Makalah Analisis Kebutuhan
Oleh: Putradi
Npm: 11110139
Npm: 11110139
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Penilaian
merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan
satuan pendidikan dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan
bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, pendidik
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang
dimiliki peserta didik, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan
keberhasilan peserta didik dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara tepat
untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga
dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Ada
empat istilah yang terkait dengan konsep penilaian yang digunakan untuk
mengetahui keberhasilan belajar peserta didik, yaitu pengukuran, pengujian,
penilaian, dan evaluasi. Pengukuran (measurement) adalah proses penetapan
ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu (Guilford, 1982). Pengukuran
pendidikan berbasis kompetensi berdasar pada klasifikasi observasi unjuk kerja
atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukuran dapat
menggunakan tes dan non-tes. Pengukuran pendidikan bisa bersifat kuantitatif
atau kualitatif. Kuantitatif hasilnya berupa angka, sedangkan kualitatif
hasilnya bukan angka (berupa predikat atau pernyataan kualitatif, misalnya
sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang), disertai deskripsi penjelasan
prestasi peserta didik. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang
dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
Penilaian
(assessment) adalah istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa
digunakan untuk menilai unjuk kerja individu atau kelompok peserta didik.
Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti yang menunjukkan pencapaian belajar
peserta didik. Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta
untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Griffin & Nix,
1991). Penilaian mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan
penilaian tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga
mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi
sekolah. Instrumen penilaian untuk peserta didik dapat berupa metode dan/atau
prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang peserta
didik. Instrumen penilaian dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Penilaian juga
diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan
untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.
Evaluasi
(evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan
suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dalam melakukan evaluasi terdapat
judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung
unsur subjektif. Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil
penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap,
minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam kegiatan evaluasi,
alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data yang ingin
diperoleh. Dalam menggunakan analisis sistem, mengidentifikasi dan
mengklarifikasi masalah, kemudian menentukan gejala dan asumsi penyebab
timbulnya masalah merupupakan ciri khusus yang tidak dapt diabaikan dalam
analisis kebutuhan. Dengan informasi dan pengertian terhadap gejala dan asumsi
penyebab masalah, pendidik akan lebih tepat memilih alternatif cara untuk
memecahkannya. Dalam hal ini analisis kebutuhan merupakan satu alat yang tepat
sebagai pelengkap bagi evaluator program ketika mempertimbangkan kejelasan
masalah, serta memberikan rekomendasi kepada penentu kebijakan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan analisis kebutuhan?
2.
Bagaimana peranan analisis kebutuhan?
3.
Bagaimana langkah pelaksanaan analisis kebutuhan?
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Analisis Kebutuhan
Anderso, dkk.,
analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang
untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas diantaranya
(Suharsimi, 2008). Dalam konteks pendidikan dan program pembelajaran, kebutuhan
diartikan sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara
keadaan nyata (yang ada) dengan kondisi yang diharapkan. Kebutuhan tersebut
dapat terjadi pada diri individu, kelompok, ataupun lembaga.
Roger Kaufman
dan Fenwick W. English (1979) mendefinisikan analisis kebutuhan sebagai sutu
proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan
dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian
menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu memilih hal
yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Dalam hal ini kebutuhan
diartikan sebagai jarak antara keluaran nyata dan keluaran nyata dengan
keluaran yang didinginkan untuk memperoleh keluaran dan dampak yang ditentukan.
Jadi, analisis kebutuhan merupakan sebuah proses penting bagi evalusi program
karena melalui kegiatan ini akan dihasilkan gambaran yang jelas tentang
kesenjangan antara hal atau kondisi nyata dengan kondisi yang diinginkan.
B. Peranan
Analisis Kebutuhan
Berbicara
tentang peran analisis kebutuhan sama halnya dengan bertamya tentang apa
manfaat dan mengapa evaluator perlu melakukan analisis kebutuhan. Di dalam
sistem pendidikan, prestasi belajar siswa merupakan tujuan, sedangkan
pendidikan sendiri merupakan sebuah alat, seperangkat proses dan cara-cara
bagaimana membantu siswa untuk memiliki kemampuan agar dapat mempertahankan
kehidupan sendiri serta mempunyai peran terhadap masyarakat sekitar bahkan jika
mungkin umat sedunia, setelah mereka menyelesaikan sekolahnya (Kaufman, 1972).
Demi pencapaian
tujuan semua peralatan dan media yang ada di sekolah harus digunakan dengan
maksimal, dan semua sumber belajar harus benar-benar dimanfaatkan, serta segala
upanya dikerahkan untuk membuat rencana, malaksanakan, dan mengevaluasi
hasilnya. Meski sudah sedemikian besar semua diupayakan, masih saja ada keluhan
dan kekecewaan yang dialami oleh para pendidik disebabkan hasil yang diperoleh
belum optimal.
Analisis
kebutuhan adalah alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan.
Yang dimaksud perubahan di sini bukanlah perubahan yang radikal dan tidak
berdasar, tetapi perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional,
perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan warga negara, kelompok, dan
individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sitematis menentukan dan
mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana
seharusnya”. Dalam memberikan uraian tentang analisis kebutuhan ini Kaufman dan
English menjelaskan melalui deskripsi perbandingan antara upaya pemecahan
masalah secara tradisional dengan cara yang inovatif, yaitu menggambarkan
proses penyusunan rencana pembelajaran dalam sebuah diagram atau bagan proses
yang menunjukkan letak analisis kebutuhan. Tiga langkah penting yang dilakukan
oleh guru inovatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran memasukkan unsur
analisis kebutuhan yang disisipkan di antara pemilihan materi dengan pemilihan
strategi pembelajaran.
Analisis
kebutuhan merupakan seperangkat alat dan teknik formal, serta cara untuk
mencermati dunia secara lebih ilmiah karena memandang alat dan tujuan dalam
satu perspektif kesatuan yang bermakna. Dalam melakukan analisis kebutuhan
hendaknya dimulai dari klien, yaitu peserta didik, baru kemudian yang terkait
dengannya, yaitu masyarakat dan pendidik. Hakikat perbedaan antara pendekatan
ini dengan pendekatan tradisional terletak pada fokus, yang satu berfokus pada
masalah dan satunya lagi pada proses. Pendekatan berfokus pada proses dimulai
dengan guru, kurikulum, fasilitas, atau level sosio-ekonomik. Pendekatan
berfokus proses atau pemecahan masalah, memperdebatkan masalah pengolahan kelas
(bebas, kaku, atau terbuka), ukuran kelas yang membicarakan banyaknya siswa
dalam satu kelas, masalah absen, dll. Semua hal yang sifatnya statis ini tidak
dibicarakan lagi apabila menggunakan langkah analisis kebutuhan.
C. Langkah
Pelaksanaan Analisis Kebutuhan
Makna analisis
kebutuhan seperti yang sudah dijelaskan menunjukkan adanya proses mengenali,
memilah dan menyisihkan. Dalam memulai langka-langkah tersebut sebenarnya
pelaku tidak mungkin melepaskan diri dari pekerjakan mengukur dan menilai
sesuatu. Untuk menentukan hasil mengenali, memilah dan menyisihkan ada proses
membandingkan gejala yang sedang dikenali dan dipilih dengan suatu patokan.
Menurut Anderson
(1975), secara umum keluasan atau besarnya kebutuhan dapat diukur dengan dua
macam cara, yaitu cara subjektif dan objektif. Pengukuran secara subjektif
terjadi apabila pelaku membandingkan sesuatu kebutuhan dengan kondisi yang
dapat diterima olehnya. Di lain hal, pengukuran secara objektif terjadi apabila
kebutuhan yang diukur itu dibvandingkan dengan besarnya kebutuhan sesuatu
bidang yang terkait dan sesuai dengan bidang yang akan dievaluasi.
Tentang
bagaimana cara dan penahapan dalam melakukan penilaian kebutuhan dijelaskan
oleh Anderson seperti di bawah ini.
1.
Penilaian
kebutuhan secara objektif
ü
Mengidentifikasi lingkup tujuan-tujuan penting
dalam program yang akan dievalusi.
ü
Menentukan indikator dan cara pengukuran
tujuan-tujuan.
ü
Menyusun kriteria (standar)untuk tiap-tiap
indikator, dengan acuan pedoman atau acuan apa saja yang ada dalam sistem dan
bidang yang dievaluasi.
ü
Menyusun alat pengukuran untuk tiap-tiap
indikator.
ü
Membandingkan kondisi yang diperoleh dengan
kriteria. Jika data yang diperoleh lebih rendah dari tingkat standar, maknanya
berarti ada kebutuhan.
2.
Penilaian kebutuhan secara subjektif
ü
Mengidentifikasi tujuan penting dalam program
yang akan dievalusi.
ü
Menentukan pilihan kriteria atau menyusun
kriteria yang sesuai dengan setiap tujuan masing-masing bidang dan indikator.
Dalam langkah ini evaluator perlu mengumpulkan banyak bukti formal yang akan
digunakan untuk dasar pertimbangan kebutuhan.
ü
Menyusun skala bertingkat yang digunakan untuk
mempertimbangkan tingkat penampilan indikator. Skala tersebut seyogianya
berbentuk interval.
ü
Jika sudah selesai membuat skala, kumpulkan
semua calon evaluator untuk bersama-sama menentukan urutan kebutuhan dan skala
prioritas kebutuhan. Jika terdapat dua kebutuhan yang sejajar, diperlukan lagi
kesepakatan untuk menentukan mana kebutuhan yang lebih mendesak untuk
diprioritaskan dalam penyelesaiannya.
Selain dua cara tersebut evaluator dapat menggunakan
gabungan dari keduanya, yaitu sebagian menggunakan cara objektif, sebagian yang
lain menggunakan cara subjektif. Di samping itu, seorang evaluator dapat juga
menambahkan bahan lain yang diambil dari pihak luar dan di luar dirinya. Yang
dimaksud dengan pihak luar di antaranya adalah kawan-kawan dekat atau anggota
keluarga lain dari respinden yang diperkirakan pihak tersebut memang diperlukan
dan data yang diperlukan dan data yang diberikan dapat dipercaya.
Apa pun pendekatan yang diambil, apakah secara objektif,
subjektif atau keduanya, yamg penting langkah selanjutnya adalah menentukan
prioritas antar kebutuhan sesuai dengan tujuan yang selanjutnya digunakan untuk
menentukan rekomendasi kepada pengambil keputusan demi tindak lanjut program.
Perlu diingat bahwa para evaluator tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan
tentang program, tetapi sekedar memberikan rekomendasi kepada pengambil
keputusan. Selanjutnya, pilihan pengambil keputusan itulah yang menentukan
tindak lanjut.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1.
Analisis kebutuhan sebagai sutu proses formal
untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata
dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan
kesenjangan ini dalam skala prioritas, lalu memilih hal yang paling penting
untuk diselesaikan masalahnya.
2.
Berbicara tentang peran analisis kebutuhan sama
halnya dengan bertamya tentang apa manfaat dan mengapa evaluator perlu
melakukan analisis kebutuhan. Di dalam sistem pendidikan, prestasi belajar
siswa merupakan tujuan, sedangkan pendidikan sendiri merupakan sebuah alat,
seperangkat proses dan cara-cara bagaimana membantu siswa untuk memiliki
kemampuan agar dapat mempertahankan kehidupan sendiri serta mempunyai peran
terhadap masyarakat sekitar bahkan jika mungkin umat sedunia, setelah mereka
menyelesaikan sekolahnya.
3.
Ada dua cara yang lazim dilakukan dalam
melakukan analisis kebutuhan, yaitu secara objektif dan subjektif. Pengukuran
secara subjektif terjadi apabila pelaku membandingkan sesuatu kebutuhan dengan
kondisi yang dapat diterima olehnya. Di lain hal, pengukuran secara objektif
terjadi apabila kebutuhan yang diukur itu dibvandingkan dengan besarnya
kebutuhan sesuatu bidang yang terkait dan sesuai dengan bidang yang akan
dievaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Arikunto,
Suharsimi. 2008. Avaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.
Kaufman, et.al.
1979. Need Assessment, Concept and Aplication. New Jersey: Englewood Cliffs,
Educational Technology Publications.
0 komentar:
Posting Komentar