Makalah Tsunami Dan Gempa Bumi Dalam Pandangan Agama Buddha
Oleh: Putradi
Npm: 11110139
Oleh: Putradi
Npm: 11110139
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Bencana
Tsunami dan gempa Bumi. Bencana alam menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalahbencana yang disebabkan oleh alam (seperti
gempa bumi, angin besar, danbanjir).Tidak di angkasa atau di dalam laut, juga
tidak di dalam gua atau diatas gunung, tidak ada tempat di dunia ini yang dapat
dipakai sebagaitempat bersembunyi dimana seseorang dapat terbebas dari buahperbuatan
jahatnya (akibat hukum karma). (Dh,127)
Tsunami adalah meningkatnya gelombang air laut
dengan hebat akibat gempa didasar laut. Tsunami adalah istilah Jepang yang
berarti ombak besar di pelabuhan. Ombak itu datang setelah terjadi gempa bumi
dalam laut, tanah runtuh atau aktivitas gunung berapi.Gempa bumi adalah
guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat pergeseran kulit bumi atau letusan
gunung berapi. Tidak semua gempa di dasar laut dapatmenimbulkan Tsunami.
B. Pandangan
agama buddha terhadap tsunami dan gempa bumi.
Teori Alfred wagner mengatakan bahwa permukaan bumi
terdiri dari lempeng-lempeng yang mengapung dia atas cairan magma. Lebih lanjut
dikatakan behwa ada tujuh lempeng yang
membentuk permukaan bumi yaitu: Pasifik, Amerika utara, Amerika selatan,
Aurasia, Afrika, Indo-Australia, dan Antartika. Lempeng – lempeng tersebut
kadang-kadang saling bertabrakan, dan pda zona tabrakan tersebut ada lempeng
yang menerobos masuk ke lempeng satunya, sedangkan yang satunya lagi terangkat
naik. Bagian yang terangkat naik tersebut dapat menjadi pegunungan – pegunungan
tinggi. Jika dahulu merupaka laut, maka sekarang dapat menjadi daratan.
Sebagai contoh adalah pegunungan Himalaya yang juga
terdesak naik ke atas karena tabrakan kedua lempeng tersebut. Di dalam sutta
pitaka juga di jelaska sebap-sebap gempa bumi dan gempa bumi yang dapat merusak
alam ini di karenakan ”Bumi ini terletak di atas air, air di atas angin, angin
di atas ruang. Dan ketika angin kencangn berhembus, hal ini akan mengaduk air,
dan karena air teraduk, bumi bergetar” (D.16)
Buddhisme mengajarkan mengenai penyebab, bahwa
seluruh alam semesta merupakan jaringan sebab akibat yang saling berhubungan.
Ada dua jenis dari penyebab-penyebab alami dan penyebab moral. Penyebab alami tidak
ada kaitannya dengan prilaku baik atau buruk manusia, ia hanya merupakan
beragam kekuatan di alam semesta yang bekerja satu sama yanglain. Hujan badai
ataupun tanaman yang masak, merupakan contoh daripenyebab alami. Penyebab alami
tentu saja dapat mempengaruhi kita –terjebak dalam hujan badai dapat membuat
kita pilek. Tetapi menderita karena pilek tidak ada hubungannya dengan
perbuatan baik maupun tidak baik pada masa lampau ini merupakan efek alami dari
sebuah sebab alami.
Menurut ajaran Buddha, yang mengatur semua fenomena
di seluruh alam semesta ini ada lima hukum, yaitu:
Utu
Niyama : Hukum fisika, mencakup semua fenomena anorganik.
Bija
Niyama : Hukum biologis, mencakup semua fenomena organik.
Kamma
Niyama : Hukum sebab-akibat, ciri semua fenomena tindakan yang dilakukan yaitu
perbuatan yang baik akan berakibat baik dan perbuatan yang buruk akan
mendatangkan akibat yang buruk
Citta
Niyama : Hukum psikologis, mencakup semua proses kerja pikiran.
Dhamma
Niyama : Hukum kebenaran, ciri semua fenomena yang terjadi yaitu bahwa semua
fenomena saling keterkaitan dan termasuk semua proses yang bukan merupakan
cakupan empat hukum tersebut.
Tsunami merupakan sebuah contoh dari peristiwa yang
disebabkan oleh penyebab alami. Lempengan-lempengan tektonik pada permukaan
bumi bergerak disebabkan karena gempa bumi, energi yang dilepaskan menciptakan gelombang
yang sangat besar dimana, ketika mengenai pantai menyebabkan kerusakan.
Orang-orang yang berada di daerah dimana tertimpa Tsunami baru-baru ini
mengalami dua jenis penderitaan penderitaan yang disebabkan oleh penyebab alam
dan penderitaan yang disebabkan oleh penyebab moral, yaitu Kamma. Saat terjadi
banjir besar seseorang mungkin terhantam oleh pohon yang jatuh, tergores oleh
serpihan logam atau terhempas ke dinding. Ini merupakan contoh efek yang
menyakitkan dari penyebab alami dan tidak ada hubungannya dengan perbuatan baik
atau buruk pada masa lampau.
Beberapa umat Buddha yang kurang akan informasi
mungkin akan berkata bahwa kematian dan kecelakaan yang disebabkan oleh tsunami
merupakan hasil dari Kamma buruk yang lampau. Perlu ditekankan di sini bahwa
pernyataan tersebut bertolak belakang dengan apa yang telah diajarkan oleh Sang
Buddha. Dalam Devadaha Sutta (Majjhima Nikaya II.214, dan Anguttara Nikaya
I.173) Sang Buddha mengatakan bahwa kepercayaan yang mengatakan bahwa setiap
pengalaman yang kita alami sekarang merupakan hasil dari Kamma kehidupan masa
lampau (sabbam tam pubbe katahetu) adalah salah dan merupakan pandangan keliru
(miccha ditthi). Dalam Sivaka Sutta (Samyutta Nikaya IV. 228) Beliau mengatakan
bahwa penderitaan yang kadangkala kita alami dapat merupakan akibat dari Kamma
tetapi juga bisa karena penyakit, cuaca, kelalaian ataupun sebab-sebab eksternal
(opakkamikani). Tsunami merupakan contoh yang baik dari penyebab ketiga dan
yang terakhir. Semua Kamma, baik Kamma baik maupun buruk, pastilah memiliki
dampak, tetapi tidak semua dampak berhubungan dengan Kamma.
Menurut Buddhisme sakit fisik yang dialami oleh para
korban tsunami disebabkan oleh beragam penyebab alami. Bagaimana mereka
bereaksi terhadap penyebab alami ini merupakan kamma mereka, hasil dari reaksi positif
maupun negatif mereka pada masa depan (besok), bulan depan, tahun depan,
mungkin kehidupan mendatang), akan menjadi vipaka mereka. Sebagai manusia yang
memiliki keterbatasan akan pengetahuan dan kekuatan kita hanya bisa mengurangi pengaruh
dari beragam penyebab alami. Bagaimanapun kita juga memiliki kemampuan untuk
membentuk dan mengontrol reaksi-reaksi kita terhadap berbagai situasi. Jika
kita tidak membuat upaya dalam mengembangkan pikiran kita di jalan yang positif
mungkin kita di masa depan menemukan diri kita kewalahan oleh keadaan yang
tidak diharapkan. Jika kita membuat upaya dalam mengembangkan pikiran kita,
terutama melalui meditasi, kita dapat lebih siap untuk memikul bahkan
memenangkan kemalangan di masa depan.
BAB III
Penutup
A. Simpulan
Gempa bumi yang terjadi dan kemudian disusul oleh
Tsunami adalah bencana alam yang telah diatur dalam hukum utu niyama bukan
disebapkan dari ulah manusia atau karena karma dari manusia tersebut, melainkan
telah diatur oleh hukum alam utu niyama dan dikarenakan ”Bumi ini terletak di
atas air, air di atas angin, angin di atas ruang. Dan ketika angin kencang berhembus,
hal ini akan mengaduk air, dan karena air teraduk, bumi bergetar” (D.16) Teori
Alfred wagner juga mengatakan bahwa permukaan bumi terdiri dari lempeng-lempeng
yang mengapung dia atas cairan magma. Lebih lanjut dikatakan behwa ada tujuh
lempeng yang membentuk permukaan bumi yaitu: Pasifik, Amerika utara, Amerika
selatan, Aurasia, Afrika, Indo-Australia, dan Antartika. Lempeng–lempeng
tersebut kadang-kadang saling bertabrakan, dan pada zona tabrakan tersebut ada
lempeng yang menerobos masuk ke lempeng satunya, sedangkan yang satunya lagi
terangkat naik. Bagian yang terangkat naik tersebut dapat menjadi
pegunungan–pegunungan tinggi. Jika dahulumerupaka laut, maka sekarang dapat
menjadi daratan. Gempa yang terjadi yang
berpusat di dalam laut akan mengakibatkan sunami, tapi tidak semua gempa
mengakibatkan Tsunami.
B. Saran
Setelah membahas mengenai Tsunami dan gempa bumi
ini, adapun saran yang akan disampaikan kepada pembaca agar para pembaca
memiliki pemahaman terhadap bencana tsunami dan gempa bumi dipandang dari segi agama
Buddha.
Daftar Refernsi
Tim
penerjemah kitab suci Agama Buddha, 2001. sutta pitaka Digha Nikaya . Jakarta:
Departemen Agama Buddha Republik Indonesia, direktorat jenderal Bimas Hindu dan Buddha.
Dipl.Ing,
Ivan Taniputera. 2003. Sains Modern dan Buddhisme. Yayasan penerbit
karaniya.
http://209.85.141.104/search?q=cache
: qXs3ZCy0YqQJ:www.indo f orum.org/arch i ve/ i ndex.php / t-
www.kogami.multiply.com
0 komentar:
Posting Komentar