Makalah Samurti Satya
Oleh : Putradi
Npm : 1110139
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
saṃvṛti-satya, (Sansekerta) "kebenaran empiris", dalam
pemikiran Buddha, kebenaran berdasarkan pengertian umum tentang orang biasa.
Hal ini mengacu pada
realitas empiris biasanya
diterima dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat diterima untuk tujuan
komunikasi praktis. Hal ini berbeda dengan
kebenaran hakiki (paramārtha-satya), yang terletak
di bawah fenomena empiris dan berada di
luar ekspresi verbal. Ini kebenaran hakiki adalah
bahwa kekosongan universal
(sunyata), dianggap sebagai sifat sejati
dari dunia fenomenal,
yang tidak memiliki kekukuhan independen.
Untuk menegaskan kebenaran sunyata,
Nagarjuna, pendiri dari Madhyamika , membabarkan dua aspek kebenaran: kebenaran
empiris (samvrti-satya) dan kebenaran sejati tertinggi (paramartha-satya) . Ultimate kebenaran berada di luar kata dan berpikir
positif dan dapat dipahami hanya oleh intuisi. Empiris kebenaran, di
sisi lain, didasarkan pada pengetahuan tentang dunia luar dengan cara
penunjukan verbal. Dalam analisis akhir, bagaimanapun,
keberadaan fenomenal tidak memiliki kekukuhan independen yang sesuai dengan
kata-kata yang digunakan untuk menggambarkannya. keberadaan tersebut, seperti
yang dituntut oleh realis, hanya fiktif.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun permasalahan
yang penyusun dapatkan dalam menyusun makalah ini, yaitu?
1. Apakah
manfaat dari tujuan samvrti satya itu sendriri?
2. Apakah
yang terkandung dalam samvrti satya?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini, yaitu agar dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat mengerti samvrti satya dengan baik yang merupakan ajaran dari Sang
Buddha.
D.
Manfaat
Adapun manfaat yang
dapat kita ambil dari mempelajari atau membaca pengertian dan isi dari samvrti
satya itu sendiri, antara lain, para pembaca dapat memahami dan dapat
mempraktekan ajaran atau langkah terbaik yang ada didalam samvrti satya itu
sendiri, jadi dengan mempelajari ini para pembaca akan bisa berfikir secara
nyata sesuai dengan fenomena yang ada di dunia ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Samvrti-
Satya
Sang Buddha mengajarkan
dhammanya melalui dua kebenaran: samvrti satya atau kebenaran umum, kebenaran
relatif dan paramartha satya atau kebenaran mutlak, kebenaran absolut.
Samvrti satya berlaku
untuk dunia penampakan atau dunia gejala, dunia yang menutupi kenyataan yang
mutlak.
Mengerti ajaran Sang
Buddha berarti memahami hal ini, dan mereka yang belum memahami hal ini berarti
belum mengerti keluhuran ajaran Sang Buddha. Segala yang meliputi seluruh
keadaan adalah termasuk samvrti. Samvrti adalah ajnana yakni ketidaktahuan yang
menutupi kebenaran, kenyataan realitas sesungguhnya. Dunia fenomena termasuk
dalam samvrti, sebab dunia tersebut menutupi dunia yang sesungguhnya. Namun
begitu, samvrti tersebut merupakan petunjuk terhadap adanya realitas yang sesungguhnya
yang merupakan dasar dari samvrti satya itu sendri.
Samvrti satya juga
dikatakan sebagaivyavaharika-satya yakni realitas empiris atau kebenaran yang
sifatnya pragmatis.
Yang termasuk samvrti
adalah kenyataan yang saling tergantung atau dunia yang relatif, yakni yang
identik dengan fenomena. Segala apa saja yang saling berhubungan dan diterima
manusia berdasarkan kesepakatannya juga termasuk dalam samvrti, begitupun
segala apa yang termasuk dalam dunia empiris. Samvrti atau kenyataan yang
pragmatis ini merupakan sarana (upaya) untuk tercapainya tujuan(upeya) yakni
realitas yang absolut. Samvrti adalah upaya.
Samvrti dapat dibedakan
dalam dua jenis: loka samvrti dan aloka samvrti.yang termasuk dalam loka
samvrti misalnya adalah objek-objek empiris yang berlaku umum yang dianggap
sebagai suatu kenyataan hasil kesepakatan manusia, seperti benang, selembar
kain, atau nama-nama benda lainya. Sedangkan yang termasuk aloka samvrti adalah
objek-objek pengalaman yang berada dibawah kondisi-kondisiyang abnormal. Misalnya
objk-objek yang sifatnya ilusif, persepsi keliru yangdisebabkan oleh gangguan
oleh organ-organ tubuh, objek-objek mimpi, serta objek-objek lainya yang
tidakempiris, yang tidak real, dan tioidak mencerminkan kesadaranyang empiris
seperti macam-macam gangguan mental.
Savrti menghubungkan
tanda-tanda atau kata-kata yang umum di dunia ini, yakni yang di terima oleh
khalayak umum dan berdasarkan persepsi langsung. Santideva berkeinginan
menunjukan bahwa rupa (bentuk), sapda (suara), dan seterusnya, tidak harus
dianggap sungguh-sungguh ada karena secara langsung di rasakan oleh semua dalam
cara yang sama. Eksistensi mereka diperkuat dengan bukti-bukti, yang berlaku
dari dunia, dan bukan dari transcendental, pendirian. Jika semua itu di rasakan
oleh perasan adalah benar, kemudian seseorang total untuk kecapan mengenai
kebenaran itu. Dan tidak perlu adanya penggunan untuk kecakapan mengenai
kebenara itu. Didalam mendukung keteranganya, dia menyebutkan ilustrasi bahwa
tubuh seorang wanita, walaupun tidak suci dalam pengertian tertinggi, dianggap
suatu fakta tidak dapat dibentuk semata-mata dengan pengalaman.
Boleh diperdebatkan
bahwa sebagai mana ungkapan-ungkapan seperti dhatu, anyata, dan seterusnya,
terjadi di dalam kitap suci, mereka adalah nyata, dan disamping itu mereka
adalah nan-eksistensi, guru itu sudah tidak menunjukan mereka sdebagai subyek
sebentar untuk kehancuran dan seterusnya.
B.
SAMVRTI
MEMPUNYAI TIGA PENGERTIAN
Nagarjuna
santidewa menunjukan bahwa kata-kata di dalam penggunaan umum, seperti skandha,
atman, loka, dan seterusnya, adalah diselubungi (samvrta) mengengnai semua sisi
dinamakan konvensional. Penjelasan samvrti mempunyai tiga pengertian yang
berbeda.
1. Samvrti
adalah sama sebagai kebodohan karena secara lengkap menyelubungi realitas, atau
dengan kata lain, itu identik dengan kebodohan (avidya). Di dalam penjelasan
ini, prajnakaramati, komentator mengenai Bodhicaryavatara, mengatakan bahewa
kebodohan yang bertingkat-tingkat keatas adalah suatu bentuk pada obyek
non-eksistensi dan jadi menciptakan suatu apsolut dalam pabndangan yang benar
mengenai realitas. Dalam mendukung keteranganya dia mengutip dari salistamba
sutra suatu stanza, yang dinyatakan bahwa kebodohan (avidya) adalah tidak ada
suatu apa-apa melaikan non-realisasi (apratipatti) mengenai kebenara, dan setia
di dalam kepalsuan.
2. Samvrti
menyatakan secara tidak langsung suatu benda yang tergantung pada yang lain
untuk eksistensi, yaitu subyek dengan sebab dan kondisi, karena suatu benda
sungguh-sungguh yang ada sendiri tidak dapat mempunyai asal mula dan hancur
atau setiap jenis mengenai tranformasi jadi apa saja yang disebabkan dan
dikondisikan adalah Samvrti (fenomenal).
3. Savrti
menghubungkan tanda-tanda atau kata-kata yang umum di dunia ini, yakni yang di
terima oleh khalayak umum dan berdasarkan persepsi langsung. Santideva
berkeinginan menunjukan bahwa rupa (bentuk), sapda (suara), dan seterusnya,
tidak harus dianggap sungguh-sungguh ada karena secara langsung di rasakan oleh
semua dalam cara yang sama. Eksistensi mereka diperkuat dengan bukti-bukti,
yang berlaku dari dunia, dan bukan dari transcendental, pendirian. Jika semua
itu di rasakan oleh perasan adalah benar, kemudian seseorang total untuk
kecapan mengenai kebenaran itu. Dan tidak perlu adanya penggunan untuk kecakapan
mengenai kebenara itu. Didalam mendukung keteranganya, dia menyebutkan
ilustrasi bahwa tubuh seorang wanita, walaupun tidak suci dalam pengertian
tertinggi, dianggap suatu fakta tidak dapat dibentuk semata-mata dengan
pengalaman.
C.
DUA
JENIS SAMVRTI –SATYA
Semua
yang telah dibicarakan diatas hanya mempergunakan loka-samvrti, yakni kebenara
yang berlaku di dalam dunia konvensi, kebenaran umum seperti itu diterima oleh
khalayak ramai.
Akan tetapi terdapat
jenis lain yang demikian di namakan kebenaran, yang harus dibadakan sebagai
aloka samvrti, yaitu kebenaran yang berlaku di dalam dunia konvensi, kebenaran
umum seperti itu diterima oleh khalayak ramai. Pengalaman-pengalaman dari
seorang yang berpenyakit mata atau cacat organ mengenai perasaan adalah ganjil bagi
orang-orang tersebut dan tidak benar bagi semua. Pengalaman-pengalaman seperti
itu harus dinamakan aldka-samvrti (kebenaran konvensional tapi bukan umum).
Santideva
menamakan 2 jenis kebenaran konvensional Tathya-samvrti dan Mithya-samvrti, dan
membedakan merekamenjadi: tathya-samvrti (kebenara fenomena) yang menghubungkan
benda-benda yang berasal-mula diluar dari suatu sebab (kincit-pratityajatam)
perasa yang baik. Mithya-samvrti berhubungan dengan benda-benda tersebut atau
keterangan-keterangan yang diterima hanya oleh individu dan bukan secara
universal, walaupun mereka mungkin berasal mula melalui sebab dan kondisi,
yaitu mereka seperti benda-benda yang dirasakan oleh seseorang dengan suatu
alat perasa yang cepat. Pengalaman-pengalaman
dari seorang yang berpenyakit mata atau cacat organ mengenai perasaan adalah
ganjil bagi orang-orang tersebut dan tidak benar bagi semua.
Pengalaman-pengalaman seperti itu harus dinamakan aldka-samvrti (kebenaran
konvensional tapi bukan
umum).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sang
Buddha mengajarkan dhammanya melalui dua kebenaran: samvrti satya atau
kebenaran umum, kebenaran relatif dan paramartha satya atau kebenaran mutlak,
kebenaran absolut.
Samvrti satya berlaku
untuk dunia penampakan atau dunia gejala, dunia yang menutupi kenyataan yang
mutlak.
Mengerti
ajaran Sang Buddha berarti memahami hal ini, dan mereka yang belum memahami hal
ini berarti belum mengerti keluhuran ajaran Sang Buddha samvrti satya yaitu
syatu kebenaran umum yang berlaku di dunia yang secara mutlak dan mengajarkan
tanda-tanda atau kata-kata yang umun didunia ini untuk semua manusia supaya
biasa melakukan kebenaran yang ada pada samvrti satya. Pengalaman-pengalaman
dari seorang yang berpenyakit mata atau cacat organ mengenai perasaan adalah
ganjil bagi orang-orang tersebut dan tidak benar bagi semua.
B. SARAN
Berdasarkan dari makalah yang
disusun penulis semogadapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan
dapat menambah semangat pembaca demi menambah pengetahuan dalam Buddha Dhamma tentang Samvrti Satya dalam Mahayana ini
demi menunjukan agama Buddha di Indonesia
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semua mahkluk. Penulis menyadari
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu keritikan dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah inidi hari yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Suwarto T . Buddha
Dharma Mahayana, Palembang;Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia,
Http:// www
bhagavan com akses 24 febuari 2011
0 komentar:
Posting Komentar