Pages

Minggu, 10 Maret 2013

MAKALAH SAMURTI SATYA

Makalah Samurti Satya
Oleh : Putradi
Npm : 1110139


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
saṃvṛti-satya, (Sansekerta) "kebenaran empiris", dalam pemikiran Buddha, kebenaran berdasarkan pengertian umum tentang orang biasa. Hal ini mengacu pada realitas empiris biasanya diterima dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diterima untuk tujuan komunikasi praktis. Hal ini berbeda dengan kebenaran hakiki (paramārtha-satya), yang terletak di bawah fenomena empiris dan berada di luar ekspresi verbal. Ini kebenaran hakiki adalah bahwa kekosongan universal (sunyata), dianggap sebagai sifat sejati dari dunia fenomenal, yang tidak memiliki kekukuhan independen.

Untuk menegaskan kebenaran sunyata, Nagarjuna, pendiri dari Madhyamika , membabarkan dua aspek kebenaran: kebenaran empiris (samvrti-satya) dan kebenaran sejati tertinggi (paramartha-satya) . Ultimate kebenaran berada di luar kata dan berpikir positif dan dapat dipahami hanya oleh intuisi. Empiris kebenaran, di sisi lain, didasarkan pada pengetahuan tentang dunia luar dengan cara penunjukan verbal. Dalam analisis akhir, bagaimanapun, keberadaan fenomenal tidak memiliki kekukuhan independen yang sesuai dengan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkannya. keberadaan tersebut, seperti yang dituntut oleh realis, hanya fiktif.

B.     Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang penyusun dapatkan dalam menyusun makalah ini, yaitu?
1.      Apakah manfaat dari tujuan samvrti satya itu sendriri?
2.      Apakah yang terkandung dalam samvrti satya?


C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu agar dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat mengerti samvrti satya dengan baik yang merupakan ajaran dari Sang Buddha.

D.    Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dari mempelajari atau membaca pengertian dan isi dari samvrti satya itu sendiri, antara lain, para pembaca dapat memahami dan dapat mempraktekan ajaran atau langkah terbaik yang ada didalam samvrti satya itu sendiri, jadi dengan mempelajari ini para pembaca akan bisa berfikir secara nyata sesuai dengan fenomena yang ada di dunia ini.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Samvrti- Satya
Sang Buddha mengajarkan dhammanya melalui dua kebenaran: samvrti satya atau kebenaran umum, kebenaran relatif dan paramartha satya atau kebenaran mutlak, kebenaran absolut.
Samvrti satya berlaku untuk dunia penampakan atau dunia gejala, dunia yang menutupi kenyataan yang mutlak.
Mengerti ajaran Sang Buddha berarti memahami hal ini, dan mereka yang belum memahami hal ini berarti belum mengerti keluhuran ajaran Sang Buddha. Segala yang meliputi seluruh keadaan adalah termasuk samvrti. Samvrti adalah ajnana yakni ketidaktahuan yang menutupi kebenaran, kenyataan realitas sesungguhnya. Dunia fenomena termasuk dalam samvrti, sebab dunia tersebut menutupi dunia yang sesungguhnya. Namun begitu, samvrti tersebut merupakan petunjuk terhadap adanya realitas yang sesungguhnya yang merupakan dasar dari samvrti satya itu sendri.
Samvrti satya juga dikatakan sebagaivyavaharika-satya yakni realitas empiris atau kebenaran yang sifatnya pragmatis.
Yang termasuk samvrti adalah kenyataan yang saling tergantung atau dunia yang relatif, yakni yang identik dengan fenomena. Segala apa saja yang saling berhubungan dan diterima manusia berdasarkan kesepakatannya juga termasuk dalam samvrti, begitupun segala apa yang termasuk dalam dunia empiris. Samvrti atau kenyataan yang pragmatis ini merupakan sarana (upaya) untuk tercapainya tujuan(upeya) yakni realitas yang absolut. Samvrti adalah upaya.
Samvrti dapat dibedakan dalam dua jenis: loka samvrti dan aloka samvrti.yang termasuk dalam loka samvrti misalnya adalah objek-objek empiris yang berlaku umum yang dianggap sebagai suatu kenyataan hasil kesepakatan manusia, seperti benang, selembar kain, atau nama-nama benda lainya. Sedangkan yang termasuk aloka samvrti adalah objek-objek pengalaman yang berada dibawah kondisi-kondisiyang abnormal. Misalnya objk-objek yang sifatnya ilusif, persepsi keliru yangdisebabkan oleh gangguan oleh organ-organ tubuh, objek-objek mimpi, serta objek-objek lainya yang tidakempiris, yang tidak real, dan tioidak mencerminkan kesadaranyang empiris seperti macam-macam gangguan mental.
Savrti menghubungkan tanda-tanda atau kata-kata yang umum di dunia ini, yakni yang di terima oleh khalayak umum dan berdasarkan persepsi langsung. Santideva berkeinginan menunjukan bahwa rupa (bentuk), sapda (suara), dan seterusnya, tidak harus dianggap sungguh-sungguh ada karena secara langsung di rasakan oleh semua dalam cara yang sama. Eksistensi mereka diperkuat dengan bukti-bukti, yang berlaku dari dunia, dan bukan dari transcendental, pendirian. Jika semua itu di rasakan oleh perasan adalah benar, kemudian seseorang total untuk kecapan mengenai kebenaran itu. Dan tidak perlu adanya penggunan untuk kecakapan mengenai kebenara itu. Didalam mendukung keteranganya, dia menyebutkan ilustrasi bahwa tubuh seorang wanita, walaupun tidak suci dalam pengertian tertinggi, dianggap suatu fakta tidak dapat dibentuk semata-mata dengan pengalaman.
Boleh diperdebatkan bahwa sebagai mana ungkapan-ungkapan seperti dhatu, anyata, dan seterusnya, terjadi di dalam kitap suci, mereka adalah nyata, dan disamping itu mereka adalah nan-eksistensi, guru itu sudah tidak menunjukan mereka sdebagai subyek sebentar untuk kehancuran dan seterusnya.

B.     SAMVRTI MEMPUNYAI TIGA PENGERTIAN

Nagarjuna santidewa menunjukan bahwa kata-kata di dalam penggunaan umum, seperti skandha, atman, loka, dan seterusnya, adalah diselubungi (samvrta) mengengnai semua sisi dinamakan konvensional. Penjelasan samvrti mempunyai tiga pengertian yang berbeda.

1.      Samvrti adalah sama sebagai kebodohan karena secara lengkap menyelubungi realitas, atau dengan kata lain, itu identik dengan kebodohan (avidya). Di dalam penjelasan ini, prajnakaramati, komentator mengenai Bodhicaryavatara, mengatakan bahewa kebodohan yang bertingkat-tingkat keatas adalah suatu bentuk pada obyek non-eksistensi dan jadi menciptakan suatu apsolut dalam pabndangan yang benar mengenai realitas. Dalam mendukung keteranganya dia mengutip dari salistamba sutra suatu stanza, yang dinyatakan bahwa kebodohan (avidya) adalah tidak ada suatu apa-apa melaikan non-realisasi (apratipatti) mengenai kebenara, dan setia di dalam kepalsuan.

2.      Samvrti menyatakan secara tidak langsung suatu benda yang tergantung pada yang lain untuk eksistensi, yaitu subyek dengan sebab dan kondisi, karena suatu benda sungguh-sungguh yang ada sendiri tidak dapat mempunyai asal mula dan hancur atau setiap jenis mengenai tranformasi jadi apa saja yang disebabkan dan dikondisikan adalah Samvrti (fenomenal).

3.      Savrti menghubungkan tanda-tanda atau kata-kata yang umum di dunia ini, yakni yang di terima oleh khalayak umum dan berdasarkan persepsi langsung. Santideva berkeinginan menunjukan bahwa rupa (bentuk), sapda (suara), dan seterusnya, tidak harus dianggap sungguh-sungguh ada karena secara langsung di rasakan oleh semua dalam cara yang sama. Eksistensi mereka diperkuat dengan bukti-bukti, yang berlaku dari dunia, dan bukan dari transcendental, pendirian. Jika semua itu di rasakan oleh perasan adalah benar, kemudian seseorang total untuk kecapan mengenai kebenaran itu. Dan tidak perlu adanya penggunan untuk kecakapan mengenai kebenara itu. Didalam mendukung keteranganya, dia menyebutkan ilustrasi bahwa tubuh seorang wanita, walaupun tidak suci dalam pengertian tertinggi, dianggap suatu fakta tidak dapat dibentuk semata-mata dengan pengalaman.

C.    DUA JENIS SAMVRTI –SATYA
Semua yang telah dibicarakan diatas hanya mempergunakan loka-samvrti, yakni kebenara yang berlaku di dalam dunia konvensi, kebenaran umum seperti itu diterima oleh khalayak ramai.
Akan tetapi terdapat jenis lain yang demikian di namakan kebenaran, yang harus dibadakan sebagai aloka samvrti, yaitu kebenaran yang berlaku di dalam dunia konvensi, kebenaran umum seperti itu diterima oleh khalayak ramai. Pengalaman-pengalaman dari seorang yang berpenyakit mata atau cacat organ mengenai perasaan adalah ganjil bagi orang-orang tersebut dan tidak benar bagi semua. Pengalaman-pengalaman seperti itu harus dinamakan aldka-samvrti (kebenaran konvensional tapi bukan umum).

Santideva menamakan 2 jenis kebenaran konvensional Tathya-samvrti dan Mithya-samvrti, dan membedakan merekamenjadi: tathya-samvrti (kebenara fenomena) yang menghubungkan benda-benda yang berasal-mula diluar dari suatu sebab (kincit-pratityajatam) perasa yang baik. Mithya-samvrti berhubungan dengan benda-benda tersebut atau keterangan-keterangan yang diterima hanya oleh individu dan bukan secara universal, walaupun mereka mungkin berasal mula melalui sebab dan kondisi, yaitu mereka seperti benda-benda yang dirasakan oleh seseorang dengan suatu alat perasa yang cepat. Pengalaman-pengalaman dari seorang yang berpenyakit mata atau cacat organ mengenai perasaan adalah ganjil bagi orang-orang tersebut dan tidak benar bagi semua. Pengalaman-pengalaman seperti itu harus dinamakan aldka-samvrti (kebenaran konvensional tapi bukan umum).


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            Sang Buddha mengajarkan dhammanya melalui dua kebenaran: samvrti satya atau kebenaran umum, kebenaran relatif dan paramartha satya atau kebenaran mutlak, kebenaran absolut.
Samvrti satya berlaku untuk dunia penampakan atau dunia gejala, dunia yang menutupi kenyataan yang mutlak.
Mengerti ajaran Sang Buddha berarti memahami hal ini, dan mereka yang belum memahami hal ini berarti belum mengerti keluhuran ajaran Sang Buddha samvrti satya yaitu syatu kebenaran umum yang berlaku di dunia yang secara mutlak dan mengajarkan tanda-tanda atau kata-kata yang umun didunia ini untuk semua manusia supaya biasa melakukan kebenaran yang ada pada samvrti satya. Pengalaman-pengalaman dari seorang yang berpenyakit mata atau cacat organ mengenai perasaan adalah ganjil bagi orang-orang tersebut dan tidak benar bagi semua.

B.     SARAN
                Berdasarkan dari makalah yang disusun penulis semogadapat bermanfaat bagi para mahasiswa  dan dapat menambah semangat pembaca demi menambah pengetahuan dalam Buddha Dhamma tentang Samvrti Satya dalam Mahayana ini demi menunjukan agama Buddha di Indonesia
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semua mahkluk. Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu keritikan dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah inidi hari yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA
Suwarto T . Buddha Dharma Mahayana, Palembang;Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia,
Http:// www bhagavan com akses 24 febuari 2011






0 komentar: