Pages

Jumat, 17 Januari 2014

Macam Macam Nibbana


Macam-macam Nibbana.

Dalam Nibbana tidak ada sesuatu yang “ diabadikan” atau “dimusnahkan”.
Menurut kitab-kitab suci, terdapat dua macam Nibbana, yaitu Sa-upadisesa-Nibbana dan Anupadisesa- Nibbana. Sesungguhnya ini bukan dua macam Nibbana, karena hanya ada satu Nibbana. Perbedaan namanya sesuai dengan cara dicapainya, yaitu sebelum atau sesudah kematian.

            Upadisesa Nirvana yaitu pembebasan atau lenyapnya avidya, avarana, klesavarana, tetapi tubuh jasmani dan pikiran masih masih berfungsi sebagaimana Siddharta Gautama Bhodisattva di bawah pohon Bodhi mencapai Samyak-Sambodhi (Shakyamuni Buddha).
Nirupadisesa Nirvana Yaitu Pembebasan terakhir dan lenyapnya skandha.
Selain dua keadaan nirvana tersebut bagi Mahayana masih terdapat suatu nirvana yaitu:
Apratisthita Nirvana yaitu Bodhisattva yang berkemauan untuk menunda menuju Pembebasan terakhir atas pilihan sendiri untuk itu dikarenakan maha maitri karuna untuk mengabdikan dirinya sendiri demi makhluk-makhluk lain.
Sesungguhnya persoalan tentang tak terkatakannya sesuatu di dalam manusia yang beralih kepada kehidupan baru dan juga tak terkatakannya apa yang sesungguhnya dimaksud dengan nibbana itu disebabkan oleh pendirian falsafi dan metafisis, yang diambil oleh buddha. Apabila orang hendak menentukan kedudukan falsafi Buddha dengan menggunakan filsafat Yunani, maka dapat dikatakan, bahwa pada upanishad dan sankhya itu persoalan Elastis dan pergumulan tentang pebgertian substansi itu sangat dititikberatkan, sedang Buddha mewakili jalan pikiran yang Heraclitis (pantarei) dan memusatkan segala perhatiannya pada susunan (struktur). Oleh karena itu sangatlah sukarnya untuk turut hidup di dalam alam pikiran Buddha, sebab kita sebagai pengikut Aristoteles menyusun seluruh logika dan ontologinya pada dasar itu. “Titik keberangkatan” pikiran kita didesak ke samping oleh Buddha. Jika orang di dalam perkembangan pikiran secara berat hendak mencari ajaran yang sejenis dengan yang diberikan di dalam ajaran-Anatta mengenai si” aku”, maka orang dapat menunjuk kepada Hume dan semua orang yang ada di bawah pengaruhnya.

JALAN KE NIBBANA
Bagaiamana caranya  untuk mencapai Nibbana?  Dengan melakasanakan delapan faktor jalan utama, yaitu Pengertian benar ( samma-ditthi), pikiran benar (samma-sankappa), ucapan benar (samma-vaca), perbuatan benar (samma-kammanta), penghidupan benar ( samma-vayama), perhatian benar (samma-sati), konsentrasi benar (samma-samdhi).
Dalam melaksanakan delapan faktor jalan utama, pengertian benar berada permulaan karena hal itu memberi motivasi serta arah yang benar kepada tujuh faktor jalan utama lainnya. Pada tingkat akhir melaksanakan pengertian benar masak menjadi kebijaksanaan pandangan terang sempurna (vipassana panna), yang langsung membawa kepada tingkat-tingkat kesucian.
            “Ketidak kekalan, sudah tentu, adalah semua benda yang berkondisi. Adalah sifat dasar mereka untuk terlahir- berlangsung- lenyap. Setelah dihasilkan, mereka dihentikan. Penghentian mereka membawa kedamaian dan ketentraman.”
Pengertian benar mengakibatkan pemikiran benar. Karena itu, faktor kedua dari jalan utama ini (samma-sankkappa), mempunyai dua tujuan: melenyapkan pikiran-pikiran jahat dan mengembangkan pikiran baik. Dalam hubungan ini, pikiran benar terdiri dari tiga bagian, yaitu:
         Nekkhamma: melepaskan diri dari kesenangan dunia dan sifat mementingkan diri sendiri yang berlawanan dengan kemelekatan, sifat mau menang sendiri.Ø
         Abyapada: cinta kasih, i’tikad baik, atau kelemah-lembutan yang berlawanan dengan kebencian, i’tikad jahat, atau kemarahan.Ø
         Avihmsa: tidak kejam atau kasih sayang, yang berlawanan dengan kekejamana atau ketangisan.
Tranformasi mengenai Nirwana di uraikan dengan Istilah negatif sebagaimana penghancuran mngenai tanda (idaman) dan asavas (godaan) dan istilah positif sebagaimana timbulnya mngenai prajna atau sambodhi (kebijaksanaan transendental) dan santi (kedamaian).
Hinayana dan mahayana setuju didalam uraian yang indah mengenai  Nirwana. Hinayana batu loncatan dari kematian diri sendiri bahwa kita dapat mencapai Nirwana. Sebagaimana Dr. T. Suzuki menempatkan Nirwana menurut Buddhis, tidaklah menandakan suatu penghancuran dari kesadaran begitu pula sementara atau penindasan permanent dari mentation, sebagaimana dikhayalkan oleh sebagian orang tetapi nirwana adalah penghancuran dari dugaan mengenai hakekat ego dan mengenai semua keinginan yang timbul dari konsepsi yang keliru ini. (Outlines of mahayana buddhism, p.50-51).
Azas-azas dasar kelakuan bermoral ini amat penting bagi seorang yang melangkahkan kakinya menuju Nibbana. Melanggar hal-hal tersebut berarti menciptakan rintangan pada kemajuan batinya sendiri. Pelaksanaan hal-hal tersebut berarti kemajuan yang mantap dan lancar sepanjang jalan itu.
Dengan mendisiplinkan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seorang musafir spiritual akan maju lebih jauh.
Sewaktu ia maju dengan lambat tapi mantap denagn mendisiplinkan segala ucapan dan tingkah lakunya, serta mengendalikan indra-indranya, kekuatan kamma dari siswa yang sedang berjuang ini mungkin akan mendorongnya untuk melepaskan kesenangan-kesenangan duniawi dan menempuh kehidupan sebagai Bikkhu, kemudian dalam dirinya muncul pengertian bahwa: “Kehidupan rumah tangga  merupakan medan perjuangan. Penuh dengan kerja keras dan kebutuhan; tetapi menjalani kehidupan tanpa berumah tangga adalah seperti udara terbuka”.
Namun demikian jangan salah tafsir bahwa seiap orang harus menjadi Bikkhu atau hidup membujang untuk mencapai tujuan akhir. Kemajuan spiritual seseorang dipercepat dengan menjadi Bikkhu, walaupun sebagai umat awam ia dapat juga mencapai tingkat Arahat. Setelah mencapai tingkat kesucian ketiga yaitu, Anagami, seseorang menempuh hidup membujang. Setelah memperoleh pijakan teguh di atas fondasi moralitas, kemudian musafir spiritual yang telah memperoleh kemajuan tersebut mulai pelaksaan yang lebih tinggi, yaitu pengendalian dan pengembangan batin (samadhi), tingkat kedua pada jalan ini.
Sammadhi adalah pemusatan pikiran pada satu proyek dengan mengesampingkan semua persoalan yang tidak perlu.


0 komentar: