Pages

Senin, 26 Maret 2018

TRADISI MUJAWALI DI BARU MURMAS

TRADISI MUJAWALI DI BARU MURMAS
Oleh : Putradi, S.Pd

Lombok Utara - Umat Buddha di Baru Murmas, Desa Bentek Kecamatan Gangga masih mempertahankan tradisi dari leluhur mereka seperti selamatan sebelum dan setelah menggarap sawah mereka. Tradisi ini disebut Muja Taon ( sebelum menggarap sawah ) dan Muja Balit ( setelah memanen di sawah mereka masing-masing). Namun masih banyak prosesi yang dilakukan setelah Muja Balit yang dilakukan oleh masyarakat setempat, setelah Muja Balit sebenarnya masih ada mujawali lagi di antaranya:



o   Muja Gamaulung
o   Muja Murmas, dan
o   Muja Lonang
Ritual adat yang diselenggarakan setiap tahun ini sebenarnya sebagai bentuk rasa syukur warga setempat yang diyakini memiliki nilai yang tiada tara dibanding dengan sesuatu yang lain, pasalnya mereka meyakini karunia Tuhan di alam semesta ini melimpah ruah dan manusia patut mensyukurinya apa yang di berikan tuhan. Mereka yakin Tuhan akan memberi berkah kepada hamba-Nya bila selalu ingat atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan kepada mereka. Perayaan Muja Taon dan Muja Balit ini adalah sebagai rasa syukur mereka atas segala macam karunia yang diberikan Tuhan di muka bumi ini.
Ritual sebelum turun ke areal sawah pertanian itu dirayakan sebagai doa agar hasil panen mereka berlimpah ruah dan terbebas dari berbagai macam hama penyakit. Ritus adat yang digelar setelah panen itu sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan panen pada tahun itu. Bentuk pelaksanaan dua ritual adat yang dirayakan dalam waktu yang berbeda itu hampir sama bahkan sebagian di antara mereka menganggapnya mirip. Misalnya pada malam hari acara biasanya diisi dengan persiapan dulang seperti sesajen yang berisi berbagai macam makanan.
Malam hari suasana kampung semakin ramai dengan bebunyian tabuhan gamelan. Pada malam itu pula gamelan yang penduduknya seratus persen umat Buddhis dikeluarkan dan ditabuh. Dedahan tabuhan gamelan tersebut diiringi dengan berbagai jenis tarian. Dan tarian itu biasanya dilakukan spontan oleh kaum hawa willayah, muda-mudi, anak-anak dan para tua di wilayah setempat.
Sedangkan acara doa bersama dilakukan di salah satu makam leluhur mereka yang biasanya makam yang dianggap keramat dan mendatangkan berkah bagi warga. Di kompleks makam itu seluruh jenis makanan dari berbagai bahan yang disiapkan sehari sebelumnya disajikan lalu dikumpulkan dengan susunan rapi, mirip tangga berundak. Kemudian makanan itu didoa secara trade setempat kemudian dibagi dan dimakan secara bersama-sama di tempat itu. Sedangkan untuk ritual Muja Balit, puncak acara ditandai dengan berbagai bentuk ketupat yang telah dihias dengan apik. Kemudian acara ditutup dengan perang tupat. Ketupat yang telah dikumpulkan dijadikan senjata. Dan, menariknya lagi bukan orang tua saja bisa, tapi anak-anakpun juga boleh ikut perang topat ini.
Mujawali di baru merupakan salah satu ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat,   karena mereka percaya dengan mengadakan ritual semua kemalangan, malapetaka akan jauh dari berbagai kehidupan mereka. Apabila mereka tidak melakukan ritual sebagai rasa syukur mereka atas apa yang di berikan Tuhan maka akan menjadi boomerang bagi mereka sendiri. Bahayapun akan mereka dapatkan seperti wabah penyakit dll




0 komentar: