BAB I
A.
Latar belakang
Dari
berbagi sutra ini tidak mudah di pahami maupun di mengerti jika tidak di
pelajari degan berulalang-ulang. “Dimana tidak ada persepsi, pencerapan, konsepsi, atau
tidak ada ekspresi konvensional, itulah yang disebut kesempurnaan kebijaksanaan.”
Kesempurnaan kebijaksanaan
adalah keheningan, kekosongan, ketiadaan tujuan tanpa inti. Menurut sutra
Prajnaparamita Hrdaya ini, bentuk adalah sunyata dan sunyata adalah
bentuk.Segala sesuatu yang kita ketahui dan kita alami di dunia ini tidaklah
kekal meskipun semua itu tampak nyata pada saat kita mengalaminya.Ketika kita
memahami kesunyataan dan menyadari ketidakkekalan diri sendiri, kita telah
memahami kebebasan sesuai dengan logika agama Buddha.
Dikatakan
bahwa tidak ada pencapaian dan tidak ada yang dapat dipegang, namun kita harus
memiliki tekad kuat untuk berusaha mencapai dan memegangnya.Jika sesuatu itu
tidak ada, bagaimana kebijaksanaan dapat dicapai? Kebijaksanaan tidak dapat
ditemukan dalam objek apapun, tidak di luar dunia maupun di dalam
pikiran.Manusia harus mengenali kebenaran ini dan menolak segala macam ilusi.
Kita harus mencari kebenaran sejati dari kesempurnaan kebijaksanaan dalam
kehidupan kita dengan pikiran yang jernih dan damai.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana cara kita memahami berbagai sutra?
2.
Bagimana cara mencapai kebijaksanaan degan konsep
kekosonga atau suyata?
C.
Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk
memberikan suatu pemahaman atau pengetahuan tentang ajaran garis besar sutra
penting dalam mahayana untuk mahasiswa yang belum mengetahui suntra penting
dalam mahayana itu sendiri, dengan adanya makalah ini maka dapat dipelajari
dengan baik hingga memberikan suatu manfaat yang sangat besar bagi kemajuan
dalam perkembangan budha dharma kususnya di kalangan mahasiswa maupun dalam
kalangan masayarakat budhis pada umumnya.
D.
Mamfa’at
Degan adanya makalah ini, semoga memberikan mamfa’at
bagi mahasiswa pada kususnya maupun masyarakat umum untuk mengentahui sutra
penting dalam Mahayana.
BAB
II
PEMBAHASAN
GARIS
BESAR SUTRA-SUTRA PENTING MAHAYANA
A.
SUTRA KESEMPURNAAN KEBIJAKSANAAN (PRAJNAPARAMITA
SUTRA)
Kesempurnaan kebijaksanaan
tidaklah mudah dimengerti.Kesempurnaan ini tidak dapat digambarkan dan tidak
dapat diajarkan.“Dimana tidak ada persepsi, pencerapan, konsepsi, atau tidak
ada ekspresi konvensional, itulah yang disebut kesempurnaan kebijaksanaan.”
Kesempurnaan kebijaksanaan
adalah keheningan, kekosongan, ketiadaan tujuan, dan ketidakberadaan. Definisi
ini mungkin bertolak belakang dari apa yang kita pahami dalam dunia kita yang
begitu haus akan penjelasan dan fakta.Namun, dalam berbagai sutra tercantum
penjelasan bagaimana pandangan yang diperoleh dari penerangan sempurna jauh
melebihi perspektif kehidupan sehari-hari, namun tetap memiliki pengaruh
terhadap perspektif itu.
Sutra Hati (Prajnaparamita
Hrdaya Sutra) menggambarkan sunyata dan segala sesuatu yang ada di Bumi.Menurut
sutra ini, bentuk adalah sunyata dan sunyata adalah bentuk.Segala sesuatu yang
kita ketahui dan kita alami di dunia ini tidaklah kekal meskipun semua itu
tampak nyata pada saat kita mengalaminya.Ketika kita memahami kesunyataan dan
menyadari ketidakkekalan diri sendiri, kita telah memahami kebebasan sesuai
dengan logika agama Buddha.
Sutra Intan (Vajracchedika
Prajnaparamita) menjelaskan beberapa hal yang pada permukaan tampak
bertentangan, seperti penerangan sempurna adalah kesempurnaan
kebijaksanaan.Dikatakan bahwa tidak ada pencapaian dan tidak ada yang dapat
dipegang, namun kita harus memiliki tekad kuat untuk berusaha mencapai dan
memegangnya.Jika sesuatu itu tidak ada, bagaimana kebijaksanaan dapat
dicapai?Kebijaksanaan tidak dapat ditemukan dalam objek apapun, tidak di luar
dunia maupun di dalam pikiran.Manusia harus mengenali kebenaran ini dan menolak
segala macam ilusi. Kita harus mencari kebenaran sejati dari kesempurnaan
kebijaksanaan dalam kehidupan kita dengan pikiran yang jernih dan damai.
B. SUTRA
RANGKAIAN BUNGA (AVATAMSAKA SUTRA)
Sutra Avatamsaka memadukan
pemahaman dua sekolah Mahayana terdahulu: Madhyamika dan Yogacara. Dari
Madhyamika, Avatamsaka Sutra mengambil sunyata sebagai kebenaran sejati dari
semua fenomena. Dari Yogacara, sutra ini mengambil perspektif “hanya pikiran” bahwa
segala sesuatu adalah ilusi. Pemaduan ini dikenal sebagai doktrin “semua dalam
satu dan satu dalam semua”.Semua haladalah refleksi hal lainnya, tidak ada yang
berdiri sendiri tanpa latar belakang dan batasan-batasan.Sehingga pada tingkat
pemahaman tertinggi tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya. Kerena
tidak ada perbedaan dengan apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan
penerangan sempurna yang bersifat transenden. Setiap hal saling
berhubungan.Mereka adalah satu.Sutra Avatamsaka menggambarkan bagaimana semua
mahluk hidup, benda, peristiwa dan tempat menyatu sekaligus mempertahankan
individualitas dalam sunyata.
C. SUTRA
VIMALAKIRTI (VIMALAKIRTI NIRDESA SUTRA)
Sutra ini menunjukan
bagaimana semua mahluk dapat mencapai penerangan sempurna.Manusia tidak perlu
mengorbankan kehidupan sehari-hari dan menjadi bhikkhu.Vimalakirti mendorong
kehidupan yang tercerahkan.Manusia tidak perlu menghindari masalah ataupun
tantangan.Duduk terdiam bermeditasi untuk mengosongkan pikiran dari segala gangguan
tidaklah diperlukan.Penerangan sempurna adalah bagian dari kehidupan
sehari-hari.
Sutra Vimalakirti
menggambarkan bahwa penerangan sempurna penuh dengan potensi, namun
kosong.Suatu hari, Vimalakirti terbaring sakit.Sekelompok besar bhikkhu bermaksud
mengunjunginya. Sariputra yang hadir terlegih dahulu, bertanya kepada
Vimalakirti, “Bagaimana ruangan yang kecil ini dapat menampung semua bhikkhu
yang hendak menjengukmu?”. Vimalakirti menjawab, “Apakah kau datang untuk
mencari kursi atau Dharma?”.Di dalam sutra diceritakan bahwa terdapat ribuan
kursi bercahayayang dibawa masuk ke dalam ruangan itu, dan ketika ribuan
bhikkhu berkumpul, tempat itu masih terlihat lowong.Vimalakirti menjelaskan
bahwa keajaiban itu terjadi karena penerangan sempurna dipenuhi dengan potensi,
tidak terikat oleh tempat dan waktu.
Ketika Sang Bodhisatva
Manjushri menghampiri sisi tempat tidur Vimalakirti bersama para Bodhisatva
lainnya, Ia bertanya kepada mereka, “Apa yang dimaksud dengan
nondualitas?”.Setiap Bodhisatva maju dan berusaha menjawab dengan penjelasan
intelektual.Salah satu menjawab bahwa nondualitas adalah resolusi konsep yang
berlawanan.Lainnya menjawab bahwa nondualitas adalah kemurnian lawan
ketidakmurnian.Akhirnya, mereka memohon penjelasan Vimalakirti.Sebagai balasannya,
Vimalakiri duduk terdiam.Manjushri bertepuk tangan atas jawaban Vimalakirti,
“Bagus.Jawabannya adalah tidak diperlukan huruf atau kata apapun.Inilah
pengertian yang sebenarnya dari nondualitas.”
Zen menerapkan ajaran ini
dan menekankan bahwa penerangan tidak dapat dijelaskan dengan kata, tidak dapat
diungkapkan, dan tak dapat digambarkan.Keheningan adalah jalan yang harus
dipelajari.Di dalam sutra disarankan untuk menciptakan keheningan di
rumah.Kehidupan sehari-hari diawali dari keheningan yang membawa kebahagiaan
dan kepuasan.
D. SUTRA
LANKAVATARA
Sutra ini menjelaskan
perubahan mental yang terjadi selama seseorang menjalankan praktik menuju
penerangan sempurna.Salah satu penjelasan kuncinya adalah seseorang dapat
mencapai penerangan sempurna ketika orang itu menyadari bagaimana pikirannya
mempengaruhi persepsi. Pada saat itulah ia keluar dari ilusi.
Dikisahkan bahwa Raja
Ravana memohon kepada Bodhisatva Mahamati untuk menjelaskan pengalaman
penerangan sempurna Buddha. Tiba-tiba, raja melihat kediamannya menjadi begitu
indah, dengan dekorasi menawan dan seakan bertambah banyak, begitu pula
Mahamati yang duduk berhadapan dengan Buddha dan menanyakan hal yang sama pada
saat yang bersamaan pula. Kemudian, Raja mendengar 100.000 suara menjawab
pertanyaan itu.Dalam sekejap, semuanya hilang dan tinggalah Raja seorang diri
berada di kediamannya. Dengan bingung, ia berkata, “Apakah aku bermimpi?”. Lalu
ia menyadari bahwa citra yang telah diskasikannya adalah hasil ciptaan
pikirannya sendiri. Dengan pemahaman yang telah dicapainya, seakan ia mendengar
suara yang berkata,” engkau telah merenungkan dengan sangat baik, Ya Raja!
Engkau harus menjalani kehidupanmu sesuai dengan pemahaman itu.”
Meditasi sangat disarankan
untuk membantu manusia menjernihkan kesadarannya dari ilusi.Di dalam sutra
dipaparkan bahwa terdpat 4 dhyana (meditasi) untk memendu praktisi dari tahapan
awal latihan mental ke tahapan realisasi diri menuju penerangan sempurna.
Melalui proses meditasi ini, perubahan dengan cara berfikir terjadi sampai
semua ilusi lenyap sehingga pikiran menuju penerangan sempurnapun berkembang.
E. SUTRA
TERATAI (SADHARMAPUNDARIKA SUTRA)
Sutra ini menjelaskan
tentang konsepsi sosok Buddha dalam Mahayana, yang digambarkan melebihi manusia
sidharta gotama.Buddha adalah ekspresi hidup dari semua makhluk yang
tercerahkan, dari waktu yang tidak terbatas.Para seniman buddhis sering kali
memekai sutra ini sebagai sumber inspirasi. Sutra ini juga memperbarui
kedudukan Buddha: “ Tathagatha sejati, pengejawantahan kebenaran kosmik, tidak
dilahirkan ataupun mati, namun tetap hidup dan membantu sepanjang masa”.
Didalam sutra ini juga
dijelaskan mengapa agama Buddha menawarkan berbagai cara untuk mencapai
penerangan sempurna melalui konsep berbagai kemahiran. Semasa Buddha mengajar,
ia selalu menjadikan setiap ajaran mudah diterima murid-muridnya. Buddha
menyadari bahwa setiap orang memiliki perbedaan baik dalam hal kepribadian,
kebutuhan, motivasi, maupun tingkat kecerdasan.Oleh karna itu ajarannya dapat
menjadi begitu berbeda tergantung dari siapa muridnya.
Diceritakan bahwa seorang
ayah berdiri ketakutan melihat rumahnya terbakar, ia tahu ketiga anaknya
bermain di dalam rumah dan ia pun sadar bahwa ia tidak akan sempat berlari
kedalam untuk menggendong anaknya satu persatu keluar rumah. Salah satu cara
untuk membuat anak-anaknya keluar, ia mengingat bahwa anak-anaknya sangat suka
kereta mainan dan berteriak “ anak-anak cepat keluar ayah membawa kereta mainan
untuk kalian kemarilah”. Kemudian anak- anak langsung berlari keluar rumah, dengan
penuh semangat. Dengan cara itulah si ayah dapat menyelamatkan anak- anak
tersebut.Sama halnya dengan sang Buddha menjanjikan sesuatu guna motivasi semua
orang untuk melepaskan perspektif yang sempit dan mencari jalan menuju
penerangan sempurna.
Cerita diatas berlanjut dengan penjelasan
betapa ajaran Buddha sama seperti basuhan air hujan yg menyiram tanaman, banyak
ceramah Buddha yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan, ajaran dharma, untuk
membantu orang dengan berbagai cara, sesuai dengan cara terbaik bagi setiap
individu.
F. SUTRA
TANAH SUCI (SUKHAVATIVYUHA SUTRA)
Keyakinan dan pengabdian
sangat ditekankan dalam Sukhavativyuha, atau sutra tanah suci.Tanah suci adalah
surga dunia Buddha amitabha.Sebuah wilayah yang penuh kilauan warna, pegunungan
yang dipenuhi keindahan, keharuman, dan alunan sutra merdu.Semua makhluk hidup
dalam keadaan damai tentram.Tidak ada kesejahteraan ditempat ini.Yang ada
hanyalah kebahagiaan yang berasal dari pikiran penerangan sempurna. Penerangan
sempurna memungkinkan semua penghuni tempat itu untuk mempraktikan
kebajikan.Semua orang dapat memasuki dunia ini.Yang diperlukan hanyalah
keyakinan mutlak kepada Buddha.
Sutra ini juga menjamin
bahwa jika keyakinan yang dimiliki benar-benar tulus, mereka mendapatkan
kualitas terbaik para makhluk yang telah tercerahkan.Pikiran mereka menjadi
murni, dipenuhi cinta, dan rasa welas asih. Pemahaman yang mendalam berasal dari keyakinan dan
pengabdian yg kuat terhadap keberadaan Buddha.
BABA III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Dari
berbagai sutra menjelaskan bahwa pada akhirnya mencapai kebijaksanaa tertinggi.
Semua hal adalah refleksi hal lainnya, tidak ada yang berdiri sendiri tanpa
latar belakang dan batasan-batasan. Sehingga pada tingkat pemahaman tertinggi
tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya. Kerena tidak ada perbedaan
dengan apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan penerangan sempurna
yang bersifat transenden. Setiap hal saling berhubungan.Mereka adalah satu.
Karena pada intinya satu terdiri dari yang terpisah yaitu suyata.
B. Saran
Pendidikan
sangatlah penting apalagi pada zaman modern saat sekarang ini. Karena
dengan pendidikan seseorang dapat
merubah daya pikir dan memiliki keterampilan sesuai dengan bidang
masing-masing. Setelah pembaca membaca hasil makalah yang tentunya masih banyak
kekurang ini tentunya memiliki sedikit gambaran tentang cita-cta seorang Boddhisatva untuk menjadi Budha sehingga dapat ditularkan
kepada masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
v Sumber : Simple Buddhism,
Alexander Simpkins dan Annellen Simpkins
v http://start.facemoods.com/sesults.php?categori=cita-cita+Bodhisatva
0 komentar:
Posting Komentar