BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama Khonghucu merupakan salah satu dari 12 agama
terbesar di dunia yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan agama
Khonghucu perlu untuk dipahami bagi mahasiswa, sehingga dapat memberikan
pengetahuan baru. Agama Khonghucu memiliki ajaran-ajaran yang perlu diketahui
untuk menambah wawasan mengenai agama-agama yang ada didunia. Khonghucu juga
disebut sebagai kepercayaan atau tradisi dari masyarakat Tionghoa dan agama
Khonghucu juga mengenal Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan manusia dan
membimbingnya kearah kebenaran seperti ajaran agama yang lain.
B.
Tujuan
Memberikan pengetahuan khususnya bagi mahasiswa dan
pembaca pada umumnya.
C.
Metode
Penyusun
dalam pembuatan makalah menggunakan metode kajian pustaka dan download
internet.
PEMBAHASAN
A. Tokoh Khonghucu
1. Kong Qiu
Kong Qiu atau Zhong Ni adalah nama kecil
dari Khonghucu, lahir pada masa pemerintahan raja Ling dari Zhou (551 sM), di
desa Chang Ping negara bagian Lu. Ayahnya meninggal dunia pada saat Khonghucu
berusia 3 tahun, dan Ibunya menyusul pada saat beliau berusia 17 tahun. Pada
usia 15 tahun Khonghucu mempelajari berbagai buku pelajaran dan menjalani
kehidupan berumah tangga pada usia 19 tahun. Dengan menikahi gadis dari negara
bagian Song, bernama Yuan Guan dan memiliki anak pertama yang diberi nama Khong
Li, Li berarti ikan gurami (Bo Yu), karena pada kelahiran putranya itu beliau
diberi ikan gurami oleh raja muda Negeri Lu yang panggilannya Lu Zhao Gong.
Khonghucu masih mempunyai dua orang putri yang salah satu putrinya menikah
dengan muridnya sendiri. Sebagai seorang pemuda beliau dikenal orang yang
bijaksana, sopan dan senang belajar. Berbagai pekerjaan pernah dilakukan oleh
Khonghucu untuk kemudian Khonghucu dapat mengkonsentrasikan diri pada sejarah
(Shu), ungkapan-ungkapan (Shi), tata krama (Li), dan musik (Yue).
Beliau pernah melakukan berbagai
perjalanan dan pernah menimba ilmu di luar negaranya, kemudian bertemu dengan
Lao Zi penemu ajaran Taoisme. Dalam memegang pemerintahan beliau sangat arif
dan bijaksana sehingga selalu mendapat promosi jabatan (dari usia 35-60 tahun),
dimana beliau pernah menjabat sebagai menteri dan menjadi polisi untuk menjaga
ketertiban dan keamanan. Sesudah menidurkan diri dari jabatan pemerintahan,
Khonghucu lebih banyak meluangkan waktu untuk mengajar berbagai ilmu
pengetahuan dengan murud-muridnya, beliau mengajar tanpa memandang status
sosial, sehingga muridnya bertambah banyak. Khonghucu meninggal dunia pada
bulan ke-4, tahun ke-16 dalam usia 72 tahun (479 sM) peringatan hari lahirnya
Khonghucu pada tanggal 28 september dan di Taiwan dianggap sebagai hari libur
nasional.
Khonghucu
adalah putra bungsu Shu Liang He, beliau mempunyai 9 kakak perempuan dan
seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-Pi dan Ibunya bernama Yan
Zheng Zai, beliau lahir pada tanggal 27 Ba Yue (bulan 8) 551 sM di negeri Lu,
Kota Zou Yi, Desa Chang Ping dilembah Kong Song (kini Jazirah Shandong kota Qu
Fu). Nama kecilnya Qiu yang berarti bukit alias Zong Ni artinya putra kedua
dari bukit Ni.
2. Mengzi
Mengzi adalah seorang filsuf tiongkok (sekitar 372
sM-289 sM) yang merupakan penerus ajaran Khonghucu/Khongzi yang hidup sekitar
300 tahun setelah wafatnya Khonghucu. Mengzi telah banyak belajar dari cucunya
Khonghucu yang bernama Zi Si/Cu Su yang membukukan kitab Zhong Yong/Tengah
Sempurna salah satu bagian dari Kitab Shi Shu yang merupakan tuntunan keimanan
bagi para penganut agama ’Ru’ atau Khonghucu.
Mengzi
banyak mengajarkan tentang watak sejati (Xing) manusia yang memiliki sifat
bajik dari Tian yakni berupa Cinta Kasih (Ren), Kebenaran (Yi), Susila (Li),
Kebijaksanaan (Ti) dan dapat dipercayai (Xin). Setiap manusia telah dikaruniai
dengan Wu Chang (Lima Kebijaksanaan) tersebut, oleh karena itu menurut Mengzi
watak sejati manusia bersifat bajik. Menurut Mensius (Mengzi) hal tersebut
dapat dibuktikan apabila ada seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa secara
tiba-tiba terjerumus kedalam sumur, maka setiap orang yang melihatnya pasti
akan segera tergerak hatinya menolong dan menyelamatkannya tanpa menghiraukan
siapa anak kecil itu. Hal inilah yang dimaksudkan oleh Mensius pada dasarnya
manusia memiliki perasaan atau hati sanubari yang sama, tetapi karena pengaruh
lingkungan watak sejati yang bersifat bajik tadi bisa rusak dengan keadaan
sekitarnya. Mensius (Mengzi) sering melakukan pembicaraan dengan para raja atau
penguasa pada masa itu untuk meyakinkan mereka agar supaya mereka menjadi
pemimpin yang benar dan bermoral. Mengzi juga mengajarkan tentang demokrasi
dalam pemerintahan, karena raja dipercayai mendapatkan mandat dari Tian
(langit) atau disebut dengan Tian Ming. Ditegaskan bahwa Tuhan melihat sebagai
hal rakyat melihat, dan Tuhan mendengar sebagai halnya rakyat mendengar.
3. Li Jing
Li Jing
adalah seorang Jendral Tiongkok pada masa awal Dinasti Tang. Jasanya antara
lain menaklukan suku-suku Turki diperbatasan utara dan pemberontakan Sparatis
pada awal Dinasti Tang. Li Jing juga menulis beberapa buku mengenai
kemiliteran, Tao Perang, kitab ilmu perang pertama dalam sejarah yang membahas
mengenai standar moral prajurit dan kode etik.
B.
Perkembangan
Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul
sebagai akibat dari keadaan politik di Indonesia dan lazim dikaburkan makna dan
hakekatnya dengan Konfuisme sebagai filsafat. Agama Khonghucu berkembang
dibeberapa negara seperti Indonesia, agama Khonghucu di Indonesia merujuk
kepada pemeluk Kepercayaan Tradisional Tionghoa yang sebenarnya bukan merupakan
suatu agama. Agama Khonghucu di Indonesia tidak digolongkan sebagai salah satu
agama yang diakui di Indonesia, maka munculah agama Khonghucu sebagai penaung
pemeluk Kepercayan Tradisi Tionghoa.
1. Agama
khonghucu di zaman Orde baru
Zaman orde
baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaan dan tradisi
Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayan
tradisi Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari lima
agama yang diakuai. Untuk menghindari
permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan komonis), pemeluk kepercayan
tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas
menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha. Klenteng yang merupakan tempat
ibadah kepercayan tradisoanal Tionghoa juga merubah nama dan menaungkan diri
menjadi Vihara yang merupakna tempat ibadah agama Buddha.
2. Agama
Khonghucu di Zaman Orde Reformasi
Sesuai orde
baru, pemeluk kepecayaan tradisional Tionghoa mulai mencari kembali pengakuan
atas identitas mereka.untuk memenuhi syarat sebagai agama yang diakui menurut
hukum Indonesia, maka beberapa lokalisasi dilancarkan menimbulkan pengertian
agama Khonghucu di indonesia dengan Konfusianisme di luar negeri.
3. Klenteng, Vihara dan Orde baru
Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan dari
klenteng dan vihara. Klenteng dan vihara pada dasarnya
berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsi. Klenteng
pada dasarnya beraritektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat
aktivitas sosial masyarakat selain daripada fungsi spiritual. Vihara
berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara
juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis
aliran Mahayana yang memang berasal dari
Tiongkok.
Perbedaan antara klenteng dan vihara
kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuklah itu kepercayaan tradisional Tionghoa
oleh pemerintah Orde
Baru. Klenteng yang ada pada masa itu terancam
ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi nama Sansekerta atau Pali, mengubah nama sebagai vihara dan mencatatkan
surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah
kemudian umat awam sulit membedakan klenteng dengan vihara. Setelah Orde Baru
digantikan oleh Orde
Reformasi, banyak vihara
yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan
lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada vihara.
C. Inti Ajaran Khonghucu
Ajaran
khonghucu atau konfusianisme dalam bahasa Tionghoa, istilah asalnya adalah
Rujiao yang berarti agama dari orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan
berbudi luhur, Khonghucu memang bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya
menyempurnakan agama yang sudah ada jauh
sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: ”Aku bukanlah pencipta
agama ini melainkan aku suka akan ajaran kuno tersebut”.
Inti ajaran dari Khonghucu:
Seorang sastrawan Cina
terkemuka bernama Lin Tu Tang, menyebutkan lima hubungan sosial:
1. Khonghucu melaksanakan politik dengan
etika.konsep upacara agama dan musik dijadikan landasan ketertiban sosial ia
melandasi kedamain dalam kehidupan dengan moral.
2. Khonghucu mencoba mengadakan Retorasi sosial
khususnya merasionalkan feodal yang sekarang ini tidak ada lagi.
3. Khonghucu mengumandangkan
humanisme.
4. Khonghucu menekan peranan perorangan dalam
memperbaiki kehidupan sosial. Hisio (kewajiban anak) adalah dasarnya.
5. Khonghucu memiliki bentuk ideal Chun Tzu, orang terhormat.
Terdapat
doktrin tentang kebaktian yang merupakan
titik berat ajaran Khonghucu yang terkandung pada seluruh himpunan buku klasik
yang tertulis oleh Khonghucu maupun murid-murudnya. Khonghucu mengajarkan
ajaran berdasarkan dua aspek yaitu:
1. Hsiao Yaitu masalah hubungan timbal balik dalam kehidupan
manusiawi.
2. Shu yaitu masalah hubungan timbal balik
antara atasan terhadap bawahan mencieus (mengzi) memjabarka lima sifat kekekalan:
1) Jen (Ren) : Sifat mulia pribadi seseorang
tterhadap Cinta Kasih, Kebajiakan, Kebenaran, Tahu Diri, harus Berbudi Pekerti,
Tenggang Rasa dan dapat memahamai orang lain.
2) I ( gie) : Sifat Mulia pribadi seseorang
dalam Solidaritas, Senasib, dan Sepenanggungan serta membela Kebenaran
3) Li (Le) : Sifat Mulia Seseorang dalam Sopan
Santun dan Budi Pekerti.
4) Chih (Ti) : Bersikap Bijaksana dan Bersikap
Arif.
5) Sin : Besikap Jujur.
Agama Khonghucu
mengenal adanya delapan ajaran ke-imanan (Pat Seng Kwi) yaitu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan
3. Sepenuh Iman menegkan Firman
4. Sepenuh Iman percaya adanya Nyawa dan Roh
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi
Kongzi
7. Sepenuh Iman memuliakan kitab Si dan Wu
Jing.
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci.
D. Kitab
Suci
1. Ngo King atau Wu Ching (Lima Kitab):
a. Si king atau Shih Cing ( kitab sajak),
berisi lebih lebih dari 300 sajak-sajak dan nyayian pujian.
b. Su King Shu Ching (Kitab Kumpulan Sejarah),
berisi kronologis peristiwa purbakala , adat istiadat dan nasehat Suci para
raja.
c. Ya King atau I Ching (Kitab Pertaubatan)
berisi diagram berrdasarkan garis putus untuk keperluan meramal.
d. Lee king atau Li Chi (Kitab Kesusilan dan
keperibadatan), berisi berbagai ajaran kesusilan , peribadatan, dan masalah
kehidupaan , upacara adat.
e. Kitab catatan sejarah jaman Chun Chui
(722-481 sM)
2. Su Si
(Empat Kitab):
a. Thai Hak atau Ta Hsueh/Da Xue (Ajaran
Besar)
Kitab ini ditulis oleh Zeng Zi (Can) atau
Zi Xing murid nabi Khongcu dari angkata muda yang meskipun lambat namun tekun
sekali dan mampu memahami asas Yi Yi Guan Zhi yang menerima sabda langsung Nabi
tentang pembinaan diri dan menyusun uraiannya dalam bab berikutnya. Kitab ini
terdiri dari bab utama dengan 10 bab uraian terdiri dari 1753 huruf ditambah
134 (dari bab V subtitusi Zhu Xi). Merupakan bimbingan pembinaan diri umat Ru
(Pemeluk Khonghucu) dengan bab utama sebagai sabda yang langsung dari Nabi
Khongcu menjadikan kitab ini tak lengkap oleh jaman selalu menjadi pedoman umat
Ru.
b. Tiong Yong atau Chung Yung (Tengah
Sempurna atau Pusat Keselarasan)
Kitab ini
ditulis oleh Zi Si atau Kong Ji cucu Nabi Khongcu dan murid Zeng Zi yang
menerima sabda langsung Nabi Khongcu tentang Keimanan (pada Bab Utama) yang
terdiri dari Bab Utama dengan 32 bab uraian, 3.568 huruf. Kitab ini merupakan
tununan keimanan bagi penganut Ru dengan
Bab Utama yang merupakan Sabda Langsung dari Nabi Khongcu tentang iman hidup
beragama dalam hubungan manusia. Tuhan menjadikannya sebagai sumber keyakinan
imani dan pedoman agamis umat Ru yang baku dan utama.
c. Lun Gi atau Lun Yu (sabda suci)
Kumpulan
tulisan ajaran, diskusi, percakapan, komentar dari Nabi Khongcu dengan para
murid, antar murid, dan wacana ajaran nabi Khongcu. Kitab ini terdiri dari 2
jilid, masing-masing 10 Bab (20 bab) 15.917 huruf.
d. Kitab Bing Cu atau Meng Tze.
E. Ritual
Ritual
dalam agama Khonghucu dilaksanakan dengan cara kebaktian diantaranya:
1. Pemujan
terhadap Langit
Pemujaan dilakukan
secara teratur dan dilaksanakan setiap tanggal 22 Desember. Selain memuja
langit, ajaran Khonghucu juga memuja matahari bulan, matahari dan bumi. Pemujan
terhadap langit dalam ajaran Khonghucu yang tertulis dalam kitabnya dijumpai
kata Shang Ti yang berarti yang Maha Kuasa.
2. Pemujaan terhadap Nenek Moyang
Pemujan
ini bertujuan untuk memgingat kembali jasa leluhur yang telah membesarkan
keturunan. Selain itu menurut kepercayan Khonghucu seseorang akan hidup
berkelanjutan dan akan tetap mengawasi keturunannya. Pemujan ini juga
dipengaruhi oleh konon penghormatan leluhur dilakukan pada bulan april yang
dinamakan Ching Ming (Ceng Beng).
F. Hari Raya
Agama
Khonghucu memiliki berbagai macam Hari Raya yang dilaksanakan dalam waktu
tertentu diantaranya:
a) Im Lek yaitu hari raya pergantian tahun
berdasarkan penanggalan chandra sangkala (bulan).
b) Cap Go Meh hari raya lima belas setelah
imlek.
c) Pen Cun (Sembahyang Dewa Air) biasanya
membuat makanan dari ketan yang dibungkus dengan daun bambu yang disebut dengan
Bacang.
d) Tang Cu Pia (Sembayang Dewi Bulan).
e) Cing Ming (Ceng Beng), sembayang leluhur.
G. Tempat
Ibadah
1. Kuil
Kongzi
Kuil Kongzi
adalah kuil yang dibangun untuk memperingati Konfusius (Khonghucu) serta untuk
mengharuskan meneruskan filsafat Konfusianisme. Kuil Kongzi biasanya disebut
sebagai Kongmiau atau Wenmiao di Tiongkok. Kuil Khonghucu
tertua dan terbesar adalah kuil yang dibangun pada tahun 478 sM di kampung
halamannya du Qu Fu, Shandong.Kuil dibangun setahun wafatnya Konfusi atas
Pangeran Ai dari negara Lu.
2. Klenteng
Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di Indonesia, penganut
kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng dengan sendirinya disamakan
sebagai tempat ibadah agama Konghucu. Klenteng juga disebut sebagai bio
yang merupakan dialek Hokkian dari karakter (miao). Pada
mulanya Miao adalah tempat penghormatan pada leluhur Ci (rumah abuh). Pada
awalnya masing-masing marga membuat Ci untuk menghormati para leluhur mereka
sebagai rumah abuh. Para dewa-dewi yang dihormati tentunya berasal dari suatu
marga tertentu yang pada awalnya dihormati oleh marga/family/klan mereka. Dari
perjalanan waktu maka timbulah penghormatan pada para Dewa/Dewi yang kemudian
dibuatkan ruangan khusus untuk para Dewa/Dewi yang sekarang ini kita kenal
sebagai Miao yang dapat dihormati oleh berbagai macam marga, suku.
Saat ini di dalam
Miao masih bisa ditemukan (bagian samping atau belakang) di khususkan untuk
abuh leluhur yang masih tetap dihormati oleh para sanak keluarga/marga/klan
masing-masing. Ada pula di dalam Miao disediakan tempat untuk mempelajari
ajaran-ajaran/agama leluhur seperti ajaran-ajaran Konghucu, Lao Tze dan bahkan ada pula
yang mempelajari ajaran Buddha. Miao atau Kelenteng (dalam bahasa Jawa) dapat membuktikan
selain sebagai tempat penghormatan para leluhur, para Suci (Dewa/Dewi), dan
tempat mempelajari berbagai ajaran - juga adalah tempat yang damai untuk semua
golongan tidak memandang dari suku dan agama. Saat ini Miao (Kelenteng) bukan lagi milik dari
marga, suku, agama, organisasi tertentu tapi adalah tempat umum yang dipakai
bersama.
DAFTAR RUJUKAN
Ø
Sudarman,
Sutradama Tj.1998: Menjalani Kehidupan Buddhisme
Confusinisme Dan Toisme, Sunyata:
Jakarta.
Ø
Tim
Penyusun.2003. Kapita Selekta Agama
Buddha, CV.Dewi Kayana Abadi: Jakarta.
Ø
http://www.confucius.org/.
Tokoh Khonghucu. Diakses Rabu,10 September
2008, pukul 19.30 WIB.
Ø
http://id.wikipedia.org/.
Sejarah Khonghucu Indonesia. Diakses
Rabu, 10 September, pukul 20.05 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar