Tujuan Penggunaan Variasi Mengajar
Oleh: Putradi
Npm: 11110139
Menurut Djamarah, (2002:181-186).
Penggunaan variasi mengajar dalam proses belajar mengajar ditujukan terhadap
perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Sedangkan tujuan di adakannya
variasi mengajar adalah
1. Meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar
mengajar
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam
proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap
materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa
mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.
2. Memberikan kesempatan
kemungkinan berfungsinya motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar.
Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak
ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan
melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu harus memperhatikan dan
memotivasi siswa selama pelajaran berlangsung.
3. Membentuk sikap positif
terhadap Guru dan sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri
bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru.
Konsekwensinya bidang studi yang dipegang atau diajarkan oleh guru tersebut
juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan
perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.
Kurang senangnya siswa-siswi
terhadap guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi.
Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas
mengajar di kelas. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan
kreativitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang
pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap sepeti
ini siswa merasa diperhatikan oleh guru dan siswa selalu rindu untuk selalu
dekat di sisi guru. Guru seperti ini biasanya karena gaya mengajarnya dan
pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa.
4. Memberi kemungkinan pilihan dan
fasilitas belajar individual
Seorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai
ketrampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar
yang dituntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi lebih banyak
dari itu. Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak
lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihan metode, mana yang akan
dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar di kelas.
5. Mendorong anak didik untuk
belajar
Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan
yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar sehingga berakhirnya
kegiatan belajar mengajar. Belajar memerlukan motivasi sebagai
pendorong bagi anak didik adalah motivasi intrinsik yang lahir dari kesadaran
akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang ditemukan anak didik
mempunyai motivasi intrinsik yang sama. Di sinilah diperlukan peranan guru,
bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik
untuk senang dan bergairah belajar.
Prinsip
Prinsip Mengajar
Pandangan
Azas-Azas Mengajar (Prinsip-Prinsip Mengajar) Dari Beberapa Ahli
Azas-azas mengajar itu bermacam-macam, tetapi dalam uraian ini akan dikemukakan
dari Marsell dan Mandigers. Kedua ahli pendidikan
tersebut berasal dari Amerika Serikat dan Belanda sehingga mempunyai sudut
pandangan yang berbeda.
a. Menurut James L Marsell
James L Marsell mengemukakan 6 prinsip mengajar yaitu:
1. Prinsip
konteks
2. Prinsip fokus
3. Prinsip
urutan
4. Prinsip evaluasi
5. Prinsip
individualisasi
6. Prinsip
sosialisasi
(Marsell, James L; 1954: 69 - 119).
1. Prinsip
Konteks
Mengajar dengan
memperhatikan prinsip ini, guru dalam menyajikan pelajaran hendaknya dapat
menciptakan bermacam-macam hubungan dalam kaitan bahan pelajaran. Menghubungkan
bahan pelajaran dapat menggunakan bermacam-macam sumber, misalnya surat kabar,
majalah atau buku perpustakaan atau lingkungan sekitar. Dengan prinsip ini,
siswa akan mengetahui "konteks" dari bahan yang dipelajari. Tanpa
adanya konteks, pengetahuan satu dengan pengetahuan lain, biarpun terletak
dalam satu rumpun, akan terpisah-pisah sehingga pengetahuan siswa menjadi
kurang kokoh.
2. Prinsip Fokus
Mengajar dengan memperhatikan
prinsip fokus, yaitu guru dalam membahas pokok bahasan tertentu perlu
menentukan pokok persoalan yang menjadi pusat pcmbahasan. Bila prinsip konteks
mengharuskan guru menghubungkan bahan pengajaran seluas-luasnya, maka prinsip
fokus mengharuskan adanya pemusatan pokok persoalan. Dalam prakteknya,
kedua-duanya harus dilaksanakan sehingga saling melengkapi. Kedua prinsip itu
merupakan kriteria mengajar yang efektif.
3. Prinsip
urutan
Mengajar dengan melaksanakan prinsip urutan adalah materi pengajaran
hendaknya disusun secara logis dan sistematis, sehingga mudah dipelajari anak.
Urutan bahan pelajaran hendaknya menunjang proses belajar mengajar. Misalnya:
guru mengajar matematika dengan pokok bahasan fungsi grafik tentu ia akan
merinci kegiatan apa yang harus dikuasai siswa, untuk
memahami dengan mudah permasalahan fungsi grafik. Untuk memahami prinsip
tersebut, guru perlu merinci kegiatan-kegiatan mana yang lebih dahulu dan mana
yang kemudian. Penyusunan kegiatan-kegiatan tersebut harus sistematis dan
logis.
4. Prin.sip evaluasi
Prinsip ini menekankan bahwa guru dalam mengajar tidak boleh meninggalkan
kegiatan evaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan integral dalam mengajar.
Kegiatan evaluasi berfungsi mempertinggi efektivitas belajar, menimbulkan
dorongan siswa untuk lebih meningkatkan belajarnya da.n memungkinkan guru untuk
memperbaiki metode mengajarnya. Evaluasi ini dapat dilakukan baik secara
tertulis maupun lisan dalam bentuk "assasment".
5.. Prinsip individualisasi
Melaksanakan
prinsip individualisasi diwujudkan dalam bentuk mengajar hendaknya
memperhatikan perbedaan antar individu siswa. Siswa sebagai makhluk individu berbeda-beda,
baik dari segi mental, misalnya perbedaan intelegensi, bakat, minat dan
sebagainya maupun berbeda dalam kecenderungan, misalnya ada yang cenderung
lebih baik pada bidang estetika, tetapi kurang baik pada matematika. dan
sebagainya. Perbedaan individu tersebut dapat dilakukan dalam pemberian
pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar, tugas-tugas, dan sebagainya.
6. Prinsip sosialisasi
Prinsip ini
menekankan bahwa guru dalam mengajar hendaknya dapat menciptakan suasana
belajar yang menimbulkan sikap saling kerjasama antara siswa., dalam mengatasi
masalah. Cara belajar seperti itu memiliki dua keuntungan yang dapat diperoleh
yaitu:
a. Dapat
membina dan mengembangkan kepribadian siswa terutama sikap demokrasi.
b. Pengetahuan
anak akan bertambah kokoh sebab di dalam proses belajar di antara siswa terjadi
saling memberi dan menerima.
Dalam
prakteknya, keenam prinsip harus dilaksanakan secara integral. Prinsip konteks,
urutan, dan evaluasi merupakan prinsip-prinsip yang digali dari bagaimana
cara menyusun dan menyajikan bahan kepada siswa, sedangkan prinsip
individualisasi dan sosiolisasi mendasarkan pada pemenuhan kebutuhan yang
belajar.
b. Menurut Mandigers
Prinsip-prinsip
mengajar menurut Mandigers sudah dikenal lama dan sudah menjadi bagian dari
ilmu didaktik di Indonesia. Prinsip-prinsip mengajar ini lebih terkenal dengan
nama: Azas-azas didaktik
Menurut Mandigers agar anak mudah
dan berhasil dalam belajar, guru dalam mengajar harus memperhatikan:
1. Prinsip aktivitas mental.
2. Prinsip menarik perhatian.
3. Prinsip penyesuaian perkembangan siswa.
4. Prinsip appersepsi.
5 . Prinsip peragaan.
6. Prinsip aktivitas motoris.
Selain hal
tersebut di atas, ahli pendidikan lain menambahkan dengan prinsip motoris,
korelasi, dan lingkungan. Dalam uraian ini akan dikemukakan berturut-turut.
1. Azas aktivitas mental
Belajar adalah aktivitas mental.
Oleh karena itu yang mengajar hendaknya dapat menimbulkan aktivitas mental,
tidak hanya mendengar, mencamkan, dan sebagainya tetapi lebih menyeluruh pada
aspek kognitif, efektif, maupun psikomotoriknya. Prinsip CBSA sangat memenuhi
prinsip ini.
2.. Prinsip Menarik Perhatian
Bila dalam
belajar mengajar, anak-anak memiliki perhatian penuh kepada bahan pelajaran,
maka hasil belajar akan lebih meningkat sebab dengan penuh perhatian, ada
konsentrasi yang pada gilirannya hasil belajar akan lebih berhasil dan tidak
mudah lupa.
3. Prinsip penyesuaian perkembangan murid
Anak akan lebih tertarik perhatiannya
bila bahan pelajaran yang diterimanya sesuai dengan perkembangannya. Prinsip
ini juga sudah dikemukakan oleh J.A. Comenius.
4. Prinsip appersepsi
Prinsip ini memberikan petunjuk kepada guru bahwa dalam mengajar hendaknya
selalu mengaitkan dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan cara tersebut,
anak akan lebih tertarik sehingga bahan pelajaran mudah diserap. Prinsip ini
dilaksanakan pada permulaan pengajaran.
5. Prinsip peragaan
Prinsip
peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya menggunakan alat
peraga. Dengan alat peraga, proses belajar mengajar tidak hanya dengan
kata-kata (verbalistis). Pelaksanaan prinsip ini dapat dilakukan dengan
menggunakan bermacam alat peraga atau media pengajaran. Kalau pengajaran dilaksanakan
dengan menggunakan alat peraga, hasil belajar anak lebih jelas dan ia pun tidak
cepat lupa.
6. Prinsip motori.s
Mengajar
hendaknya dapat menimbulkan aktivitas motorik anak didik. Belajar yang
melibatkan aktivitas motorik, menyebabkan anak tidak cepat lupa dan menimbulkan
hasil belajar yang tahan lama.
7. PrinsipMotivasi
Motivasi ialah
dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka
memenuhi kebutuhannya. Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Makin
kuat motivasi seseorang dalam belajar, makin optimal dalam melakukan aktivitas
belajar. Dengan kata lain, intensitas (kekuatan) belajar sangat ditentukan oleh
motivasi (dorongan). Dalam mengaplikasikan prinsip ini, guru dapat:
• Menghubungkan pelajaran
dengan kebutuhan anak.
• Menghubungkan pelajaran
dengan pengalaman anak.
• Memilih berbagai metode
mengajar yang tepat.
Prinsip-prinsip
tersebut dalam pelaksanaanya hendaklah dapat diterapkan secara integral. Hal
itu dapat dijelaskan bahwa belajar yang berhasil adalah bila anak dalam
melakukan kegiatan belajar dapat berlangsung secara intensif dan optimal,
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen
(tetap). Untuk itu, guru dalam mengajar harus dapat menimbulkan aktivitas
mental dan fisik (CBSA). Proses belajar mengajar yang demikian itu akan
terwujud bila mendapat dukungan dari situasi belajar di mana prinsip peragaan,
appersepsi, korelasi dapat dilaksanakan
0 komentar:
Posting Komentar