → Java Buddhist Association
(Ernest Erle Power & Josias van Dienst) → 1934 - Central Buddhistische
Institut voor Java.
•
Peran Kwan Im Tong Prinsenlaan &
Kwee Tek Hoay, Penerbitan Moestika Dharma (1932)
•
Sam Kauw Hwee (SKH) dg media Sam Kauw
Gwat Poo bhs Melayu
•
1934 - Biku Narada diundang Teosofi
•
Batavia Buddhist Association (KTH)
SETELAH KEMERDEKAAN RI
•
Kemerdekaan memberi kebebasan beragama
Buddha
•
1952 - SKH + Thian Li Hwee, Sin Ming
Hui, Buddha Tengger → Gabungan Sam Kauw Indonesia
•
1953 - Kebangkitan kembali agama Buddha
di Indonesia → Upacara Waisak Nasional I di Candi Borobudur, dipelopori Tee
Boan An
•
1955 - Biku pertama putra Indonesia:
Ashin Jinarakkhita (tradisi Therawada & Mahayana)
CIKAL BAKAL BUDDHAYANA
•
1955 - Persaudaraan Upasaka Upasika
Indonesia (PUUI), ketua Mangunkawatja
•
1956 - 2500 Tahun Buddha Jayanti
•
1957 - Persatuan Buddhis Indonesia
(Sosro Utomo), 1958 menjadi Perhimpunan Buddhis Indonesia (Perbudhi), pusat di
Semarang
•
Jajaran Perbudhi: Gerakan Pemuda Buddhis
Indonesia (GPBI), Wanita Buddhis Indonesia 1973
•
Non-sektarian, teis, berkepribadian
nasional
PERIODE MULTI-ORGANISASI
•
1962 - sebagian aktivis Perbudhi Jawa
Tengah mendirikan Musyawarah Umat Buddha Seluruh Indonesia (MUBSI).
•
1963 - DPP Perbudhi pindah ke Jakarta.
•
1964 - Nichiren Shoshu Indonesia (NSI)
•
1965 - Buddhis Indonesia (Semarang)
•
1966 - Dewan Wihara Indonesia (DEWI)
•
1967 - Musyawarah Besar Federasi Umat
Buddha Indonesia tdd Buddhis Indonesia, Gabungan Tridharma, MUBSI, Agama Hindu
Buddha Tengger, Agama Buddha Wisnu Indonesia → anggota Sekber Golkar.
USAHA KE ARAH PERSATUAN?
•
1972 - PUUI & Perbudhi menyatu,
ganti nama menjadi Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia (MUABI)
•
1972 - Bersama dg Buddhis Indonesia,
MUBSI, GTI, Persaudaraan Umat Buddha Salatiga mendirikan Budha Dharma Indonesia
(BUDDHI). Majelis BUDDHI menampung pemuka agama Buddha berbagai sekte
•
GPBI (biro pemuda Perbudhi) lenyap,
MUABI dan GTI masih berdiri sendiri
DARI MAJELIS KE WALUBI
•
1975 - Majelis Dharmaduta Kasogatan, Majelis
Pandita Buddha Maitreya Indonesia
•
1976 - Majelis Pandita Buddha Dhamma
Indonesia
•
1976 - MUABI → Majelis Upasaka Pandita
Agama Buddha Indonesia
•
1977 - Majelis Rohaniwan Tridharma
Seluruh Indonesia
•
1978 - Majelis Agama Buddha Mahayana
Indonesia
•
Semua majelis kecuali MUABI bergabung
dalam Majelis Agung Agama Buddha Indonesia (MABI)
•
1979 - Kongres Umat Buddha Indonesia
mendirikan WALUBI dg anggota 7 majelis & 3 Sanggha
•
1979 - MUABI ganti nama menjadi Majelis
Buddhayana Indonesia (MBI)
WADAH NON-WALUBI
•
1973 - Pemuda Buddhis Indonesia
(Pembudi)
•
1976 Gabungan Umat Buddha Seluruh
Indonesia (GUBSI)
•
Musyawarah Kekeluargaan Buddhis
Indonesia (MKBI)
•
Rumpun Guru Agama Buddha (Rugabi)
•
1981 - Sekber PMVBI
•
1986 - Generasi Muda Buddhis Indonesia
(Gemabudhi)
•
1987 - Keluarga Besar Wanita Buddhis
Indonesia
•
1988 - Himpunan Mahasiswa Buddhis
Indonesia (Hikmah Budhi, asal KMBJ 1971)
•
1980 Gabungan Vihara/Klenteng/Rumah Abu
(GAVIKRA)
•
1992 Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis
ORGANISASI SANGGHA
•
1959 - Ashin Jinarakkhita mengundang
Biku Narada dan belasan biku Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Kamboja menahbiskan
biku (Jinaputta) dan samanera (Ktut Tangkas & Sonto)
•
1963 - Sangha Suci Indonesia ganti nama
menjadi Maha Sangha Indonesia beranggota biku Therawada dan biksu Mahayana
•
1966 - Samanera Jinagiri dan Jinaratana
ditahbiskan menjadi biku di Thailand.
•
1969 - MSI mengundang 4 biku Thailand
•
1970 - penahbisan 5 biku Indonesia di
Borobudur
•
1972 - 5 biku memisahkan diri → Sangha
Indonesia
•
1974 - Organisasi Sanggha dipersatukan →
Sangha Agung Indonesia (Sagin)
•
1976 - Sangha Theravada Indonesia
•
1978 - Sangha Mahayana Indonesia
•
1979 - Sanggha-Sanggha ikut mendirikan
Walubi
•
1994 - Sagin (& MBI) dikeluarkan
dari Walubi
•
1998 - Sagin diterima kembali dlm Walubi
(3 Nov), & Walubi membubarkan diri (6 Nov)
•
1998 - Konferensi Agung Sangha Indonesia
(KASI) dg anggota 3 Sanggha
KRITERIA AGAMA BUDDHA DI INDONESIA
•
Konsensus 14 Des 1978; Ketetapan Kongres
Umat Buddha Indonesia 8 Mei 1979
•
Kriteria adanya: Tuhan Yang Maha Esa,
Triratna, Hukum Trilaksana, Catur Arya Satyani, Pratitya Samutpada, Karma,
Punarbhava, Nirvana, Bodhisattva
AGAMA BUDDHA BERKEPRIBADIAN
NASIONAL
•
Lokakarya Pemantapan Ajaran Agama Buddha
dengan Kepribadian Nasional Indonesia 20 Feb 1979, Ketetapan Kongres Umat
Buddha Indonesia 8 Mei 1979
•
Tuhan Yang Maha Esa: sebutan
berbeda-beda
•
Guru Agung: Nabi Buddha Gotama
•
Kitab Suci: Tripitaka/Tipitaka
•
Semua sekte mempunyai umat yang
berbeda-beda di seluruh pelosok Tanah Air Indonesia
•
Melaksanakan Pedoman Penghayatan &
Pengamalan Pancasila
KODE ETIK
Ketetapan Kongres Umat Buddha Indonesia 8 Mei 1979
Ketetapan Kongres Umat Buddha Indonesia 8 Mei 1979
- Menyadari menganut ajaran/sekte berbeda-beda, namun merupakan suatu keluarga besar yg mempunyai Guru Agung yang sama
- Membabarkan ajaran sekte dihindarkan ucapan, sikap, tindakan yg merugikan sekte lain
- Setiap pembina umat Buddha dianjurkan mempelajari pula secara positif ajaran sekte lain
- Dalam setiap kegiatan keagamaan, dikesampingkan pertimbangan pribadi, kelompok atau keuntungan materiil
- Saling menolong mengadakan prasarana & sarana, dan mengembangkan agama Buddha
- Menjauhkan diri dari tindakan yang dapat merusak kekeluargaan & kerukunan
- Menyebarkan Dharma sesuai dg Kitab Suci, tidak mencampuri urusan rumah tangga anggota Walubi
- Kode Etik anggota Walubi merupakan sikap mental yg senantiasa dipelihara & dikembangkan di lingkungan anggota demi terwujudnya suasana kekeluargaan yg harmonis & lestari
SEKILAS BIMBINGAN MASYARAKAT BUDDHA
•
Pembinaan oleh pemerintah, praktiknya
oknum
•
PP No 21/ 1975 tt Sumpah/Janji PNS: Demi
Allah diganti Demi Sang Hyang Adi-Buddha → UU No 43/ 1999 ttg Pokok-Pokok
Kepegawaian
•
Direktorat Urusan Agama Buddha dibentuk
16 Des 1980
•
1983 - Waisak libur nasional
•
Inmendagri No. 455.2-360 ttg Penataan
Klenteng (berdasar Inpres No 14/ 1967 ttg Agama, Kepercayaan & Adat
istiadat Cina → Walubi menyatakan Imlek bukan hari raya Buddha
KONFLIK-KONFLIK
•
1987 - NSI tidak diakui termasuk rumpun
agama Buddha, dikeluarkan dari Walubi
•
1992 - Munas II Walubi → konflik
perumusan AD/ART, penyetruman 3 tokoh MBI & Tridharma
•
1994 - Sagin & MBI dikeluarkan dari
Walubi dg alasan disiplin organisasi, sinkretisme besar (Sai Baba), sinkretisme
kecil (intersekte), menghidupkan adat Cina
•
Dirjen Bimas Hindu & Buddha tidak
melayani Sagin & MBI sp 27 Des 1999
•
1999 - Konflik pengusulan calon anggota
MPR utusan golongan antara MBI/KASI & Walubi
PARADIGMA BARU
•
Kembalikan agama pada pemeluknya
•
Pemerintah tidak mencampuri urusan
intern setiap agama
•
Demokratis, tidak otokratis
•
Inklusif, tidak eksklusif
•
Pluralisme
•
Wadah tunggal bukan lagi keharusan
Materi
4
AGAMA BUDDHA
DALAM KONTEKS
KEINDONESIAAN
agam = datang,
kebalikan dari pergi (Pali/Skt: a = tidak, gam = pergi, agam
= mendekat, menemui sumber)
* Agama
adalah judul kelompok kitab Sutra, bagian dari Tripitaka (Skt)
* Padanannya
Nikaya dalam Tipitaka (Pali)
* Kata
agama dalam bahasa Indonesia merupakan warisan (Buddhis & Hindu) di
masa silam
AGAMA BUDDHA MULTIKULTURAL
* Agama
pertama yang keluar dari batas etnisitas tanpa membuat berbagai ras menjadi
India
* Agama
Buddha hidup berdampingan secara harmoni, bahkan beradaptasi, berasimilasi,
tidak mengganggu kesinambungan budaya lokal sebelumnya
* Umat
Buddha tidak mengidentifikasikan diri, tidak juga diakui sebagai bagian dari
satu peradaban tunggal Buddhis
* Pengaruh
agama Buddha telah ikut membentuk beberapa peradaban besar: India, Tionghoa dan
Jepang
VARIASI BUDAYA LOKAL
* Seperti
arca Buddha menunjukkan ciri kekhususan etnis, agama Buddha tidak membuat
bangsa lain menjadi orang India
* Orang
Tionghoa membaca Sutra dan Mantra dalam bahasa sendiri (keng), yang
dipandang bahkan lebih ‘ampuh’ dibanding bahasa aslinya; begitu pula orang
Tibet, Jepang, dll.
* Tradisi
Therawada walau mempertahankan pemakaian bahasa Pali secara lisan, penulisannya
memakai aksara masing-masing
* Penggunaan
bahasa Kawi (Jawa Kuno) pada kitab-kitab agama di Jawa a.l.: Sanghyang
Kamahayanikan, Sanghyang Kamahayanan Mantrayana, Kunjara Karnna, Sutasoma
AMANAT BUDDHA MENGENAI PEMAKAIAN
BAHASA
* Buddha
tidak berbahasa Pali!
* Buddha
mengizinkan para siswa-Nya untuk mempelajari ajaran Buddha sesuai dengan dialek
atau bahasa masing-masing (Vin. II, 139)
* Ia
menasihati para biku untuk menyesuaikan diri dengan bahasa lokal tempat
mereka membabarkan ajaran (M. III, 234-235)
*
Umat Buddha Indonesia sepantasnya bisa membedakan
agama dari bahasa, dan memakai bahasa Indonesia yg baik dan benar
KONDISI UMAT BUDDHA DI INDONESIA
DEWASA INI
* Agama
Buddha di Indonesia datang dari berbagai sumber → heterogenitas
* Primordialisme
juga keterikatan afinitas pada kultural asing cenderung menimbulkan konflik
* Benturan
nilai bisa mengakibatkan krisis penganutan agama
* Dibutuhkan
penganutan yang toleran, inklusif, non-sektarian, kontekstual, menghargai
pluralisme & universalisme → harmoni
AGAMA BUDDHA INDONESIA
* Buddhayana
di Indonesia, mencari harmoni & kerukunan tanpa melenyapkan sekte atau
identitas yg berlainan
* Bukan
label yg mengkategorikan agama Buddha sebagai salah satu dari tradisi sekte
(seperti agama Buddha China, Jepang, Tibet, Thai)
* Memelihara
benang merah penganutan agama Buddha dari zaman Sriwijaya, Mataram Kuno,
Majapahit, hingga sekarang, karena agama Buddha bukan agama baru di Indonesia
* Agama
yg universal (pd tingkat tekstual), ketika dipraktikkan sesuai dg perkembangan
zaman, dapat bercorak lokal sesuai dg budaya setempat
WAWASAN KEBANGSAAN
* Nilai
universal dari agama mengatasi perbedaan bangsa, tetapi agama Buddha tidak
meniadakan kebangsaan
* Buddha
menghargai eksistensi suatu negara/ bangsa, lewat petunjuk mengenai: 7 Syarat Kesejahteraan Negara (D. II,
74-75) agar dapat mempertahankan kedaulatan & hidup berdampingan dg
negara lain secara damai
* Umat
Buddha berkepribadian nasional menunjukkan watak/sifat/sikap keindonesiaan yg
luhur, yg membedakannya dari bangsa lain
BUKAN SINKRETISME
* Ada
percampuran antara agama Buddha & Siwa, seperti yg digambarkan dlm
Sutasoma, Arjunawijaya, Kunjara Karnna (Buddha adalah Awatara dlm Hindu),
tetapi keduanya tetap dibedakan, tidak melebur
* Siwa
– Buddha berbeda ajaran, pendeta, tempat peribadatan, wilayah binaan, pejabat
dibedakan Kasogatan dan Kasiwan (Nagarakretagama)
* Cerita
Bubuksah mengunggulkan agama Buddha di Candi Siwa (Penataran), dlm kultur Jawa
keduanya tidak dianggap bersaing.
PANCASILA DASAR NEGARA
* Ketuhanan
Yang Maha Esa
* Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab
* Persatuan
Indonesia
* Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
* Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Berdasarkan Pancasila, negara mengakui agama-agama
yg berkeyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menolak ateisme.
*
Sebutan Tuhan dlm agama Buddha
dipergunakan oleh UU RI No 43 Th 1999 (Perubahan atas UU No 8 Th 1974 tt
Pokok-Pokok Kepegawaian), sebagaimana Peraturan Pemerintah RI No 21 Th 1975 (tt
Sumpah/Janji PNS): Demi Allah diganti dg demi Sang Hyang Adi-Buddha.
*
Lokakarya Pemantapan Ajaran Agama Buddha
dg Kepribadian Nasional Indonesia 20 Pebr 79, Ketetapan Kongres Umat Buddha
Indonesia 8 Mei 79 mengakui sebutan Tuhan Yang Maha Esa berbeda-beda, Nabi
Buddha Gotama, Kitab Suci Tipitaka/Tripitaka, semua sekte mempunyai umat yg
berbeda-beda, melaksanakan Pedoman Penghayatan & Pengamalan Pancasila.
PELESTARIAN WARISAN LELUHUR
* Umat
Buddha Indonesia menerima warisan Candi sekaligus berikut semangat &
hakikat spiritualitasnya
* Candi
mengingatkan kita pada kejayaan di masa silam
* Pemusatan
perayaan keagamaan secara nasional di Candi Borobudur (dll) bukan sekadar
berkumpul, simbol persatuan dan wawasan nusantara, namun menunjukkan bahwa
hanya ada satu agama Buddha, yang memiliki akar budaya Indonesia!
WAISAK LIBUR NASIONAL
*
Waisak Nasional I/ th 1953 sebelum agama
Buddha diakui oleh pemerintah
*
1983 - Waisak dijadikan libur nasional
*
Hilangnya hambatan psikologis, sosial,
politik umat Buddha dlm pemelukan & praktik agama, dipersatukan dlm hidup
kebangsaan
*
2007 - ada 2 versi hari Waisak: 2 Mei
dan 31 Mei 2007. Di Indonesia 1 Juni 2007, penetapan berdasar perhitungan
astronomi.
*
Tradisi menetapkan detik Waisak,
purnamasidi
PEMBINAAN HIDUP KEAGAMAAN
*
Negara Pancasila bukan negara agama,
juga bukan negara sekuler, negara ikut serta dlm pemupukan kesejahteraan rohani
para warganya & dlm pengamanan kerukunan antarumat beragama
*
Kondisi ideal kehidupan beragama:
ü Kadar
keimanan & ketakwaan yg makin tinggi & mantap, kokoh dlm pola hidup
& tata-nilai beragama.
ü Pemahaman
keagamaan sedemikian matang, luas, segar, berkembang shg agama berperan sbg
motivator, dinamisator, pengarah bagi kemajuan
ü Hubungan
intern umat beragama, hubungan antarumat beragama & hubungan antara umat
beragama dg pemerintah serasi
PENYIARAN AGAMA
ü Pelaksanaan
penyiaran tidak dibenarkan untuk ditujukan thd orang yg telah menganut agama
lain
ü Pendidikan
agama diberikan di sekolah sesuai agama yg dianut, oleh guru yg seagama (masih
banyak hambatan dlm praktiknya)
ü Pendirian
tempat ibadah harus dg izin pemerintah, dg persetujuan masyarakat di
sekelilingnya
ü Di
era reformasi, wadah tunggal bukan keharusan, pemerintah tidak mencampuri
urusan intern tiap agama, budaya Tionghoa diberi kelonggaran
SIMBIOSIS
Tempat Ibadah
v Latar
belakang: Paralelisme pemikiran teistik yang impersonal, aspek etika moral,
ajaran yang bersifat humanis, praktik ritual & budaya (Tionghoa) simbolik,
kecenderungan sinkretisme penganutan Tridharma (ikut memelopori kebangkitan
agama Buddha di Indonesia)
v Pasca-G-30-S
kelenteng ganti nama jadi wihara: Pratima Buddha & Bodhisattwa di antara
dewa-dewa lokal (unsur Taoisme), tetapi jarang ada patung Konghucu
SIMBIOSIS
Penanggalan
ü Kalender
Saka → Hindu
ü Penggunaan
kalender Imlek →merayakan Tahun baru Imlek
Rohaniwan Buddhis
Anggota Sanggha Biku
Upasaka/Upasika Pandita
& Upacarika
berpedoman pada Tipitaka/Tripitaka
Materi 5
YANG
MAHA ESA
ORANG BUTA & GAJAH
(Udana
68)
ANDA
TERPANAH!
Buddha tidak pernah
menghabiskan waktu untuk perkara-perkara spekulatif tentang alam semesta
karena hal ini kecil nilainya bagi pengembangan spiritual menuju
Kebahagiaan Sejati.
Analogi:
Orang yang tertembak
anak panah beracun, yang menolak untuk mencabutnya sebelum dia tahu siapa yang
memanahnya, kenapa panah itu ditembakkan, dari mana anak panah itu ditembakkan.
Pada saat semua pertanyaannya terjawab, dia sudah akan mati lebih dahulu.
(Cula-Malunkyovada
Sutta, Majjhima Nikaya 63)
GAMBARAN
TUHAN (DI LUAR AGAMA BUDDHA)
(+)
Maha
Pencipta
Mahakuasa
Maha
Pengasih
(-)
Pencemburu
Bisa
marah
Bisa
merusa
TUHAN MENDUA?
Masih
banyak umat Buddha yang mencampuradukkan konsep Ketuhanan menurut agama
Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain. Umat Buddha tidak
memandang Tuhan sebagai makhluk adikodrati & adikuasa.
Konsep
Tuhan dalam agama Buddha tidak mengenal DUALISME:
Tuhan Maha Pengasih, misalnya,
tidak mungkin juga pemarah
BUDDHA MENGUNGGULI BRAHMA BAKA
Bagaikan
lengan yang dililit kuat oleh seekor ular,
demikian
pandangan salah.
Brahma
Baka yang dikenal dengan cahaya kemurnian
dan
kekuatan yang hebat.
Raja
Para Bijaksana mengatasinya dengan penyingkapan pengetahuan.
Berkat
kekuatan ini, semoga engkau terberkahi dan berjaya.
AJARAN BUDDHA MENGENAI
ASAL ALAM SEMESTA
Selaras
dengan ilmu pengetahuan.
Dalam
Aganna Sutta, Buddha menggambarkan:
¥
alam semesta berulang kali mengalami
kehancuran dan tersusun kembali selama masa yang tak terhitung;
¥
bumi ini bukanlah satu-satunya planet;
¥
ada gugus-gugus yang lebih besar,
tatasurya, galaksi, mahagalaksi, dst, tanpa batas.
¥
kehidupan pertama terbentuk di atas
permukaan air,
¥
kehidupan berangsur-angsur berevolusi
dari organisme yang sederhana menjadi makin kompleks.
Segala
proses ini tidak berawal, tidak berakhir, dan berlangsung alamiah.
KAIDAH SEMESTA
Apa
yang kita alami merupakan kombinasi AKSI-REAKSI yang tunduk pada berbagai jenis
hukum/kaidah semesta (Niyama) yang bekerja dalam dunia fisik dan mental:
1.
Hukum Musim (Utu-niyama)
berkaitan
dengan asas fisik anorganik: fenomena musim
2.
Hukum Benih (Bija-niyama)
berkaitan
dengan asas benih/organik
3.
Hukum Karma (Kamma-niyama)
berkaitan
dengan kausal moral atau asas sebab-akibat
4.
Hukum Pikiran (Citta-niyama)
berkaitan
dengan proses kesadaran, kekuatan pikiran
5.
Hukum Alam (Dhamma-niyama)
berkaitan
dengan gravitasi, magnetis, gerakan gelombang
HARUSKAH ADA SUATU PERMULAAN?
"Sama sekali tidak
ada alasan untuk menganggap bahwa dunia memiliki suatu permulaan. Gagasan bahwa
segala sesuatu harus memiliki permulaan benar-benar karena miskinnya pikiran
kita." (Bertrand Russell).
YANG TAK TERKONDISI
Buddha
telah mencapai Pencerahan Sempurna, dengan demikian Buddha menghayati
dan memahami Ketuhanan dengan sempurna pula.
Buddha
bersabda:
“Ada
Yang Tidak Terlahir, Yang Tidak Terjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak
(Udana VIII:3).
Yang
Mutlak = Asamkhata-Dhamma = Yang Tak Terkondisi.
Dengan
adanya Yang Tak Terkondisi (Asamkhata), maka manusia yang terkondisi (Samkhata)
dapat mencapai kebebasan mutlak dari samsara.
KITA PERLU SEBUTAN
Agama
Buddha menekankan unsur transenden YANG MAHA ESA.
YANG
MAHA ESA: TIDAK TERKONSEPKAN,
harus
dipahami melalui PENYADARAN, bukan melalui konsep.
Tak
terelakkan, ketika kita bicara tentang konsep Ketuhanan, diperlukanlah:
“SEBUTAN”.
Salah
satu sebutan: Adi-Buddha.
Sebutan
lain:
Advaya,
Diwarupa, Mahavairocana
(kitab-kitab
Buddhis bahasa Kawi),
Vajradhara
(Tibet: Kargyu & Gelug),
Samantabhadra
(Tibet: Nyingma),
Adinatha
(Nepal).
APA
ITU ADI-BUDDHA?
Adi-Buddha = Realitas Tertinggi
Adi-Buddha = Kebenaran Mutlak.
Adi-Buddha = Yang Maha Esa
Adi-Buddha = Dharmakaya
Dharmakaya: tubuh Dharma yang absolut, kekal, meliputi
segalanya, tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, ada dengan sendirinya, bebas
dari pasangan yang berlawanan, bebas dari pertalian sebab-akibat.
Adi-Buddha bukan suatu personifikasi.
Adi-Buddha bukan sosok yang punya inti-ego (ego-conscious).
Adi-Buddha bukan Tuhan antropomorfik (menyerupai
manusia).
Adi-Buddha bukan Tuhan antropopatis (berperasaan =
manusia).
Adi-Buddha bukan Tuhan pencipta.
BENIH
KEBUDDHAAN
Adi-Buddha
ada
dalam diri setiap makhluk sebagai BENIH KEBUDDHAAN.
Dengan
demikian, setiap makhluk BERPOTENSI
untuk
meyadari Nibbana.
"Di
dalam sedepa tubuh yang terbekali dengan pikiran inilah, awal dan akhir dunia diketahui”
Devaputta
Samyutta, Sutta 26
Materi
6
MEMAHAMI MASALAH KONTROVERSIAL
DALAM AGAMA BUDDHA
PENGERTIAN
§
Kontroversi:
perdebatan, pertentangan
§
Kontroversial:
bersifat menimbulkan perdebatan
§
Dalam Abhidhamma-pitaka
terdapat Kitab Katha-vatthu yg memuat pokok-pokok kontroversi sejumlah
aliran yg berakar pada tradisi Pali: perbedaan pandangan tentang sifat-sifat
Buddha, Arahat, manusia, dewa, kosmologi, Nirwana, jiwa, karma, dana, dll
§
Pandangan
kontroversial yg akan dibahas di sini bukan dlm konteks Katha-vatthu,
melainkan apa yg berkembang di masyarakat dewasa ini
APAKAH
BENAR SEMUA AGAMA SAMA SAJA?
§
Sikap/praktik
keagamaan:
§ eksklusivisme
§ inklusivisme
§ paralelisme
§ sinkretisme
§
Yg
diajarkan oleh Buddha: Satu-satunya Jalan mengakhiri penderitaan (Dhp.
273-275)
§
Di luar
Jalan Mulia Berfaktor Delapan tidaklah mungkin ditemukan orang yg mencapai
kesucian (D. II, 151)
FRAGMENTASI
SEKTE
§
Sekte:
kelompok yang memisahkan diri dari suatu agama induk (mainstream)
§
Timbul
dg adanya seorang pemimpin karismatik, pemikiran & penafsiran baru atau
protes menyangkut kepemimpinan, ajaran/doktrin/nilai, atau ritual
§
Kalau
tdk menarik diri dari lingkungan sosial, giat mencari anggota baru; Tdk jarang
mengandung mistik
§
Berkembangnya
macam-macam aliran & paham sektarian potensial membawa konflik & krisis
nilai
§
Pandangan
kontroversial bukan hanya menyangkut perjumpaan antar-agama, tapi juga
antar-sekte
KENISBIAN
§
Keterbatasan
kemampuan manusia untuk menangkap seluruh kebenaran perlu disadari, atau kalau
tidak kita menempatkan diri bagai orang-orang buta yg berdebat mengenai bentuk
gajah (Ud. 68-69)
§
Jika
seseorang telah mendengar, kemudian mengatakan inilah yg telah aku dengar, ia
melindungi kebenaran sepanjang tdk secara kategorik mengambil kesimpulan bahwa
hanyalah ini yg benar, dan semua yg lainnya keliru (M. II, 171)
§
Walau
hanya ada satu ajaran Buddha, ada banyak aliran/sekte (Buddha mengajar dengan
banyak cara)
§
Tidak
semua orang menyukai atau memerlukan menu yg sama (bandingkan pula dg obat)
MENGHADAPI
MASALAH LURUS & SESAT
§
Jangan
menyatakan apa yang tidak pernah dikatakan oleh Tathagata sebagai sabda
Tathagata, jangan mengingkari apa yang telah disabdakan oleh Tathagata (A.
I, 59)
§
Menguji,
apakah sesuai dengan Sutta dan Winaya (D. II, 123-125)
§
Mempelajari
bersama, tidak mempertengkarkan, melainkan cermat membandingkan kalimat &
makna, demi kebaikan orang banyak (D. III, 127)
§
Tidak
memerlukan pemungutan suara
§
Melihat
konteks & relevansi
YANG
MURNI DAN TIDAK MURNI?
§
Berdasarkan
Kitab Suci, ada versi Pali dan versi Sanskerta dg turunannya dalam bahasa lain.
§
Mahayana
bukan ajaran yg menyimpang atau belakangan. Buddha tidak berbahasa Pali,
terdapat sumber awal yg sama dari Therawada & Mahayana, Mahayana tdk
berasal dari Therawada, Therawada bukan Hinayana, bahkan dulunya kedua aliran
belum pernah bertemu sehingga tdk mungkin terlibat dlm perselisihan doktrinal
apapun (Piyasilo, The One Way, 1981)
§
Tidak
ada perbedaan yg mendasar antara Therawada & Mahayana (Kongres Dunia I
Dewan Sanggha Dunia di Kolombo, 1967)
TERBUKANYA
KERANJANG KANON
§
Konsili
I dpp Mahakassapa di Gua Sattapani membacakan Sutta & Winaya; ada catatan
tentang persamuhan dpp Vashpa di luar gua
§
Biku
Purana dkk tiba setelah konsili berakhir, pernyataannya menolak anggapan bahwa
ajaran Buddha hanya terbatas pada apa yg dibacakan dlm konsili (Vin. II,
290)
§
Berabad-abad
keranjang kanon terbuka untuk dimasukkan teks-teks yg
tertinggal/belakanganKonsili IV: Sthawirawada di Sri Lanka (Pali), Sarwastiwada
di Kashmir (Sanskerta).
SILANG
PENDAPAT TERMINOLOGI
§
Buddha
manusia biasa? (bagaimana menjelaskan peristiwa kelahiran-Nya? M. III, 119-123)
§
Buddha
hidup,
§
Buddha
mutakhir
§
Teis,
ateis atau non-teis, Deis, monoteis, panteis, politeis
§
Tuhan
dan Ketuhanan Yang Maha Esa:
§
Adi-Buddha,
Tathagata, Asankhata-dhamma/ Nirwana
APA YANG
DIKATAKAN OLEH BUDDHA MENGENAI DIRINYA SENDIRI?
§
Aku
bukan dewa/ gandarwa/yaksa/manusia. Aku adalah buddha (yang sadar).(A. Ii,
37)
§
Aku
sendiri bangun sepenuhnya (vin. I, 8)
§
Tathagata,
tidak datang dari mana-mana, tidak pergi ke mana-mana (Vajr.P. 26)
GURU
SEKALIGUS DOKTER
§
Aku
adalah Brahmana, tempat makhluk-makhluk mendapatkan pertolongan... seorang
dokter dan ahli bedah yang tiada tara. (It. 100)
§
Merawat
orang sakit berarti melayani Tathagata (Vin. I, 302)
§
Melayani
semua makhluk berarti melayani para Buddha
ARCA/PRATIMA BUDDHA
§
Mulanya
Buddha pantang digambarkan
§
Arca
Buddha tertua (78 M) dibuat oleh
seniman Yunani, model Dewa Apollo
§
Arca
seperti simbol lain: atribut, visualisasi/cermin gagasan, sarana mendekatkan
diri kepada Buddha
§
Bukan
tujuan penyembahan
§
Bandingkan
dengan perlakuan terhadap potret seseorang yg kita kagumi, atau bendera &
simbol negara
3
CARA PANDANG
§
Buddha
historis
§
Buddha
manifestasi keluhuran yg transenden
§
Buddha
mendatang
ISTILAH-ISTILAH
UMUM KEAGAMAAN
§
Agama
langit atau agama bumi (wahyu atau ciptaan akal budi)
§
Nabi dan
kenabian
§
Dakwah/penyiaran
agama
§
Otoritas
keagamaan
§
Kesucian:
kitab suci, orang suci, hari suci, orang suci, tempat suci, air suci
§
Iman dan
takwa
§
Doa
meminta
§
Keselamatan,
pertobatan dan penebusan
§
Karma
hukum pembalasan?
§
Setan
dan arwah
PERMASALAHAN
DALAMPRAKTIK KEAGAMAAN
§
Lebih
berdasarkan tradisi, belum merujuk pada Kitab Suci
§
Mengutamakan
aspek ritual
§
Menjadi
umat sesosok guru atau majelis/sekte, belum sebagai umat Buddha
§
Kepemimpinan
tanpa kompetensi
§
Berkumpul
bukan bersatu (karya bersama malah kecil…)
§
Peran
personal belum struktural
§
Sindroma
minoritas kompleks
VEGETARISME
§
Komitmen
terhadap sikap menolak pembunuhan (Sila Bodhisattwa)
§
Vegetaris
adalah cara untuk melatih diri
§
Kesucian
tidak ditentukan oleh apa yang dimakan atau tidak dimakan, tetapi tergantung
keadaan batin
§
Dalam 3
hal makan daging harus ditolak: jika melihat, mendengar, mencurigai kalau
seekor binatang sengaja dibunuh khusus untuk kita. Tercela karena menyuruh
menangkap, mengikat (menyiksa), menyuruh membunuh, binatang itu mati, &
memberi apa yang tidak diperkenankan kepada orang yang harus dihormati (M. I,
369-371)
PERBEDAAN
TRADISI THERAWADA
§
Manusia
individual
§
Upaya
sendiri
§
Kebijaksanaan
§
Cita-cita:
Araha
§
Buddha =
Guru
§
Menghindar
metafisika
§
Konservatif
§
Kanon
Pali Tipitaka
§
The
Doctrine of the Eyes
MAHAYANA
§
Manusia
bersama
§
Ada
pertolongan
§
Belas
kasih
§
Cita-cita:
Bodhisattwa
§
Buddha =
Penyelamat
§
Mendalami
metafisika
§
Liberal
§
Kanon
Sanskerta Tripitaka
The Doctrine of the Heart
Materi
7
INILAH BUDDHAYANA
Adakah satu aliran agama Buddha yg merupakan satu-satunya ajaran yg benar dan lengkap?
Jika ADA, aliran yg mana itu?
Jika TIDAK ADA, adakah
paling tidak
suatu ajaran dan praktik yg umum di antara berbagai aliran dalam agama
Buddha?
Semasa Buddha masih hidup,
masalah ini tidak muncul. Masalah ini muncul segera setelah Parinirwana Buddha dan menjadi jejak yg mencirikan perkembangan agama Buddha melintas
keluar India sepanjang sejarah.
Ø
SEKTARIANISME-1
1.
Kepercayaan terhadap
pandangan salah akan adanya suatu diri (sakkaya ditthi), rintangan
pertama dalam jalan menuju Pencerahan (kemelekatan pada literatur)
2.
Pikiran yg
tertutup dan cara pandang yg mementingkan diri sendiri, tidak menyadari
keegoisan sendiri
3.
Berpendapat
bahwa "aliran lain itu salah, sesat, dan tidak seperti aliran sendiri yang
murni"
Ø
SEKTARIANISME-2
1.
Buruk dan
tidak perlu adanya. Dengan sombong dan kasar menyakiti akar dari agama Buddha
dan memperlihatkan lemahnya perkembangan spiritual mereka
2.
Mengembangkan
sifat fanatik
3.
Menciptakan
dan menyebarkan kebencian, rintangan untuk kemajuan spritual
4.
Kurangnya
welas asih yg pada akhirnya akan membawa akibat berupa perpecahan dan
kesengsaraan
PERSAMAAN THERAVADA & MAHAYANA
1.
Mengakui
Buddha Gotama sebagai pendiri ajaran Buddha.
2.
Menerima Tiga
Corak Kehidupan, Empat Kebenaran Mulia, Jalan Mulia Berfaktor Delapan, Musabab
Yang Saling Bergantung sebagai ajaran dasar.
3.
Menerima
doktrin Hukum Karma seperti yang diajarkan Buddha.
4.
Menolak
gagasan suatu makhluk adikuasa yang maha pencipta dan mahakuasa.
5.
Menerima
doktrin kelahiran berulang.
6.
Menerima
adanya alam-alam lain: neraka, peta, dewa, brahma, dll.
7.
Mengajarkan
“Penyadaran Murni” dan pentingnya mengembangkan kebijaksanaan untuk memahami
hakikat Kebenaran.
8.
Menerima
tujuan umum mengakhiri penderitaan dan menyadari Nirwana.
AJARAN BUDDHA DI BARAT
Agama Buddha: agama yang tumbuh paling pesat di Barat.
v
Sifat ajaran
yang menarik minat orang Barat: EHIPASSIKO.
v
Lebih dari
seabad yang lampau, orang-orang Perancis, Belanda,Inggris mulai melancong ke
Timur Jauh, belajar Dharma.
v
Belakangan,
umat Buddha Timur mengungsi ke Barat: orang Tibet, Vietnam; mereka membawa
Dharma.
v
Praktik
Buddhis yang menarik orang Barat: MEDITASI
v
Paham yang
diikuti: “ONE DHARMA”
KENDARAAN BUDDHA
Buddha sangat piawai mengajar dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan kecenderungan dan kemampuan setiap orang (upaya-kausalya / skillful
means).
Buddha menunjukkan Jalan dengan 3 kendaraan (triyana): Sravakayana, Pratyekabuddhayana,
Bodhisattvayana.
Seluruh Dharma itu hanyalah satu kendaraan (ekayana), yaitu
Buddhayana (Saddharmapundarika-Sutra II).
Konsep yang berkembang di Barat: ”One Dharma”
Konsep ini SUDAH ditemukan dan berkembang di Indonesia dengan nama:
”Buddhayana”
BUDDHAYANA-1
Buddhayana BUKAN SEKTE,
melainkan WAWASAN & SIKAP dalam memahami ajaran Buddha yang menjunjung
tinggi NILAI-NILAI:
v Non-sektarianisme
v Inklusivisme
v Pluralisme
v Universalisme
v Keyakinan kepada Dharmakaya
BUDDHAYANA-2
Non-sektarianisme:
v BUKAN sekte baru yg NON-Theravada/Mahayana/Vajrayana.
v BUKAN SINKRETISME (campur-aduk ajaran).
v Mau MEMPELAJARI dan memetik ESENSI (welas asih &
kebijaksanaan) semua tradisi Buddhis.
v Praktik pribadi menurut tradisi yang sesuai
dengan kecenderungan masing-masing.
Inklusivisme:
v Tidak menganggap tradisi/agama tertentu lebih mulia
dari yang lain (holier-than-thou) dan efektif untuk semua orang.
v Menghargai adanya kadar kebenaran tertentu dalam
tradisi/agama lain.
BUDDHAYANA-2
Pluralisme:
v Membangun rasa persatuan, kerja sama, dan pengertian
antar-tradisi Buddhis.
v Membangun toleransi dan harmoni antar tradisi/agama.
Universalisme:
v Melayani semua tradisi Buddhis, non-Buddhis
sekalipun.
v Mengasihi semua makhluk (termasuk hewan) dan
lingkungan hidup, menjadi “warga dunia”.
Keyakinan kepada Dharmakaya:
v Menganut Dharmakaya / Nibbana / Adi-Buddha /Yang
Maha Esa sebagai Tujuan Mutlak.
v Tidak menganut konsep Tuhan yang dipersonifikasikan.
Menjalani ”Jalan Mulia Berfaktor Delapan” sbg CARA hidup.
TOKOH-TOKOH NILAI BUDDHAYANA
Sammasambuddha
Gotama
Buddha-yana,
Kapilavatthu
B. Ashin
Jinarakkhita Biku
Buddhadasa
Therawada,
Indonesia Therawada,
Thailand
B. Thich Nhat Hanh Dalai Lama B. Sri Dhammananda
Mahayana, Vietnam Wajrayana, Tibet Therawada, Sri Lanka
Ajahn Sulak Sangharakshita
Therawada, Thailand Mahayana, Inggris
BUDDHAYANA, HARUS MULAI DARI MANA?
v
Riwayat Hidup Buddha
v
Empat Kebenaran Mulia & Jalan Mulia Berfaktor
Delapan
v
Doktrin Dasar
atau Sepuluh Prinsip Universal
v
Seandainya
karena terpaksa oleh keadaan atau tempat lahir kita harus berakar pada aliran tertentu, kita juga semestinya menjaga agar pikiran tetap terbuka dengan cara
studi banding terhadap aliran Buddhis lain
v
Jika kita
serius terhadap perkembangan spiritual
dan tidak terlalu memperhatikan aspek kultural dan historis, maka kita tidak
perlu berafiliasi pada salah satu aliran/sekte/tradisi, karena
bukankah semua aliran itu hanyalah suatu ekspresi kultural yg merupakan bentuk
luar belaka?
10
PRINSIP UNIVERSAL DALAM AGAMA BUDDHA
v BUDDHA — Guru historis, prinsip
spiritual Pencerahan, inspirasi, cara, tujuan
v CITA-CITA BODHISATTVA
v HIDUP INI SATU dan TAK BERBAGI
v KETIDAKKEKALAN atau LINGKARAN KEBERADAAN
v TANPA INTI atau KESUNYAAN
v KARMA dan KELAHIRAN BERULANG
v EMPAT KEBENARAN MULIA
v JALAN TENGAH — tidak ekstrem
v PENYELAMATAN DIRI SENDIRI
v MEDITASI— pengembangan pikiran tertinggi
BUDDHAYANA DI INDONESIA
Berpedoman pada Kitab
Suci Tipitaka/Tripitaka
·
Sumber utama semua aliran agama Buddha
adalah kitab suci Tipitaka/Tripitaka
Berkepribadian
Nasional
·
Untuk dapat mengakar dengan kuat, suatu
agama harus menyesuaikan dengan budaya atau kepribadian bangsa setempat
·
Agama Buddha, ketika masuk ke Tibet
menjadi agama Buddha Tibet, ketika masuk ke Cina menjadi agama Buddha Cina.
Ketika masuk ke Indonesia seharusnya menjadi agama Buddha Indonesia.
BUDDHAYANA DI INDONESIA
·
Satu wihara untuk puja bakti semua
aliran (dengan jadwal masing-masing)
·
Bacaan paritta/mantra atau sutta/sutra
tidak terbatas untuk penganut satu sekte
·
Hari-hari suci dirayakan tanpa
membedakan tradisi
·
Dharmadesana tidak eksklusif ajaran satu
sekte
·
Mempelajari ajaran intersekte →
pascasekte
·
Penggunaan kosakata Buddhis dlm bahasa
Indonesia
·
Individu dapat memilih tradisi yg paling
cocok baginya
BUDDHA SENDIRI TRADISI APA?
·
Tidak
pernah terdapat Therawada,
Mahayana, atau Vajrayana semasa Buddha Gotama
membabarkan Dharma
·
Label-label
tersebut baru diperkenalkan di era sesudahnya oleh umat Buddha sebagai suatu
alasan untuk memudahkan mereka memahami dari mana seseorang memandang kedalaman dan totalitas Buddha dan Ajaran-Nya.
·
Kita
tidak seharusnya bermimpi untuk menyebut Buddha sebagai seorang Therawada, Mahayana, atau Wajrayana, bahkan Buddha tidak pernah menyebut diri-Nya sendiri sebagai seorang 'Buddhis‘!
Hanya
ada SATU DHARMA, bukan banyak. Pembedaan muncul dari pemikiran orang yang gelap
batin. ~ Seng-Ts’an, Sesepuh Zen Ketiga ~
0 komentar:
Posting Komentar