Pages

Selasa, 20 November 2012

Persamaan dan Perbedaan Hinayana dan Mahayana

Persamaan dan Perbedaan Hinayana dan Mahayana

  1. Latar Belakang Masalah
Semenjak Sang Buddha parinibbana terdapat beberapa usaha untuk menlestarikan ajaran Buddha. Diprakarsai oleh Maha Kassapa terbentuklah Sanghayana I yang berusaha melestarikan ajaran Buddha dengan mengulang kembali ajaran-ajaran Buddha melalui bhikkhu Ananda dan Bhikkhu Upali yang mengulang Dhamma dan Vinaya.

Demikian seterusnya guna melestarikan Dhamma dan Vinaya dilakukan Sanghayana-Sanghayana yang lain. Pada Sanghayana ke dua terdapat permasalahan dimana bhikkhu-bhikkhu dari suku Vajji mengajukan 10 point peraturan yang berbeda sekali dengan yang telah ada. Menurut cullavagga hal ini teru berlanjut menjadi konflik yang akhirnya menimbulkan munculnya gerakan baru yaitu Mahayana sedang yang konservatif disebut hinayana. Tetapi menurutMahavagga setelah terjadinya perdebatan itu masalah selesai dan masing-masing pihak menerimanya. Tidak terjadi sanghayana lain yang dilakukan oleh kelompok kontra konservatif.
Terlepas dari semua histori kemunculan dua aliran besar yaitu hinayana dan Mahayana pada kenyataanya sekarang terdapat dua aliran besar yaitu Theravada dan Mahayana yang diyakini bibitnya berasal dari Hinayana dan Mahayana.
Kedua aliran itu telah berkembang masing-masing dengan segala atributnya masing-masing. Keduanya telah memperkaya kompleksitas Buddhisme. Kedua aliran ini mempunyai persamaan karena berasal atau bersumber pada hal yang sama yaitu Buddha. Keduanya juga mempunyai perbedaan-perbedaan yang mendasar karena prinsip-prinsip diantara keduanya berbeda.
  1. Rumusan Masalah
Masalah dalam paper ini dinyatakan dalam dua indikator yaitu:
1.      Apa persamaan konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana?
2.      Apa perbedaan konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana?



  1. Batasan Masalah
      Persamaan konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana
      Perbedaan konsep dalam buddhisme antara Hinayana dan Mahayana

  1. PEMBAHASAN
Mahayana terdiri dari dua kata yakni maha(besar) dan yana (kendaraan), jadi secara etimologis berarti kendaraan besar. Ide mahamerujuk pada tujuan religius seorang buddhis yaitu menjadi Bodhisatva Samasamboddhi(Buddha sempurna), sedangkan Hinayana terdiri dari hina (kecil) dan yana sering disebut sebagai kendaraan kecil karena bertujuan menjadi arahatmaupun paccekabuddha yang dianggap lebih rendah (inferior). Istilah Hinayana sendiri sebenarnya merupakan istilah yang diberikan oleh kaum Mahayana.
Kedua aliran ini jelas mengakui Buddha Sakyamuni sebagai guru mereka sehingga ajaran-ajaran yang berkembangpun banyak yang sama, tetapi Mahayana sifatnya lebih fleksibel maka ajarannya juga sesuai dengan kebudayaan dimana Mahayana berkembang. Sedangkan hinayana bersifat ortodoks, konservatif pada ajaran yang telah ada sehingga tampak kaku.
Ciri-ciri Mahayana dan Hinayana
1. Aspek Penafsiran
Mahayana lebih bersifat progresif dan liberal dalam arti tidak kaku dan melekat begitu saja terhadap ajaran Buddha yang tersurat. Dalam hal penafsiran Hinayana lebih bersifat konservatif yaitu menjaga yang sudah ada, mengacu pada apa yang sudah ditetapkan pada konsili-konsili yang sudah ada. Hal ini dipertahankan guna mengantisipasi adanya kesalahan penafsiran.
2. Aspek Cita-cita
Kemunculan Mahayana merupakan suatu revolusi cita-cita keselamatan, pembebasan atau tujuan tertinggi dalam Buddha Dharma, yaitu berjuang melaksanakan Bodhisattvayana untuk meraih kesempurnaan menjadi Buddha. Cita-cita religious dalam Mahayana ini menunjukan bahwa tak ada sesuatupun yang tidak dapat dikorbankan oleh Bodhisattva demi kebaikan makhluk-makhluk lain. Sedangkan Hinayana yang merupakan paham yang konservatif bercita-cita pada pencapaian arahat, dianggap arahat adalah satu level dengan sammasambuddha. Tetapi aspek cita-cita pada Hinayana ini tidak sepenuhnya ingin menjadi arahat karena beberapa pengikut aliran ini ada yang bertujuan menjadi sammasambuddha.
3. Aspek Metodik
Dalam melaksanakan cita-citanya,Bodhisattva mempergunakan berbagai metode yang sifatnya praktis yang dimaksudkan untuk melatih, membina, dan membimbing semua makhluk ke tujuan akhir kehidupan, penyadaran terhadap Yang Mutlak, yang dikenal dengan metode Upaya-KausalyaBodhisattvamelaksanakan disiplin Bodhi (Bodhicittopada), dan mengarah ke penyadaran Bodhicitta (Batin pencerahan) yang memiliki dua aspek : Sunyata(Kekosongan) dan Karuna (Welas asih).Sunyata merupakan implikasi praktis dari Prajna(Pengetahuan sempurna), dan identik dengan Yang Mutlak, Yang abosulut. Sedangkan Karunamerupakan prinsip aktif yang merupakan ungkapan nyata Sunyata dalam fenomena.
 Persamaan antara hinayana dan Mahayana:
1.      Mengakui Buddha Sakyamuni sebagai guru agung yang telah tercerahkan.
2.      Bersumber pada kitab Suci Tipitaka (Pali=Hinayana) atau Tripitaka (Sanskrit=Mahayana).
3.      Mengakui bahwa keberadaan suatu individu adalah penderitaan dan menginginkan terbebas dari penderitaan ini.
4.      Kebebasan hanya tercapai jika telah melenyapkan Lobha/raga, dosa/dvesadan Moha.
5.      Mengakui hukum karma/kamma yaitu hukum perbuatan siapa yang berbuat dia yang akan menerima buah akibatnya. Percaya pada kelahiran kembali yang sangat dekat dengan hokum karma yaitu ia yang berbuat baik akan terlahir di alam yang bahagia demikian sebaliknya.
6.      Mengakui adanya hukum sebab-musabab yang saling bergantungnan meski menurut TH.Stcherbatsky, Ph.D mereka mempunyai interpretasi masing-masing tetapi dalam hal ini mereka mengakui bahwa segala sesuatu adalah bergantungan (Paticcasamuppada/pratityasamutpada).
7.      Mengakui Empat Kesunyataan Mulia sebagai doktrin Buddha yang benar dan mulia.
8.      Mengakui anicca/ksanika, dukkha/santana, dan anatta/anatmakam.
9.      mengakui 37Bodhipaksyadhamma/Bodhipakiyadhamma
10.  Mengakui bahwa dunia ini tiada permulaan atau awal begitu pula akhirnya.

Perbedaan antara Hinayana dan Mahayana:
  1. Dalam memandang kenyataan dunia hinayana menggunakan realisme psikologis, sedangkan Mahayana adalah idealis, implikasinya hinayana memandang penderitaan di dunia ini adalah sebuah kesunyataan sedang Mahayana menganggap hal ini sebagai sebuah ilusi.
  2. Hinayana menolak adanya keberadaan yang sejati di dalam fenomena dan menolak pernyataan-pernyataan metafisika, Mahayana mnegajarkan Kemutlakan yang abadi (eternal absolute).
  3. Mahayana menganggap Buddha Gotama adalah guru yang merupakan manifestasi dari proyeksi yang absolut, sedangkan dalam Theravada/Hinayana beliau dianggap sebagai manusia normal yang mempunyai kekuatan lebih. Mahayana memandang Buddha adalah transenden, mutlak, dan dipuja sangat tinggi dalam Hinayana Buddha dipuja layaknya seorang guru yang membimbing ke kesucian tidak dilebih-lebihkan.
  4. Nibbana hanya dapat dicapai oleh usaha sendiri. Mahayana percaya bahwa nibbanadapat tercapai melalui bantuan orang luar.
  5. Menurut Mahayana jasa dapat ditransfer (punya parinamana) kepada orang lain, sedang hinayana tidak menyetujuinya hanya dapat menginspirasi mahkluk lain (punya anumodana).
  6. Menurut Hinayana Nibbana adalah tujuan tertinggi dari seseorang sedangkan Mahayana memandang kehidupan sebagai Bodhisatvaadalah tujuan yang yang harus dilalui sebelum mencapai Kebuddhaan.
  7. Nibbana adalah kebebasan terakhir dari penderitaan sedang dalam Mahayana hal ini dimengerti sebagai kesadaran akan sesuatu yang absolut. Menurut Mahayana  seseorang sudah mempunyai kehidupan kebudhaan dan secara sungguh-sungguh menyadari akan hal ini.
  8. Hinayana bersifat rasionalistik sedangkan Mahayana bersifat ghaib. Misalnya dalam memandang mantra Mahayana mengakui adanya hal mistis dalam mantra-mantra tetapi hinayana memandang bahwa hal itu didukung oleh banyak factor misal keyakinan, kamma, dan kebersihan bathin sehingga mantra atau paritta akan mempunyai sifat mistik.
  9. Dalam hal bodhisatva Mahayana mengakui bahwa Bodhisatva telah mencapai penerangan sempurna seperti Avalokitesvara Bodhisatva, dalam Hinayana Bodhisatva adalah mahkluk calon Buddha yang masih menyempurnakanparamita untuk meraih penerangan sempurna.
  10. Dalam Hinayana mahkluk suci ada empat macam tingkatan yaitu Sottapana, Sakadagami, Anagami, Arahat. Dalam Mahayana mahkluk suci selain empat tersebut yakni Srotapana, Sakadagamin, Anagamin, Arhat juga terdapat sepuluh tingkat kesucian yaitu Dasabhumi yaitu Pramudita, Vimala, prabhakari, Archismati, Sudurjaya, Abhimukti, Durangama, Acala, Sadhumati, Dharmamegha.
  11. Do`a dan ritual dalam Mahayana menjadi aspek yang dipentingkan karena dapat membimbing kepada pencerahan. Berbeda dengan Hinayana yang tidak terlalu mementingkan do`a dan ritual bahkan melekat pada ritual dan do1a akan terjerumus dalam penderitaan (Silabataparamamsa)
  12. Pencapaian kesucian dalam Hinayana adalah dengan melenyapkan rintangan kekotoran bathin (Kilesaavarana) sedangkan dalam Mahayana pencapaian kesucian adalah dengan melenyapkan rintangan kekotoran bathin (Klesavarana) dan rintangan pengetahuan (Jneyaavarana)
  13. Paramita (kesempurnaan) untuk mencapaisammasambuddha dalam Hinayana berjumlah sepuluh (dasa paramita) yaitu Dana, Sila, Nekhama, Panna, Viriya, Khanti, Sacca, Adhithana, Metta, Upekha. Dalam Mahayana paramita yang ditekankan adalah enam paramita (Sad Paramita) yaitu Dana, Cila, Ksanti, Virya, Dhyana, Prajna. Kadang-kadang menjadi dasa paramitaditambah dengan Upaya-Kausalya, Pranidhana, Bala, Jnana. Penekanan pelaksanaan paramita Mahayana berdasarkan atas Karuna dan Prajna.
  14. Kilesa menurut Hinayana ada sepuluh yaituLobha, Dosa, Mana, Dithi, Vicchikicha, Thinamidha, uddhacca, Ahirika, dan Anotappa. Menurut Mahayana ada enam yaituRaga, Pratigha, Mana, Avidya, Kudrasti, Vicikitsa.

Kesimpulan
Buddhisme berkembang sudah lebih dari dua puluh lima abad telah mengalami banyak perkembangan. Berkembangnya dua aliran besar yaitu Mahayana dan Hinayana merupakan kemajuan dalam Buddhisme. Dari kedua aliran itu muncul banyak ajaran-ajaran baru yang semakin memperkaya ajaran Buddhisme. Tidak dapat dipungkiri dengan munculnya dua aliran besar itu muncul banyak perbedaan. Perbedaan itu disebabkan oleh banyak faktor seperti cita-cita, konteks budaya dimana aliran berkembang, dan tokoh-tokoh yang mempopulerkannya. Demikian halnya dengan dua aliran ini banyak pula perbedaan yang kadang-kadang saling bertentangan namun banyak pula persamaan. Perbedaan itu menunjukkan cri khas masing-masing sebagai aliran Buddhisme sedangkan persamaannya menunjukkan bagaimanapun mereka tetaplah ajaran Buddhisme. Keduanya menerima prinsip-prinsip ajaran Buddhisme seperti empat kesunyataan mulia,jalan mulia berunsur delapan, anatmakarma,pratityasamutpada, 37 bodhipakiya Dhamma, dan tingkat-tingkat pencapaian yang merupakan khas dari ajaran Buddhisme.

Referensi :
Suwarto,T. Buddha Dharma Mahayana. 1995. Jakarta: Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia.
G.P, Malasekera. Encyclopedia Of Buddhism. 2003.Colombo: Buddhist Publications society.
http//MahayanaBuddist.org 2008 diakses pada tanggal 11 mei 2008

0 komentar: