Pages

Rabu, 19 Maret 2014

Filsafat Buddha Karma dan Kelahiran Kembali

Filsafat Buddha Karma dan Kelahiran Kembali
Oleh: Putradi, S.Pd

Karma dan kelahiran kembali merupakan dua aspek kehidupan yang telah dibuktikan sendiri oleh sang buddha melalui presepsi indria luar biasa. Pernyataan tersebut diabaikan oleh banyak cendikiawan, cendikiawan hindu yang menulis tentang  Budhisme membuat pernyataan sebagai berikut:   “buddhisme awal pastilah bukan ajaran yang asli. Tak ada keganjilan dalam evolusi pemikiran india”. Dan bahkan seorang cendikiawan barat yang lebih waras juga merasa bahwa “buddhisme mulai dari kepercayaan india tertentu, yang diambilnya dengan anggapan yang demikian yang benar.   Yang mengepalai ini adalah kepercayaan akan transmigrasi dan ajaran tentang imbalan bagi suatu perbuatan Penafsiran seperti ini, terhadap ajaran buddha tentang karma dan kelahiran kembali rupanya didasarkan pada dua anggapan,   pertama, bahwa ajaran-ajaran tersebut deterima oleh sang buddha terutama karena mereka terdapat pada aliran utama tradisi kaum brahmana dan bukan karena mereka telah diperiksa dan dibuktikan sendiri kebenarannya secara pribadi.

Kedua, bahwa mereka tidak berbeda dengan teori prabuddha dan bahwa buddhisme tidak punya apa-apa yang dapat disumbangkan nya karena teori prabuddha telah mencapai bentuk final sejauh menyangkut teori ini. Angapan pertama dibantah dengan bahwa seorang ilmuwan yang baik sekalipun hanya menerima secara tidak kritis dan dogmatik teori-teori dari pandahulunya yang pernah disetujuinya, angapan kedua, salah satu sumbangan paling nyata dari Sang Buddha terhadap pemikiran agama dan filsafat india justru terhampar pada penjelasan fenomena karma serta kelahiran kembali tanpa meletakkan suatu kesatuan metafisik tak terbuktikan seperti diri (atman).

Teori-teori pra-Buddha, tentang doktrin karma,
1.      menurut teori karma atau tanggung jawab moral upanisad, diri (atman), merupakan “pelaku” (kartr) dan sekaligus pengenyam” (bhoktr) dari semua akibat, karma.
2.      Kaum materialis, begitu pula dengan ajivaka  mereka menolak segala bentuk tanggung jawab moral, dan menyokong pandangan bahwa penderitaan dan kebahagiaan yang dialami seseorang seluruhnya disebabkan oleh hukum alam.
3.      Menurut teori jaina, karma merupakn suatu bentuk hukum yang tidak dapat ditawar-tawar lagi
Sang Buddha menolak pandangan tersebut sebagai tidak memuaskan, sang Buddha memberikan penjelasan kausal tentang karma, beliau memeriksa dahulu sebab akibat dari karma itu sendiri, dan menemukan bahwa perilaku (karma) seseorang ditentukan oleh satu diantara tiga faktor, yaitu rangsangan luar, motif yang disadari, motif yamg tak disadari. Ketika sebab-akibat dari prilaku dipertanyakan, sang buddha menyatakan bahwa “kontak” (phasa) merupakan penyebab dari prilaku. Dengan mengambil kontak dalam bentuk yang lebih fisikal. Maka pernyataan tersebut dapat dimengerti sebagai keterangan untuk prilaku dalam kerangka model semacam stimulusrespon.
Prilaku manusia itu sendiri disyarati oleh berbagai sebab, yang terjadi adalah akibat yang berkorelasi, korelasi antara tindakan (karma) dan akibat (phala), inilah yang membangun doktrin karma dalam buddhisme. Ini merupakan doktrin lain yang sering disalah artikan oleh para cendikiawan. Kesalahpahaman ini disebabkan oleh kenyataan bahwa titik beratdiletakkan pada korelasi.Didalam culla kammavibhanga sutta, memperlihatan bahwa seseorang yang membunuh makhluk hidup dan tidak mempunyai belas kasihan terhadapnya, ia akan dilahirkan kembali dialam yang buruk setelah meninggal. Teori ini bukan sekedar hasil spekulasi tetapi telah dibuktikan melalui persepsi ekstra sensori. jadi, konsepsi sang buddha tentang sebab-akibat bersifat kondisional daripada deterministik. Karma atau prilaku yang merupakn salah satu proses kausal juga tak terkecuali. Jadi, dalam maha manggala sutta ada tiga faktor yang dapat dipandang sebagai berkah bagi kehidupan seseorang yaitu, berkah yang diperoleh dalam kehidupan yang lalu, hidup dilingkungan yang baik, dan tekad yang baik atau tindakan yang baik.
Proses kehidupan ini dipahami sebagaimana adanya, tanpa penyimpangan atu prasangka atau konsep, maka kedua doktrin, karma dipihak yang satu dan kelahiran kembali dipihak yang lain, akan nampak sebagai sesuatu yang konsisten secara sempurna.Ada tiga faktor yang diperlukan untuk kelahiran suatu makhluk, yaitu: senggama antara orang tua, ibu dalam masa subur, hadirnya gandhabba. Suatu janin yang terbentuk dalam rahim ibu, haruslah dipengaruhi oleh kesadaran, hubungan antara kesadaranyang berkelanjut dan pribadi berbatin jasmani ini ditegaskan dalam rumusan dua belas mata rantai sebab-akibat.Sari filsafat dari teori buddha tentang kelahiran kembali rupanya juga memperoleh dukungan dari filsuf yang bernama ayer, keraguan yang umunya timbul mengenai ajaran ini terutama disebabkan karena ia tak dapat dibuktikan melalui persepsi indra biasa.
Ada banyak contoh orang terutama anak-anak, yang dapat mengingat kembali kehidupan masa lalunya, hal-hal serupa ini dikaji dan dicatat secara teliti. Tambahan pula ada juga bukti-bukti berharga yang dapat diperoleh melalui orang-orang yang dihipnotis.Untuk alasan tersebutlah C.D Broad percaya bahwa masalah kemungkinan kelanjutan hidup seseorang setelah kematian badannya merupakan hal yang sebagaian menyangkut empirik dan sebagaian lagi masalah filsafat,

0 komentar: