(Unggul dalam membabarkan Dharma)
Tidak suka
kekayaan, tetapi senang akan Dharma
Punna lahir di keluarga kaya di India. Orang tuanya sangat menyayanginya,
tetapi Punna tidak menyukai emas, perak, dan barang-barang berharga lainnya di
rumah. Ia suka mengamati masalah-masalah kehidupan, seperti dari mana manusia
berasal, kemana manusia pergi setelah meninggal, dan dapatkah manusia tidak
mati?
Setelah Punna mendengarkan ajaran Buddha, ia bertekad bulat meninggalkan
kekayaannya dan menjadi siswa Buddha. Ia sangat rajin dalam belajar Dharma dan
berkonsentrasi dalam latihannya. Akhitnya ia menjadi pembabar terkenal di
India.
Bersemangat
dalam menyebarkan Dharma
Punnya belajar Dharma dengan sangat baik dan ia juga dapat berceramah
dengan sangat baik, sehingga ia dapat mengajarkan Dharma yang mendalam dengan
cara yang menarik dan penuh canda. Ia dapat menerangkan konsep yang sulit dalam
kata-kata sederhana sehingga orang-orang yang mendengarkannya tidak hanya
memahami Dhamma, tetapi juga bertambah keyakinan dalam Dharma.
Setiap hari, Punna pergi dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan
Dharma. Beberapa orang melihatnya bekerja sangat keras dan menasihatinya untuk
beristirahat lebih banyak.
”Adalah tugas bhikkhu untuk menyebarkan Dharma sehingga Dharma dapat
menyebar ke berbagai penjuru dunia. Jika kita tidak rajin dalam mengajarkan
Dharma, bagaimana kita dapat sukses dalam menyebarkan Dharma?” jawab Punna.
Menyadarkan
para Bhikkhu yang tinggal menyendiri
Suatu ketika, Punna mengajarkan Dharma. Ketika melewati hutan di gunung, ia
bertemu dengan beberapa bhikkhu yang giat belajar. Mereka melatih meditasi
dihutan.
Punna bertanya kepada mereka, ”Bukankah Buddha meminta kalian untuk pergi
ke berbagai tempat untuk mengajarkan Dharma? Kenapa sebaliknya kalian
menyendiri ditempat terpencil ini?”
Salah seorang bhikkhu menjawab, ”Oh! Menolong makhluk hidup itu sangat
sulit. Kalau engkau menerangkan kebenaran kepada mereka, mereka tidak mau
mendengarkan. Beberapa bahkan sengaja berkata tidak masuk akal untuk membuat
kita kesal!”
Bhikkhu yang lain menambahkan, “Oh! Dunia ini penuh dengan orang yang keras
kepala dan menolak untuk berubah menjadi lebih baik. Ketika engkau mengatakan
kepada mereka bahwa membunuh akan membawa penderitaan, masih saja mereka
melakukan pembunuhan. Tidak semua orang dapat mengerti dan menghargai kebenaran
Dharma. Ketika orang-orang ini sudah cukup mengalami penderitaan, suatu hari
mereka akan menyesal dan datang kembali. Ketika waktu itu tiba, barulah aku
akan mengajarkan Dharma kepada mereka. Itu masih belum terlambat!”
Punna tidak setuju dengan mereka. Ia berkata, ”Memang sangat sulit bagi
manusia untuk mengerti dan menghargai kebenaran (Dharma), tetapi kita harus
mencoba sebisa mungkin untuk memikirkan cara membantu mereka agar mereka. Tentu
itu bukan tugas yang mudah, namun berhubung kita telah menjadi siswa Buddha,
kita harus membantu makhluk hidup untuk keluar dari penderitaan. Jadi, kita
seharusnya tidak takut akan kesulitan, sekalipun harus dibayar dengan
nyawa!”
Setelah mendengarkan Punna, bhikkhu-bhikkhu ini menundukkan kepala dengan
malu. Mereka kemudian mengikuti Punna ke berbagai tempat untuk menyebarkan
Dharma.
Pergi ke surga
Sudana adalah sebuah tempat yang terpencil dan tidak berkembang. Penduduk
disana miskin, tidak berada, dan tidak berakal sehat. Disana sering terjadi
perkelahian, perampokan, dan pembunuhan. Tak seorang pun yang berani pergi ke
Sudana untuk mengajarkan Dharma.
Punna yang penuh belas kasih memohon kepada Buddha, ”Ijinkanlah saya pergi
ke Sudana untuk mengajarkan Dharma.”
Buddha bertanya, ”Tidaklah engkau takut akan bahaya?”
”Saya tidak takut sama sekali,” Punna menjawab dengan nada pasti.
Buddha bertanya, ” Punna, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan. Jika
jawabanmu memuaskan, saya akan mengijinkanmu pergi, setuju?”
”Baiklah,” jawab Punna dengan penuh hormat.
”Ketika engkau pergi ke Sudana untuk mengajarkan Dharma, jika mereka tidak
mendengarkanmu, dan mereka memarahimu, apakah engkau akan marah?”
”Buddha, kenapa saya harus marah? Saya pikir mereka sudah cukup bosan jika
hanya memarahiku dan tidak memukul saya dengan tongkat.”
”Bagaimana jika kita memukulmu?”
”Saya bersyukur mereka tidak membunuh saya.”
”Bagaimana jika mereka membunuhmu?”
”Saya tidak akan marah, karena saya dapat meninggal pada saat menyebarkan
Dharma. Saya akan mati terhormat dan penuh makna.”
Begitu mendengar hal ini, Buddha berkata dengan sukacita, ”Punna, engkau
sangat hebat. Saya setuju engkau pergi kesana.”
Dengan cinta kasih dan kesabaran, Punna membantu banyak orang di Sudana
untuk menyakini ajaran Budha. Punna sangat layak mengemban gelar ”Unggul dalam
mengajar Dharma.”
Cara mengajar
yang berbeda
Cara punna mengajar Dharma tidak kaku sama sekali. Ia menggunakan berbagai
cara dalam mengajarkan Dhamma sesuai dengan kebutuhan orang yang berbeda-beda,
sehingga mudah bagi mereka untuk mengerti dan yakin.
Untuk petani yang bekerja di sawah, ia akan berkata, ”Jika Anda menanam
benih, Anda akan menuai panen. Jika Anda ingin kebahagiaan dan berkah, Anda
harus melakukan perbuatan baik dan mempraktikkan Dharma dengan rajin. Tidak ada
yang dapat dituai tanpa menanam.”
Ketika bertemu dengan orang yang sakit, ia akan menenangkan mereka dulu
sebelum berkata, ”penyakit badan tentu sangat menyeramkan, tetapi kita juga
tidak boleh sembarangan dengan penyakit batin. Seorang yang memelihara
kesehatan badan dan batin adalah orang yang benar-benar bahagia.”
Ketika ia bertemu jaksa, ia akan berkata, ”Di bawah undang-undang negara,
orang yang berbuat salah akan dihukum. Namun demikian, ajaran sebab akibat
dalam ajaran Buddha membantu orang untuk mengerti bahwa perbuatan baik
menghasilkan akibat baik sedangkan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat
buruk. Dengan pengertian ini, orang akan menjadi pelindung diri mereka sebelum
melakukan hal yang buruk. Karena takut akan hasil perbuatan buruk, mereka tidak
akan berani melakukan hal buruk, mereka tidak akan berani melakukan hal buruk.
Karena itu, ajaran Buddha sangat berguna dalam menjaga kedamaian dalam
masyarakat.”
Suri tauladan
Sepanjang hidupnya, Punna tidak pernah serakah dalam memudahkan dan
menyenangkan dirinya sendiri. Ia selalu bersemangat dalam usahanya menyebarkan
Dharma. Ia seperti lilin, menyalakan dirinya sendiri untuk menerangi orang
lain. Buddha berkata, ” Punna, engkau akan mencapai kebuddhaan di planet ini
pada masa yang akan datang, karena engkau begitu bersemangat dalam mengajarkan
Dharma, engkau memiliki cita-cita untuk mengajarkan Dharma dan engkau telah
memberikan seluruh hidupmu untuk ajaran Buddha dan semua makhluk hidupmu untuk
ajaran Buddha dan semua makhluk hidup. Engkau akan menjadi Buddha
Dhammapabhasa.”
Buddha menambahkan, ”Setiap orang seharusnya belajar dari teladan yang
telah diberikan oleh Punna. Ia selalu bersemangat dalam mengajarkan Dharma. Ia
selalu berusaha menyebarkan Dharma. Dimana ada Punna, lampu Dharma bersinar. Ia
selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Ia memang siswa sejatiku dan patut
dipuji. Kalian semua harus belajar darinya.”
Punna memang seorang suritauladan bagi kita!
0 komentar:
Posting Komentar