Sekitar abad ke 7, di negeri Tibet bertahta seorang raja
yang ingin membuat negerinya menjadi negeri yang beradab, yakni dengan
mengenalkan Buddha Dharma, ajaran agama yang agung. Kemudian sang raja pun
mendirikan sebuah vihara besar yang bernama Vihara Samye. Selanjutnya agar
ajaran agama yang agung itu pun berkembang , raja menitahkan seseorang untuk
menterjemahkan kitab-kitab suci, serta mengundang seorang guru yang terdapat di
India, yaitu Guru Besar Padmasambhava.
Guru Padmasambhava yang telah berumur lebih dari 1000
tahun itupun datang ke Tibet. Guru besar ini kemudian mentahbiskan beberapa
orang siswa dan menterjemahkan sutra-sutra Tantra ke dalam bahasa Tibet.
Sutra-sutra tersebut merupakan ajaran dari lima aliran Tantrayana atau
Vajrayana dimana guru besar Padmasambhava adalah sang pembabarnya.
Lahir dari sekuntum teratai
Seperti diketahui bahwa Buddha Sakyamuni mengajarkan
84.000 jalan ajaran yang akan membawa kita mencapai pencerahan agung atau
kebuddhaan. Ajaran Tantrayana atau Vajrayana juga merupakan ajaran Buddha
Sakyamuni tetapi yang tidak diajarkan secara umum, namun hanya kepada
siswa-siswa tertentu saja.
Guru besar Padmasambhava adalah sang pembabar dari ajaran
Tantrayana atau Vajrayana tersebut. Kemunculan guru besar Padmasambhava yang
akan membabarkan ajaran Tantrayana tersebut. Sebelumnya telah diungkapkan oleh
Buddha Sakyamuni di dalam sebuah sutranya” “Sesudah 8 tahun saya masuk ke
Nirvana akan ada seorang guru besar yang dilahirkan dari sekuntum bungan
teratai di danau Davakosa dan beliau akan membabarkan ajaran Tantrayana atau
Vajrayana secara khusus”.
Dan 8 tahun setelah Buddha Sakyamuni parinirvana, dari
sekuntum bunga teratai lahir guru besar yang dikenal dengan nama Padmasambhava.
Guru besar Padmasambhava lahir dengan memiliki 3 tubuh dan merangkap semua
aspek Trikaya (tiga tubuh Buddha), yaitu Dharmakaya (Amitabha Buddha), Sambhoga
Kaya (Avalokitesvara), dan Nirmanakaya (Buddha Sakyamuni).
Karena sudah tidak heran lagi, bila Guru Padmasambhava
datang ke Tibet itu, hampir sepuluh abad sepeninggal Buddha Sakyamuni atau
telah berumur 1000 tahun. Kelahiran beliau dari sekuntum bunga teratai tersebut
merupakan atas perjanjian Buddha Sakyamuni, Buddha Amitabha, dan Bodhisattva
Avalokitesvara. Berkat guru besar Padmasambhava inilah, ajaran Tantrayana atau
Vajrayana bisa muncul dan kemudian disebarkan dan berkembang di negeri Tibet.
Berbuatlah baik, kembangkan Bodhicitta.
Bisa dikatakan, Guru Padmasambhava merupakan bapak dari
ajaran Tantrayana atau Vajrayana. Tantrayana atau Vajrayana tidak bisa
dipisahkan dari guru besar Padmasambhava, karena berkat beliaulah ajaran
Tantrayana atau Vajrayana ini dapat berkembang hingga saat ini. Karena itu
sangat baik sekali bila kita mengenal dan menyimak beberapa ujarannya
sebagaimana yang diungkapkan dibawah ini.
Sang Guru Besar Padmasambhava berkata, “ Ajaran-ajaran
dari cara-cara dalam maupun luar manapun yang anda praktekkan, pertama-tama
anda harus berlindung di dalam Triratna (Buddha, Dhamma, Sangha). Dengan
aturan-aturan atau ajaran-ajaran yang menjadi dasar dari segala ritual, maka
setiap kali anda menuju ke sebuah arah tertentu, belindunglah pada ajaran
Buddha dan Bodhisattva yang berada di jalur tersebut.”
Dengan berpangkal pada keyakinan (Sraddha) kepada
Triratna, Guru Besar Padmasambhava ini menganjurkan kita untuk mempraktekkan
sepuluh perbuatan baik. “Praktekkanlah Dharma dari sepuluh perbuatan dan
milikilah keyakinan dalam hal-hal mana yang harus dihindari dan hal-hal mana
yang harus dilakukan yang berhubungan dengan jenis-jenis akibat perbuatan
“Hitam dan Putih” tersebut.”
Kemudian praktekkan sepuluh perbuatan baik itu merupakan
hal yang sejalan dalam membangkitkan Bodhicitta. Guru Padma berkata, “Adalah
hal-hal yang penting untuk membangkitkan bodhicitta, yang rangkaian akal pikiran
yang terdapat pada penerangan tertinggi, sebelum mempraktekkan Dharma yang
manapun.”
Kasih sayang seorang Tantrika
Selain itu, keyakinan terhadap hukum karma juga patut
dimiliki. Guru Padma berkata, “Pertama-tama milikilah keyakinan sebab dan
akibat dari tindakan-tindakanmu.” Dengan demikian, tindakan yang bukan Dharma
akan terhindar, “Tindakan apapun yang anda lakukan, janganlah melakukan hal-hal
apapun yang bersifat non-Dharma yang tidak menjadi tambahan kebaikan dan
kejahatan.”
Banyak kelahiran lampau kita yang sia-sia karena melakukan
perbuatan non-Dharma. Dengan tubuh sekarang ini, gunakanlah kesempatan untuk
menciptakan kebaikan baik bagi diri sendiri dan untuk orang lain. Guru Padma
berkata, “Walaupun anda telah melalui sedemikian banyak kelahiran sejak waktu
tak berawal, anda belum berhasil menciptakan kebaikan bagi diri sendiri maupun
bagi orang lain.”
Bila kehidupan sekarang ini kita gunakan dengan
sebaik-baiknya, berlatih di jalan Dharma, maka masa depan kebahagiaan kelahiran
kita nantinya akan terjamin. “Bila anda melatih akal pikiran dengan perasaan
cinta kasih dan Bodhicitta, maka anda tidak akan terlahir ke dalam tiga alam
yang lebih rendah.”
Meditasi kekosongan amat diperlukan untuk dapat berjalan
di jalan Dharma, dan jenis meditasi tersebut adalah meditasi yang dapat
dijadikan penangkal, untuk menolak emosi-emosi yang mengganggu, maupun kelakuan
umum lainnya. Guru Padma berkata, “Meditasi kekosongan maupun meditasi lainnya
yang manapun adalah meditasi yang salah, kecuali bila meditasi tersebut bisa
dijadikan penangkal untuk digunakan dalam penolakan emosi-emosi pengganggu dan
perilaku-perilaku umum.”
Ajaran Tantrayana atau Vajrayana juga tidak dapat
dilepaskan dari ajaran Mahayana. Karena ajaran Mahayana menaruh harapan yang
luar biasa terhadap seluruh makhluk alam semesta tanpa kasih sayang yang berat
sebelah. Yaitu sesuatu yang mutlak bagi seorang Tantrika untuk memupuk rasa
kasih sayang yang besar didalam dirinya. Bagaimanapun juga seorang Tantrika
harus mengembangkan Bodhicitta dan membangkitkan rasa cinta kasih didalam
dirinya, dan bila ternyata sebaliknya, yakni kekasaran, tanpa welas asih maka tidak
pantas disebut seorang Tantrika.
Guru Padmasambhava berkata, “Sebagian orang menyebut diri
mereka sendiri sebagai pelaksana Tantra tetapi berkelakuan kasar, itu bukanlah
tindakan seorang Tantrika. Guru Padma berkata, “Untuk bisa menjadi seorang
Tantrika sejati, tiada lain adalah dengan mempelajari ajaran Tantra,
mendengarkan perkataan guru dan patuh dalam latihan. “Kebaikan dan kebahagiaan
semua makhluk alam semesta terjadi karena ajaran-ajaran dari Sang Buddha.
Karena itu pelajarilah Tantra, dan dengarkanlah perkataan Guru.”.....
0 komentar:
Posting Komentar