Pages

Selasa, 02 Oktober 2012

Garis besar sutra sutra mahayana



BAB I

A.    Latar belakang
Dari berbagi sutra ini tidak mudah di pahami maupun di mengerti jika tidak di pelajari degan berulalang-ulang. “Dimana tidak ada persepsi, pencerapan, konsepsi, atau tidak ada ekspresi konvensional, itulah yang disebut kesempurnaan kebijaksanaan.”

Kesempurnaan kebijaksanaan adalah keheningan, kekosongan, ketiadaan tujuan tanpa inti. Menurut sutra Prajnaparamita Hrdaya ini, bentuk adalah sunyata dan sunyata adalah bentuk.Segala sesuatu yang kita ketahui dan kita alami di dunia ini tidaklah kekal meskipun semua itu tampak nyata pada saat kita mengalaminya.Ketika kita memahami kesunyataan dan menyadari ketidakkekalan diri sendiri, kita telah memahami kebebasan sesuai dengan logika agama Buddha.

Dikatakan bahwa tidak ada pencapaian dan tidak ada yang dapat dipegang, namun kita harus memiliki tekad kuat untuk berusaha mencapai dan memegangnya.Jika sesuatu itu tidak ada, bagaimana kebijaksanaan dapat dicapai? Kebijaksanaan tidak dapat ditemukan dalam objek apapun, tidak di luar dunia maupun di dalam pikiran.Manusia harus mengenali kebenaran ini dan menolak segala macam ilusi. Kita harus mencari kebenaran sejati dari kesempurnaan kebijaksanaan dalam kehidupan kita dengan pikiran yang jernih dan damai.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara kita memahami berbagai sutra?
2.      Bagimana cara mencapai kebijaksanaan degan konsep kekosonga atau suyata?

C.     Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman atau pengetahuan tentang ajaran garis besar sutra penting dalam mahayana untuk mahasiswa yang belum mengetahui suntra penting dalam mahayana itu sendiri, dengan adanya makalah ini maka dapat dipelajari dengan baik hingga memberikan suatu manfaat yang sangat besar bagi kemajuan dalam perkembangan budha dharma kususnya di kalangan mahasiswa maupun dalam kalangan masayarakat budhis pada umumnya.

D.    Mamfa’at
Degan adanya makalah ini, semoga memberikan mamfa’at bagi mahasiswa pada kususnya maupun masyarakat umum untuk mengentahui sutra penting dalam Mahayana.




BAB II
PEMBAHASAN

GARIS BESAR SUTRA-SUTRA PENTING MAHAYANA
A.    SUTRA KESEMPURNAAN KEBIJAKSANAAN (PRAJNAPARAMITA SUTRA)
Kesempurnaan kebijaksanaan tidaklah mudah dimengerti.Kesempurnaan ini tidak dapat digambarkan dan tidak dapat diajarkan.“Dimana tidak ada persepsi, pencerapan, konsepsi, atau tidak ada ekspresi konvensional, itulah yang disebut kesempurnaan kebijaksanaan.”
Kesempurnaan kebijaksanaan adalah keheningan, kekosongan, ketiadaan tujuan, dan ketidakberadaan. Definisi ini mungkin bertolak belakang dari apa yang kita pahami dalam dunia kita yang begitu haus akan penjelasan dan fakta.Namun, dalam berbagai sutra tercantum penjelasan bagaimana pandangan yang diperoleh dari penerangan sempurna jauh melebihi perspektif kehidupan sehari-hari, namun tetap memiliki pengaruh terhadap perspektif itu.
Sutra Hati (Prajnaparamita Hrdaya Sutra) menggambarkan sunyata dan segala sesuatu yang ada di Bumi.Menurut sutra ini, bentuk adalah sunyata dan sunyata adalah bentuk.Segala sesuatu yang kita ketahui dan kita alami di dunia ini tidaklah kekal meskipun semua itu tampak nyata pada saat kita mengalaminya.Ketika kita memahami kesunyataan dan menyadari ketidakkekalan diri sendiri, kita telah memahami kebebasan sesuai dengan logika agama Buddha.
Sutra Intan (Vajracchedika Prajnaparamita) menjelaskan beberapa hal yang pada permukaan tampak bertentangan, seperti penerangan sempurna adalah kesempurnaan kebijaksanaan.Dikatakan bahwa tidak ada pencapaian dan tidak ada yang dapat dipegang, namun kita harus memiliki tekad kuat untuk berusaha mencapai dan memegangnya.Jika sesuatu itu tidak ada, bagaimana kebijaksanaan dapat dicapai?Kebijaksanaan tidak dapat ditemukan dalam objek apapun, tidak di luar dunia maupun di dalam pikiran.Manusia harus mengenali kebenaran ini dan menolak segala macam ilusi. Kita harus mencari kebenaran sejati dari kesempurnaan kebijaksanaan dalam kehidupan kita dengan pikiran yang jernih dan damai.

B.     SUTRA RANGKAIAN BUNGA (AVATAMSAKA SUTRA)
Sutra Avatamsaka memadukan pemahaman dua sekolah Mahayana terdahulu: Madhyamika dan Yogacara. Dari Madhyamika, Avatamsaka Sutra mengambil sunyata sebagai kebenaran sejati dari semua fenomena. Dari Yogacara, sutra ini mengambil perspektif “hanya pikiran” bahwa segala sesuatu adalah ilusi. Pemaduan ini dikenal sebagai doktrin “semua dalam satu dan satu dalam semua”.Semua haladalah refleksi hal lainnya, tidak ada yang berdiri sendiri tanpa latar belakang dan batasan-batasan.Sehingga pada tingkat pemahaman tertinggi tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya. Kerena tidak ada perbedaan dengan apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan penerangan sempurna yang bersifat transenden. Setiap hal saling berhubungan.Mereka adalah satu.Sutra Avatamsaka menggambarkan bagaimana semua mahluk hidup, benda, peristiwa dan tempat menyatu sekaligus mempertahankan individualitas dalam sunyata.

C.     SUTRA VIMALAKIRTI (VIMALAKIRTI NIRDESA SUTRA)
Sutra ini menunjukan bagaimana semua mahluk dapat mencapai penerangan sempurna.Manusia tidak perlu mengorbankan kehidupan sehari-hari dan menjadi bhikkhu.Vimalakirti mendorong kehidupan yang tercerahkan.Manusia tidak perlu menghindari masalah ataupun tantangan.Duduk terdiam bermeditasi untuk mengosongkan pikiran dari segala gangguan tidaklah diperlukan.Penerangan sempurna adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
Sutra Vimalakirti menggambarkan bahwa penerangan sempurna penuh dengan potensi, namun kosong.Suatu hari, Vimalakirti terbaring sakit.Sekelompok besar bhikkhu bermaksud mengunjunginya. Sariputra yang hadir terlegih dahulu, bertanya kepada Vimalakirti, “Bagaimana ruangan yang kecil ini dapat menampung semua bhikkhu yang hendak menjengukmu?”. Vimalakirti menjawab, “Apakah kau datang untuk mencari kursi atau Dharma?”.Di dalam sutra diceritakan bahwa terdapat ribuan kursi bercahayayang dibawa masuk ke dalam ruangan itu, dan ketika ribuan bhikkhu berkumpul, tempat itu masih terlihat lowong.Vimalakirti menjelaskan bahwa keajaiban itu terjadi karena penerangan sempurna dipenuhi dengan potensi, tidak terikat oleh tempat dan waktu.
Ketika Sang Bodhisatva Manjushri menghampiri sisi tempat tidur Vimalakirti bersama para Bodhisatva lainnya, Ia bertanya kepada mereka, “Apa yang dimaksud dengan nondualitas?”.Setiap Bodhisatva maju dan berusaha menjawab dengan penjelasan intelektual.Salah satu menjawab bahwa nondualitas adalah resolusi konsep yang berlawanan.Lainnya menjawab bahwa nondualitas adalah kemurnian lawan ketidakmurnian.Akhirnya, mereka memohon penjelasan Vimalakirti.Sebagai balasannya, Vimalakiri duduk terdiam.Manjushri bertepuk tangan atas jawaban Vimalakirti, “Bagus.Jawabannya adalah tidak diperlukan huruf atau kata apapun.Inilah pengertian yang sebenarnya dari nondualitas.”
Zen menerapkan ajaran ini dan menekankan bahwa penerangan tidak dapat dijelaskan dengan kata, tidak dapat diungkapkan, dan tak dapat digambarkan.Keheningan adalah jalan yang harus dipelajari.Di dalam sutra disarankan untuk menciptakan keheningan di rumah.Kehidupan sehari-hari diawali dari keheningan yang membawa kebahagiaan dan kepuasan.

D.    SUTRA LANKAVATARA
Sutra ini menjelaskan perubahan mental yang terjadi selama seseorang menjalankan praktik menuju penerangan sempurna.Salah satu penjelasan kuncinya adalah seseorang dapat mencapai penerangan sempurna ketika orang itu menyadari bagaimana pikirannya mempengaruhi persepsi. Pada saat itulah ia keluar dari ilusi.
Dikisahkan bahwa Raja Ravana memohon kepada Bodhisatva Mahamati untuk menjelaskan pengalaman penerangan sempurna Buddha. Tiba-tiba, raja melihat kediamannya menjadi begitu indah, dengan dekorasi menawan dan seakan bertambah banyak, begitu pula Mahamati yang duduk berhadapan dengan Buddha dan menanyakan hal yang sama pada saat yang bersamaan pula. Kemudian, Raja mendengar 100.000 suara menjawab pertanyaan itu.Dalam sekejap, semuanya hilang dan tinggalah Raja seorang diri berada di kediamannya. Dengan bingung, ia berkata, “Apakah aku bermimpi?”. Lalu ia menyadari bahwa citra yang telah diskasikannya adalah hasil ciptaan pikirannya sendiri. Dengan pemahaman yang telah dicapainya, seakan ia mendengar suara yang berkata,” engkau telah merenungkan dengan sangat baik, Ya Raja! Engkau harus menjalani kehidupanmu sesuai dengan pemahaman itu.”
Meditasi sangat disarankan untuk membantu manusia menjernihkan kesadarannya dari ilusi.Di dalam sutra dipaparkan bahwa terdpat 4 dhyana (meditasi) untk memendu praktisi dari tahapan awal latihan mental ke tahapan realisasi diri menuju penerangan sempurna. Melalui proses meditasi ini, perubahan dengan cara berfikir terjadi sampai semua ilusi lenyap sehingga pikiran menuju penerangan sempurnapun berkembang.

E.     SUTRA TERATAI (SADHARMAPUNDARIKA SUTRA)
Sutra ini menjelaskan tentang konsepsi sosok Buddha dalam Mahayana, yang digambarkan melebihi manusia sidharta gotama.Buddha adalah ekspresi hidup dari semua makhluk yang tercerahkan, dari waktu yang tidak terbatas.Para seniman buddhis sering kali memekai sutra ini sebagai sumber inspirasi. Sutra ini juga memperbarui kedudukan Buddha: “ Tathagatha sejati, pengejawantahan kebenaran kosmik, tidak dilahirkan ataupun mati, namun tetap hidup dan membantu sepanjang masa”.
Didalam sutra ini juga dijelaskan mengapa agama Buddha menawarkan berbagai cara untuk mencapai penerangan sempurna melalui konsep berbagai kemahiran. Semasa Buddha mengajar, ia selalu menjadikan setiap ajaran mudah diterima murid-muridnya. Buddha menyadari bahwa setiap orang memiliki perbedaan baik dalam hal kepribadian, kebutuhan, motivasi, maupun tingkat kecerdasan.Oleh karna itu ajarannya dapat menjadi begitu berbeda tergantung dari siapa muridnya.
Diceritakan bahwa seorang ayah berdiri ketakutan melihat rumahnya terbakar, ia tahu ketiga anaknya bermain di dalam rumah dan ia pun sadar bahwa ia tidak akan sempat berlari kedalam untuk menggendong anaknya satu persatu keluar rumah. Salah satu cara untuk membuat anak-anaknya keluar, ia mengingat bahwa anak-anaknya sangat suka kereta mainan dan berteriak “ anak-anak cepat keluar ayah membawa kereta mainan untuk kalian kemarilah”. Kemudian anak- anak langsung berlari keluar rumah, dengan penuh semangat. Dengan cara itulah si ayah dapat menyelamatkan anak- anak tersebut.Sama halnya dengan sang Buddha menjanjikan sesuatu guna motivasi semua orang untuk melepaskan perspektif yang sempit dan mencari jalan menuju penerangan sempurna.
 Cerita diatas berlanjut dengan penjelasan betapa ajaran Buddha sama seperti basuhan air hujan yg menyiram tanaman, banyak ceramah Buddha yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan, ajaran dharma, untuk membantu orang dengan berbagai cara, sesuai dengan cara terbaik bagi setiap individu.

F.      SUTRA TANAH SUCI (SUKHAVATIVYUHA SUTRA)
Keyakinan dan pengabdian sangat ditekankan dalam Sukhavativyuha, atau sutra tanah suci.Tanah suci adalah surga dunia Buddha amitabha.Sebuah wilayah yang penuh kilauan warna, pegunungan yang dipenuhi keindahan, keharuman, dan alunan sutra merdu.Semua makhluk hidup dalam keadaan damai tentram.Tidak ada kesejahteraan ditempat ini.Yang ada hanyalah kebahagiaan yang berasal dari pikiran penerangan sempurna. Penerangan sempurna memungkinkan semua penghuni tempat itu untuk mempraktikan kebajikan.Semua orang dapat memasuki dunia ini.Yang diperlukan hanyalah keyakinan mutlak kepada Buddha.
Sutra ini juga menjamin bahwa jika keyakinan yang dimiliki benar-benar tulus, mereka mendapatkan kualitas terbaik para makhluk yang telah tercerahkan.Pikiran mereka menjadi murni, dipenuhi cinta, dan rasa welas asih. Pemahaman yang  mendalam berasal dari keyakinan dan pengabdian yg kuat terhadap keberadaan Buddha.








































BABA III
PENUTUP

A.    kesimpulan
Dari berbagai sutra menjelaskan bahwa pada akhirnya mencapai kebijaksanaa tertinggi. Semua hal adalah refleksi hal lainnya, tidak ada yang berdiri sendiri tanpa latar belakang dan batasan-batasan. Sehingga pada tingkat pemahaman tertinggi tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya. Kerena tidak ada perbedaan dengan apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan penerangan sempurna yang bersifat transenden. Setiap hal saling berhubungan.Mereka adalah satu. Karena pada intinya satu terdiri dari yang terpisah yaitu suyata.

B.     Saran
Pendidikan sangatlah penting apalagi pada zaman modern saat sekarang ini. Karena dengan  pendidikan seseorang dapat merubah daya pikir dan memiliki keterampilan sesuai dengan bidang masing-masing. Setelah pembaca membaca hasil makalah yang tentunya masih banyak kekurang ini tentunya memiliki sedikit gambaran tentang  cita-cta seorang Boddhisatva  untuk menjadi Budha sehingga dapat ditularkan kepada masyarakat pada umumnya.



























DAFTAR PUSTAKA

v  Sumber : Simple Buddhism, Alexander Simpkins dan Annellen Simpkins
v  http://start.facemoods.com/sesults.php?categori=cita-cita+Bodhisatva









0 komentar: