Pages

Selasa, 02 Oktober 2012

Tokoh khonghucu


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Agama Khonghucu merupakan salah satu dari 12 agama terbesar di dunia yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan agama Khonghucu perlu untuk dipahami bagi mahasiswa, sehingga dapat memberikan pengetahuan baru. Agama Khonghucu memiliki ajaran-ajaran yang perlu diketahui untuk menambah wawasan mengenai agama-agama yang ada didunia. Khonghucu juga disebut sebagai kepercayaan atau tradisi dari masyarakat Tionghoa dan agama Khonghucu juga mengenal Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan manusia dan membimbingnya kearah kebenaran seperti ajaran agama yang lain.


B.     Tujuan
Memberikan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.

C.     Metode
Penyusun dalam pembuatan makalah menggunakan metode kajian pustaka dan download internet.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Tokoh Khonghucu
1.   Kong Qiu
Kong Qiu atau Zhong Ni adalah nama kecil dari Khonghucu, lahir pada masa pemerintahan raja Ling dari Zhou (551 sM), di desa Chang Ping negara bagian Lu. Ayahnya meninggal dunia pada saat Khonghucu berusia 3 tahun, dan Ibunya menyusul pada saat beliau berusia 17 tahun. Pada usia 15 tahun Khonghucu mempelajari berbagai buku pelajaran dan menjalani kehidupan berumah tangga pada usia 19 tahun. Dengan menikahi gadis dari negara bagian Song, bernama Yuan Guan dan memiliki anak pertama yang diberi nama Khong Li, Li berarti ikan gurami (Bo Yu), karena pada kelahiran putranya itu beliau diberi ikan gurami oleh raja muda Negeri Lu yang panggilannya Lu Zhao Gong. Khonghucu masih mempunyai dua orang putri yang salah satu putrinya menikah dengan muridnya sendiri. Sebagai seorang pemuda beliau dikenal orang yang bijaksana, sopan dan senang belajar. Berbagai pekerjaan pernah dilakukan oleh Khonghucu untuk kemudian Khonghucu dapat mengkonsentrasikan diri pada sejarah (Shu), ungkapan-ungkapan (Shi), tata krama (Li), dan musik (Yue).
Beliau pernah melakukan berbagai perjalanan dan pernah menimba ilmu di luar negaranya, kemudian bertemu dengan Lao Zi penemu ajaran Taoisme. Dalam memegang pemerintahan beliau sangat arif dan bijaksana sehingga selalu mendapat promosi jabatan (dari usia 35-60 tahun), dimana beliau pernah menjabat sebagai menteri dan menjadi polisi untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Sesudah menidurkan diri dari jabatan pemerintahan, Khonghucu lebih banyak meluangkan waktu untuk mengajar berbagai ilmu pengetahuan dengan murud-muridnya, beliau mengajar tanpa memandang status sosial, sehingga muridnya bertambah banyak. Khonghucu meninggal dunia pada bulan ke-4, tahun ke-16 dalam usia 72 tahun (479 sM) peringatan hari lahirnya Khonghucu pada tanggal 28 september dan di Taiwan dianggap sebagai hari libur nasional.
Khonghucu adalah putra bungsu Shu Liang He, beliau mempunyai 9 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-Pi dan Ibunya bernama Yan Zheng Zai, beliau lahir pada tanggal 27 Ba Yue (bulan 8) 551 sM di negeri Lu, Kota Zou Yi, Desa Chang Ping dilembah Kong Song (kini Jazirah Shandong kota Qu Fu). Nama kecilnya Qiu yang berarti bukit alias Zong Ni artinya putra kedua dari bukit Ni.

2.      Mengzi
Mengzi  adalah seorang filsuf tiongkok (sekitar 372 sM-289 sM) yang merupakan penerus ajaran Khonghucu/Khongzi yang hidup sekitar 300 tahun setelah wafatnya Khonghucu. Mengzi telah banyak belajar dari cucunya Khonghucu yang bernama Zi Si/Cu Su yang membukukan kitab Zhong Yong/Tengah Sempurna salah satu bagian dari Kitab Shi Shu yang merupakan tuntunan keimanan bagi para penganut agama ’Ru’ atau Khonghucu.
Mengzi banyak mengajarkan tentang watak sejati (Xing) manusia yang memiliki sifat bajik dari Tian yakni berupa Cinta Kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Susila (Li), Kebijaksanaan (Ti) dan dapat dipercayai (Xin). Setiap manusia telah dikaruniai dengan Wu Chang (Lima Kebijaksanaan) tersebut, oleh karena itu menurut Mengzi watak sejati manusia bersifat bajik. Menurut Mensius (Mengzi) hal tersebut dapat dibuktikan apabila ada seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa secara tiba-tiba terjerumus kedalam sumur, maka setiap orang yang melihatnya pasti akan segera tergerak hatinya menolong dan menyelamatkannya tanpa menghiraukan siapa anak kecil itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Mensius pada dasarnya manusia memiliki perasaan atau hati sanubari yang sama, tetapi karena pengaruh lingkungan watak sejati yang bersifat bajik tadi bisa rusak dengan keadaan sekitarnya. Mensius (Mengzi) sering melakukan pembicaraan dengan para raja atau penguasa pada masa itu untuk meyakinkan mereka agar supaya mereka menjadi pemimpin yang benar dan bermoral. Mengzi juga mengajarkan tentang demokrasi dalam pemerintahan, karena raja dipercayai mendapatkan mandat dari Tian (langit) atau disebut dengan Tian Ming. Ditegaskan bahwa Tuhan melihat sebagai hal rakyat melihat, dan Tuhan mendengar sebagai halnya rakyat mendengar.
           
3.      Li Jing
Li Jing adalah seorang Jendral Tiongkok pada masa awal Dinasti Tang. Jasanya antara lain menaklukan suku-suku Turki diperbatasan utara dan pemberontakan Sparatis pada awal Dinasti Tang. Li Jing juga menulis beberapa buku mengenai kemiliteran, Tao Perang, kitab ilmu perang pertama dalam sejarah yang membahas mengenai standar moral prajurit dan kode etik.

B.     Perkembangan
Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan politik di Indonesia dan lazim dikaburkan makna dan hakekatnya dengan Konfuisme sebagai filsafat. Agama Khonghucu berkembang dibeberapa negara seperti Indonesia, agama Khonghucu di Indonesia merujuk kepada pemeluk Kepercayaan Tradisional Tionghoa yang sebenarnya bukan merupakan suatu agama. Agama Khonghucu di Indonesia tidak digolongkan sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia, maka munculah agama Khonghucu sebagai penaung pemeluk Kepercayan  Tradisi Tionghoa.


1.   Agama khonghucu di zaman Orde baru
 Zaman  orde baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk   aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayan tradisi Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari lima agama  yang diakuai. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komonis), pemeluk kepercayan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayan tradisoanal Tionghoa juga merubah nama dan menaungkan diri menjadi Vihara yang merupakna tempat ibadah agama Buddha.

2.   Agama Khonghucu di Zaman Orde Reformasi
Sesuai orde baru, pemeluk kepecayaan tradisional Tionghoa mulai mencari kembali pengakuan atas identitas mereka.untuk memenuhi syarat sebagai agama yang diakui menurut hukum Indonesia, maka beberapa lokalisasi dilancarkan menimbulkan pengertian agama Khonghucu di indonesia dengan Konfusianisme di luar negeri.

3.   Klenteng, Vihara dan Orde baru

Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan dari klenteng dan vihara. Klenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsi. Klenteng pada dasarnya beraritektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain daripada fungsi spiritual. Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis aliran Mahayana yang memang berasal dari Tiongkok.
Perbedaan antara klenteng dan vihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuklah itu kepercayaan tradisional Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru. Klenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi nama Sansekerta atau Pali, mengubah nama sebagai vihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah kemudian umat awam sulit membedakan klenteng dengan vihara. Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, banyak vihara yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada vihara.
C.  Inti Ajaran Khonghucu
Ajaran khonghucu atau konfusianisme dalam bahasa Tionghoa, istilah asalnya adalah Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur, Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama  yang sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: ”Aku bukanlah pencipta agama ini melainkan aku suka akan ajaran kuno tersebut”.
Inti ajaran dari Khonghucu:
Seorang sastrawan Cina terkemuka bernama Lin Tu Tang, menyebutkan lima hubungan sosial:
1.   Khonghucu melaksanakan politik dengan etika.konsep upacara agama dan musik dijadikan landasan ketertiban sosial ia melandasi kedamain dalam kehidupan dengan moral.
2.   Khonghucu mencoba mengadakan Retorasi sosial khususnya merasionalkan feodal yang sekarang ini tidak ada lagi.
3.   Khonghucu mengumandangkan  humanisme.
4.   Khonghucu menekan peranan perorangan dalam memperbaiki kehidupan sosial. Hisio (kewajiban anak) adalah dasarnya.
5.   Khonghucu memiliki bentuk ideal Chun Tzu, orang terhormat.

Terdapat doktrin tentang  kebaktian yang merupakan titik berat ajaran Khonghucu yang terkandung pada seluruh himpunan buku klasik yang tertulis oleh Khonghucu maupun murid-murudnya. Khonghucu mengajarkan ajaran berdasarkan  dua aspek yaitu:
1.   Hsiao Yaitu masalah hubungan timbal balik dalam kehidupan manusiawi.
2.   Shu yaitu masalah hubungan timbal balik antara atasan terhadap bawahan mencieus (mengzi) memjabarka lima sifat kekekalan:
1)      Jen (Ren) : Sifat mulia pribadi seseorang tterhadap Cinta Kasih, Kebajiakan, Kebenaran, Tahu Diri, harus Berbudi Pekerti, Tenggang Rasa dan dapat memahamai orang lain.
2)      I ( gie) : Sifat Mulia pribadi seseorang dalam Solidaritas, Senasib, dan Sepenanggungan serta membela Kebenaran
3)      Li (Le) : Sifat Mulia Seseorang dalam Sopan Santun dan Budi Pekerti.
4)      Chih (Ti) : Bersikap Bijaksana dan Bersikap Arif.
5)      Sin : Besikap Jujur.
Agama Khonghucu  mengenal adanya delapan ajaran ke-imanan (Pat Seng Kwi) yaitu:
1.      Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.      Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan
3.      Sepenuh Iman menegkan Firman
4.      Sepenuh Iman percaya adanya  Nyawa dan Roh
5.      Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti
6.      Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi
7.      Sepenuh Iman memuliakan kitab Si dan Wu Jing.
8.      Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci.


D.  Kitab Suci
1.   Ngo King atau Wu Ching (Lima Kitab):
a.       Si king atau Shih Cing ( kitab sajak), berisi lebih lebih dari 300 sajak-sajak dan nyayian pujian.
b.      Su King Shu Ching (Kitab Kumpulan Sejarah), berisi kronologis peristiwa purbakala , adat istiadat dan nasehat Suci para raja.
c.       Ya King atau I Ching (Kitab Pertaubatan) berisi diagram berrdasarkan garis putus untuk keperluan meramal.
d.      Lee king atau Li Chi (Kitab Kesusilan dan keperibadatan), berisi berbagai ajaran kesusilan , peribadatan, dan masalah kehidupaan , upacara adat.
e.       Kitab catatan sejarah jaman Chun Chui (722-481 sM)
2.   Su Si (Empat Kitab):
a.       Thai Hak atau Ta Hsueh/Da Xue (Ajaran Besar)
Kitab ini ditulis oleh Zeng Zi (Can) atau Zi Xing murid nabi Khongcu dari angkata muda yang meskipun lambat namun tekun sekali dan mampu memahami asas Yi Yi Guan Zhi yang menerima sabda langsung Nabi tentang pembinaan diri dan menyusun uraiannya dalam bab berikutnya. Kitab ini terdiri dari bab utama dengan 10 bab uraian terdiri dari 1753 huruf ditambah 134 (dari bab V subtitusi Zhu Xi). Merupakan bimbingan pembinaan diri umat Ru (Pemeluk Khonghucu) dengan bab utama sebagai sabda yang langsung dari Nabi Khongcu menjadikan kitab ini tak lengkap oleh jaman selalu menjadi pedoman umat Ru.

b.      Tiong Yong atau Chung Yung (Tengah Sempurna atau Pusat Keselarasan)
Kitab ini ditulis oleh Zi Si atau Kong Ji cucu Nabi Khongcu dan murid Zeng Zi yang menerima sabda langsung Nabi Khongcu tentang Keimanan (pada Bab Utama) yang terdiri dari Bab Utama dengan 32 bab uraian, 3.568 huruf. Kitab ini merupakan tununan keimanan bagi penganut  Ru dengan Bab Utama yang merupakan Sabda Langsung dari Nabi Khongcu tentang iman hidup beragama dalam hubungan manusia. Tuhan menjadikannya sebagai sumber keyakinan imani dan pedoman agamis umat Ru yang baku dan utama.

c.       Lun Gi atau Lun Yu (sabda suci)
Kumpulan tulisan ajaran, diskusi, percakapan, komentar dari Nabi Khongcu dengan para murid, antar murid, dan wacana ajaran nabi Khongcu. Kitab ini terdiri dari 2 jilid, masing-masing 10 Bab (20 bab) 15.917 huruf.

d.      Kitab Bing Cu atau Meng Tze.

E.  Ritual
Ritual dalam agama Khonghucu dilaksanakan dengan cara kebaktian diantaranya:
1.               Pemujan terhadap Langit
Pemujaan dilakukan secara teratur dan dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember. Selain memuja langit, ajaran Khonghucu juga memuja matahari bulan, matahari dan bumi. Pemujan terhadap langit dalam ajaran Khonghucu yang tertulis dalam kitabnya dijumpai kata Shang Ti yang berarti yang Maha Kuasa.

2.   Pemujaan  terhadap Nenek Moyang
Pemujan ini bertujuan untuk memgingat kembali jasa leluhur yang telah membesarkan keturunan. Selain itu menurut kepercayan Khonghucu seseorang akan hidup berkelanjutan dan akan tetap mengawasi keturunannya. Pemujan ini juga dipengaruhi oleh konon penghormatan leluhur dilakukan pada bulan april yang dinamakan Ching Ming (Ceng Beng).

F.   Hari Raya
Agama Khonghucu memiliki berbagai macam Hari Raya yang dilaksanakan dalam waktu tertentu diantaranya:
a)      Im Lek yaitu hari raya pergantian tahun berdasarkan penanggalan chandra sangkala (bulan).
b)      Cap Go Meh hari raya lima belas setelah imlek.
c)      Pen Cun (Sembahyang Dewa Air) biasanya membuat makanan dari ketan yang dibungkus dengan daun bambu yang disebut dengan Bacang.
d)     Tang Cu Pia (Sembayang Dewi Bulan).
e)      Cing Ming (Ceng Beng), sembayang leluhur.

G.  Tempat Ibadah
1.   Kuil Kongzi
Kuil Kongzi adalah kuil yang dibangun untuk memperingati Konfusius (Khonghucu) serta untuk mengharuskan meneruskan filsafat Konfusianisme. Kuil Kongzi biasanya disebut sebagai Kongmiau atau Wenmiao di Tiongkok. Kuil Khonghucu tertua dan terbesar adalah kuil yang dibangun pada tahun 478 sM di kampung halamannya du Qu Fu, Shandong.Kuil dibangun setahun wafatnya Konfusi atas Pangeran Ai dari negara Lu.

2.  Klenteng

Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng dengan sendirinya disamakan sebagai tempat ibadah agama Konghucu. Klenteng juga disebut sebagai bio yang merupakan dialek Hokkian dari karakter (miao). Pada mulanya Miao adalah tempat penghormatan pada leluhur Ci (rumah abuh). Pada awalnya masing-masing marga membuat Ci untuk menghormati para leluhur mereka sebagai rumah abuh. Para dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka. Dari perjalanan waktu maka timbulah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku.
Saat ini di dalam Miao masih bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan masing-masing. Ada pula di dalam Miao disediakan tempat untuk mempelajari ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula yang mempelajari ajaran Buddha. Miao atau Kelenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan tempat mempelajari berbagai ajaran - juga adalah tempat yang damai untuk semua golongan tidak memandang dari suku dan agama. Saat ini Miao (Kelenteng) bukan lagi milik dari marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai bersama.


DAFTAR RUJUKAN

Ø  Sudarman, Sutradama Tj.1998: Menjalani Kehidupan Buddhisme Confusinisme Dan Toisme, Sunyata: Jakarta.
Ø  Tim Penyusun.2003. Kapita Selekta Agama Buddha, CV.Dewi Kayana Abadi: Jakarta.
Ø  http://www.confucius.org/. Tokoh Khonghucu. Diakses Rabu,10 September 2008, pukul 19.30 WIB.
Ø  http://id.wikipedia.org/. Sejarah Khonghucu Indonesia. Diakses Rabu, 10 September, pukul 20.05 WIB.

0 komentar: