Agama Dan Penyalahgunaan Narkotika
Oleh
Bhikkhu Pandit P. Pemaratana Nayaka Mahathera
Obat bius bukanlah sesuatu yang baru bagi umat manusia,
sebagai contoh, marijuana (ganja) telah dikenal manusia hampir 5000 tahun.
Narkotika seperti opium dan bermacam-macam produknya seperti heroin, morfin,
paragorik dan kodein, biasanya digunakan dalam pengobatan sebagai obat penenang
dan penawar sakit, sedangkan obat bius buatan manusia seperti LSD (Lysergic
acid diethylamide/semacam obat bius yang keras) digunakan dalam jumlah tertentu
untuk pengobatan gangguan mental dan gangguan emosional.
Akan tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini, masalah
obat bius menjadi begitu hangat khususnya diantara kaum muda, masalah ini
mengancam beberapa atau seluruh negara di dunia sebagai masalah utama
kesehatan. Beribu-ribu bahkan berjuta-juta pemuda menderita, hidup tanpa arti,
dan tragis. Suatu penderitaan dan kesakitan yang tidak terbatas. Mengapa mereka
menggunakan obat bius? Alasan-alasan yang diberikan oleh beberapa pengguna obat
bius tersebut termasuk yang hanya ” ingin tahu ” dan ” iseng saja ” adalah ”
karena hanya itulah yang dapat dilakukan “. Alasan-alasan ini terutama yang
diberikan oleh mereka yang sebelumnya tidak pernah menggunakan obat bius dan
yang didesak serta didorong untuk memulainya.
Kadang-kadang obat bius digunakan sebagai jalan keluar dari
keadaan yang tidak menyenangkan, terutama oleh mereka yang bingung dan frustasi
dimana mereka kehilangan/tidak dapat menerima kenyataan. Bahaya yang mengancam
dalam penggunaan obat bius ini ialah dapat membuat seseorang menjadi ketagihan
atau lebih buruk lagi dapat kecanduan obat bius tersebut. Jika secara
psikologi, seseorang sudah terikat dengan obat bius, maka akan sangat sulit
baginya untuk menghilangkan kebiasaan tersebut.
Pengaruh-pengaruh buruk dari kelebihan penggunaan obat bius
meliputi sakit mental, panik, cacat lahir, kehilangan koordinasi tubuh,
penghayal, tidak bergairah, kegagalan dalam penggunaan organ tubuh. Secara
sosial seorang pencandu obat bius biasanya akan menyebabkan kesulitan bagi
dirinya sendiri daam kaitannya dengan hukum. Banyak sekali pencandu obat bius
ditangkap karena mencuri atau melakukan kejahatan lainnya. Jika persediaan obat
bius habis, pecandu obat bius akan melakukan kejahatan dalam upaya mendapatkan
uang yang cukup untuk membeli obat bius yang mahal itu. Biasanya kesehatan yang
buruk dari pecandu sering memperpendek hidupnya sekitar 15 sampai 20 tahun.
Gerakan Anti Obat Bius
Pemerintah mengalami kesulitan dalam kampanye anti obat bius,
karena obat bius dapat dengan mudah disembunyikan dan dibawa. Selain itu,
perdagangan obat bius merupakan bisnis yang sangat menguntungkan. Sebagai
contoh, satu kilogram opium mentah yang dibeli dari petani di Turki sekitar 100
dollar US, setelah diproses menjadi morfin, heroin, dll, dan diseludupkan ke
Amerika mungkin dapat dijual sekitar 600.000 dollar US. Karena keuntungan yang
besar itu, maka hukum tidak akan dapat menghalangi perdagangan obat bius
tersebut.
Oleh karena itu, dalam penyelesaian masalah ini, tidak hanya
terletak pada hukuman yang berat bagi penyalur obat bius. Perhatian harus juga
ditujukan untuk mendidik masyarakat akan bahaya dari penggunaan obat bius.
Selain itu alternatif yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada
kaum muda untuk keluar dari rasa frustasinya melalui kegiatan yang berguna dan
tidak berbahaya. Dalam hal ini Agama dapat dan harus memainkan peranannya.
Sebagai contoh, sekolah minggu atau vihara-vihara merupakan
tempat yang baik untuk menghabiskan waktu seseorang sekaligus untuk menahan
diri dari penggunaan obat bius
dan kemabukan. Tempat seperti itu menyediakan pendidikan
umat Buddha untuk hidup damai dan mengatur dirinya dalam hidup sehari-hari
menurut Sila yang akan mengangkat standar hidupnya. Buddhisme mengajarkan suatu
nilai moral dasar dan tidak hanya menolong diri sendiri tapi juga masyarakat
agar hidup dalam dasar-dasar tersebut (Sila). Pemerintah dapat mengadakan
pendidikan demikian untuk melenyapkan bahaya yang dihasilkan dari kecanduan
warga negaranya terhadap alkohol dan obat bius.
Pengaruh-pengaruh buruk dari
penggunaan obat bius
Sang Buddha bersabda, ” Keinginan terhadap sesuatu yang
bersifat materi dan keinginan terhadap kenikmatan hawa nafsu akan membuat
manusia menjadi egois dan tidak akan pernah puas. Orang seperti itu hanya
memikirkan dirinya sendiri dan tidak perduli terhadap apa yang terjadi pada
orang lain sebagai akibat dari kesalahan dan keegoisannya.
Gambaran ini sesuai bagi pecandu obat bius, yang mencari
kesenangan bagi dirinya dan untuk sementara waktu melupakan masalahnya dengan
menggunakan obat bius. Tindakannya dalam melakukan kejahatan untuk membiayai
obat bius yang diperlukannya , dan pengaruh dari hal itu akan menimbulkan
masalah-masalah buruk terhadap masyarakat. Secara singkat obat bius menyebabkan
ketidaktahuan dan kegelapan pikiran. Mereka adalah ” iblisnya pikiran ” dan ”
penguras isi dompet “. Mereka menimbulkan kesengsaraan bagi suami-suami,
istri-istri dan anak-anak. Mereka berbahaya bagi kesehatan manusia, hasilnya adalah
kemerosotan dalam fisik dan moral. Pada bagian atas digambarkan kepribadian
pencandu obat bius. Hal ini penting untuk mengetahui karakter, kepribadian, dan
tipe dari kecanduan obat bius agar dapat diberikan penanganan yang sesuai dalam
merehabilitasi, memperbaiki atau mengobati mereka.
Pengetahuan akan kepribadian pencandu obat bius memungkinkan
pemerintah yang bersangkutan, swasta maupun perwakilan-perwakilan kesejahteraan
untuk menyediakan pendidikan terhadap bahaya dari ketergantungan obat bius (
kaum muda pengguna obat bius lebih meningkat jumlahnya dibanding
kelompok-kelompok yang lebih tua dalam abad 20 dari pada abad-abad sebelumnya )
Tiga type dari pecandu obat bius
Kami mengklasifikasikan obat bius
sebagai berikut :
- Pecandu-pecandu utama.
Termasuk didalamnya orang-orang
dengan kepribadian buruk,gelisah dan depresi. Pencandu-pencandu dengan
kepribadian dengan kepribadian demikian memiliki motivasi yang mentah dan tidak
memiliki kemampuan untuk mengenali tujuan secara dewasa.Pencandu-pecandu dengan
kegelisahan dan karakteristik depresi ini memiliki cita-cita yang tinggi tetapi
dengan penghargaan yang rendah.Reaksi mereka terhadap situasi lingkungan
menghasilkan ketakutan dan depresi.Juga perlu dicatat bahawa orang-orang yang
profesional dan semi profesional dengan pendidikan yang lebih tinggi dapat pula
termasuk ke dalam kelompok terakhir. Oleh karena itu,pemerintah perlu segera
melakukan sesuatu tindakan yang “sesuai” untuk merehabilitasi pencandu-pecandu
yang menderita itu.
- Pecandu-pecandu Symptomatic.
Mereka agresif, dan bersifat
antisosial (psikopat). Mereka menolak untuk mengikuti peraturan moral
masyarakat . Biasanya mereka juga melakukan tindakan-tindakan kejahatan.
- Pecandu-pecandu obat bius yang bersifat reaktif.
Yang termasuk kelompok –kelompok ini
adalah anak remaja. Bagi mereka penggunaan obat bius merupakan jalan untuk
mendapatkan sambutan dari kelompok sebayanya. Anak muda ini mecoba obat bius
karena ingin tahu dan dalam beberapa kasus karena ketidaktahuan akan bahaya
obat bius. Untuk kelompok pecandu obat bius ini seharusnya disediakan
pendidikan yang sesuai. Ketika Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, Beliau
menunjukan jalan bagi pengikutNya dengan cara mengundang “datang dan buktikan”
(Ehipasiko). Jalan itu,yang paling menentukan dalam Empat Kesunyataan Mulia
dari Buddhisme yang disebut juga Jalan Utama Beruas Delapan. Kedelapan ruas
jalan ini digolongkan dalam Sila (Moralitas), Samadhi (konsentrasi), dan Panna
(kebijaksanaan).
Sila terdiri dari berkata benar, perbuatan benar, dan mata
pencaharian benar. Samadhi terdiri dari usaha benar, perhatian benar dan
konsentrasi benar. Panna terdiri dari pengertian benar dan pikiran benar. Untuk
umat Buddha, peraturan moral yang terdiri dari lima aturan ( Panca Sila ) yang
sederhana yaitu; menjauhkan diri dari pembunuhan, pencurian, prilaku seks yang
tidak wajar, berkata dusta dan minuman yang memabukkan dan obat bius. Dengan
lima perbuatan ini umat Buddha membangun dirinya sesuai dengan moral dasar,
setiap hari membersihkan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Selain itu, pada
hari Uposatha (hari puasa) seperti hari-hari pada saat bulan purnama, ia dapat,
jika ia mau untuk menjalankan tiga tambahan peraturan yang sifatnya lebih
tinggi ( Atthanga sila atau delapan peraturan).
Sang Buddha tidak menganjurkan pertapaan yang berat, tetapi
hanya sesuatu yang diperlukan untuk membebaskan seseorang karena cinta kasih
yang besar. Suatu manfaat hidup sederhana dari umat Buddha teladan dengan
mempraktekkan kemurahan hati serta mengembangkan kebajikan yang universal.
Untuk kehidupan umat Buddha diberikan suatu nilai dasar moral yang mana
menyelimuti kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan.
Aturan susila dan disiplin, bagaimanapun hanya permulaan
dari ajaran Sang Buddha. Tujuan mereka adalah untuk membuka jalan kepada
kemajuan batin melalui pengembangan batin. Obat bius dan perusak pikiran yang
lain tidak mempunyai tempat dalam memahami sifat dasar dari kenyataan yang
sebenarnya.
Sigalovada
Sutta
Sang Buddha mengemukakan beberapa kotbah untuk menambah
ajaran-Nya. Kotbah-kotbah ini sering diucapkan dalam istilah yang sederhana dan
dapat dengan mudah dimengerti. Sebagai contoh pertama, saya akan mengutip dari
Sigalovada Sutta, yang mana terutama terdiri dari nasihat yang diberikan oleh
Sang Buddha kepada Sigala.
Sang Buddha menasihati Sigala bahwa ada 6 saluran pemborosan
untuk menghamburkan kekayaan, yang mana oleh seorang umat Buddha harus
dihindari, mereka adalah:
Kegemaran
akan minuman keras
Berkeliaran di jalan tanpa kenal waktu
Sering berpelesir
Gemar berjudi
Bergaul dengan orang jahat
Ketagihan akan kemalasan (malas bekerja)
Berkeliaran di jalan tanpa kenal waktu
Sering berpelesir
Gemar berjudi
Bergaul dengan orang jahat
Ketagihan akan kemalasan (malas bekerja)
Dalam hal pertama, Sang Buddha bersabda, “O, Sigala, ada 6
akibat buruk dari kegemaran akan minuman keras, yang mana disebabkan oleh
ketagihan dan ketidaktahuan, yakni:
Harta
bendanya segera habis
Menimbulkan pertengkaran
Mudah diserang penyakit
Mendapat reputasi buruk
Mendapat rasa malu
Kecerdasan menurun
Menimbulkan pertengkaran
Mudah diserang penyakit
Mendapat reputasi buruk
Mendapat rasa malu
Kecerdasan menurun
Kemudian, di dalam Parabhava Sutta (sebab-sebab
kemerosotan), Sang Buddha bersabda, “Manusia yang ketagihan kepada wanita,
minuman keras, perbuatan jahat, menghambur-hamburkan segala sesuatu yang
dimiliki, itulah sebab kemerosotan seseorang”.
Dalam Manggala Sutta (berkah termulia), Sang Buddha ditanya
bagaimanakah berkah termulia itu? Sang Buddha menjawab, ” … menghindari dan
menjauhi perbuatan jahat, menjauhkan diri dari minuman keras, dan tekun dalam
menjalankan kebajikan, itulah berkah termulia.”
Dari apa yang telah disebutkan di atas, sekarang jelaslah
bahwa Buddhisme menyediakan petunjuk-petunjuk khusus bagi kemajuan dan
perkembangan diri pemuda-pemuda di zaman moderen, jika kita lihat kembali
mengenai self reliance dan latihan serta pencapaiannya dalam sejarah kita tidak
dapat mengatakan bahwa agama secara umum telah sukses untuk jangka waktu yang
panjang dalam menggali sifat-sifat baik dalam diri manusia. Kesalahan terletak
pada sifat manusia itu. Insting binatang yang terdapat pada diri manusia ” yang
paling kuat yang dapat bertahan hidup “sering kali lebih kuat daripada ajaran
agama.
Oleh karena itu agama modren harus mampu membangkitkan
keyakinan penuh dalam diri manusia. Agama harus dapat menahan
pernyataan-pernyataan keras dari pengetahuan ilmiah dan secara filosofis harus
cukup luas mencakup semua elemen dari perjalanan-perjalanan manusia. Hanya
agama yang demikian yang dapat memberikan kepada manusia suatu kesadaran yang
mendalam tentang nilai-nilai spiritual dan perasaan aman serta mendominasi
pikiran mereka sehingga dapat membuat mereka mengikuti jalan kebenaran tanpa
rasa takut karena mengetahui benar bahwa pada akhirnya kebijakan akan menang.
Obat penenang tidak pernah dan tidak akan pernah menyentuh
bagian terdalam dan kehidupan subyektif manusia untuk mempengaruhinya untuk
perbaikan dan untuk masyarakat. Hanya dengan suatu agama yang sesuai dengan
sifat alami pikiran yang akan bias menyentuh dan memperbaiki kekacauan serta
mengobati pikirannya.
Alkoholisme
Dan Kecanduan Obat Bius
Biasanya manusia menyukai rangsangan syaraf walaupun mereka
merasa tidak begitu memerlukannya. Diantara perangsang tersebut, yang paling
kuat ialah kecanduan alkohol dan obat bius Psychedelic. Pada tingkat permulaan,
pecandu alkohol dan pecandu obat bius meminum dan menelan minuman keras ini
dengan kesalahpengertian bahwa obat bius ini dapat memberikan tambahan tenaga
bagi mereka. Pada akhirnya minuman keras yang sama dapat menyerangnya dan dapat
membuatnya tidak berdaya sehingga menyebabkannya menjadi seorang psikoneurotis
yang tidak tersembuhkan. Jika kecanduan alkohol dan obat bius, berkembang
menjadi suatu kebiasaan hidup dalam diri seseorang, maka akan menimbulkan
banyak kesukaran untuk keluar dari kebiasaan buruk tersebut.
Cara dan jalan terbaik adalah tidak terpengaruh, bahkan
dalam jumlah yang sedikit atas kesenangan yang berbahaya ini. Bagi mereka yang
telah dimangsa oleh kesenangan yang merusak ini, cara terbaik dan paling
membantu untuk dilakukan adalah harus berteman lebih dekat dengan orang-orang
bijaksana dan menjalankan ajaran agama serta tentu saja mencoba menghilangkan
penggunaan obat bius . Jika keinginan terhadap alkohol dan obat bius tersebut
timbul di dalam pikiran, maka seseorang dapat menghindari dan menghilangkan
keinginan tersebut dengan beberapa macam minuman tanpa alkohol. Beberapa orang
memakan sayuran hijau atau mikrobalan kuning (Sansekerta, amalaka dan haritake)
dalam situasi sulit seperti ini.
Salah satu akibat buruk kecanduan alkohol dan kecanduan obat
bius adalah dapat memperbudak dan memperlemah kemauan keras dari seseorang. Ini
merupakan kebiasaan mental yang dapat mengacaukan dan dapat melemahkan pikiran.
Orang tersebut disebut mengalami gangguan mental (Neurotik). Tidak sulit untuk
sembuh dari hal tersebut.
Umumnya, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui
nilai-nilai kehidupan. Generasi yang lebih muda secara keseluruhan lebih banyak
lagi. Semakin tidak tahu dan berpikir panjang, semakin mudah seseorang terjebak
dalam kejahatan. Seperti yang disebutkan dalam tulisan diatas, alkohol dan obat
bius adalah alat yang mudah untuk mendapatkan uang yang banyak. Dalam
perdagangan seperti ini, orang yang bodoh karena kebodohannya biasanya bersedia
membayar sesuai dengan permintaan si penjual.
Pikiran bijaksana harus sadar akan siasat buruk dari
pedagang-pedagang yang merusak ini. Sudah waktunya bagi orang-orang sosial dan
para dermawan, pemuka agama dan pemerintah untuk tampil ke depan dan berusaha
sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan mereka untuk mencegah orang-orang bodoh
yang dimangsa oleh sifat buruk dan kejahatan tersebut.
Meditasi
Kita sekarang melangkah pada persoalan dari pecandu obat
bius dan meditasi. Sang Buddha menyatakan bahwa pikiran kita yang
terkonsentrasi pada usaha benar dan pengertian benar dapat menghasilkan hasil
yang besar. Pikiran yang bersih dan sehat akan menuju kepada kesehatan dan
kehidupan yang tenang. Hal ini dapat dicapai apabila pikiran terkendali dan
dijaga pada garis yang benar sehingga berguna bagi pemiliknya dan bagi
masyarakat. Oleh karna itu pikiran seseorang bisa menjadi sahabat atau musuh.
Kecanduan obat bius dalam pandangan ini adalah buruk karena menghasilkan
kekacauan pikiran yang mana merugikan pemiliknya maupun orang lain. Penggunaan
Halucinogen (Obat yang dapat menimbulkan hayalan) atau obat bius seperti LSD
menghasilkan kekacauan dan kekeliruan pikiran. Obat bius ini mengakibatkan
perubahan persepsi, pikiran dan perasaan atau pengaruh-pengaruh batiniah yang
mana dapat membawa seseorang lebih keliru, bingung dan mengerikan. LSD
berbahaya karena pandangan yang keliru atas hasilnya, dimana mengakibatkan
pecandu sering melakukan bunuh diri.
Sebaliknya, meditasi adalah suatu proses daya cipta batin
yang tidak pernah berakhir. Meditasi merubah emosi yang tidak terkendali,
pikiran dan perasaan menjadi suatu kesatuan harmonis yang menerangi pikiran.
Mental Buddhis berkembang melalui meditasi yang berkaitan dengan sublimasi,
harmonisasi dan integrasi dari semua kwalitas manusia dan kemampuan yang
menekankan pada pentingnya usaha individu (Viriya), Hasil dari pelaksanaan
ajaran agama ialah daya cipta pikiran (Dhammavicaya), pengetahuan akan
kebijaksanaan (Panna), kesadaran langsung dari pemusatan meditasi (Ekaggata),
mencintai semua mahluk (Metta) dan keyakinan dengan pengertian (Saddha)
terhadap guru yang telah mencapai penerangan sempurna. Orang bijaksana akan
mengikuti petunjuk dari pimpinan agama dengan memusatkan perhatiannya.
Pemeliharaan pikiran dan penerangan tidak dapat dicapai melalui pemakaian obat
bius seperti LSD. Penggunaan obat bius hanya akan menyebabkan ketidakteraturan
pengembangan pikiran dari orang biasa yang tidak berpengetahuan atau pertimbangan-pertimbangan
yang memungkinkannya untuk mengetahui kebenaran.
Bagaimana
Bermeditasi
Meditasi akan berhasil dengan jalan dipraktikkan, tidak
hanya untuk mengembangkan kemaun keras, tetapi juga sebagai suatu alat yang
mudah bagi pecandu alkohol dan pecandu obat bius untuk membuang kebiasaan buruk
mereka dan menghancurkan kebiasaan tersebut. Oleh karna itu, bagaimana
bermeditasi pada gilirannya akan dijelaskan pada bagian ini. Tempat yang
terbaik untuk bermeditasi ialah tempat yang terpencil, sepi dan suasana
religius yang tenang. Dapat di dalam rumah pemiliknya sendiri atau di ruang
meditasi atau di tempat suci di vihara-vihara. Bangsa Indian kuno lebih
menyukai di bawah pohon atau di batu besar di dalam hutan.
Sikap badan yang terbaik untuk bermeditasi ialah sikap bunga
teratai maksudnya ialah duduk diatas lantai atau di atas alas duduk, letakkan
kaki kiri di atas paha kanan dan kaki kanan di atas paha kiri. Sikap badan ini
memungkinkan duduk dengan menyenangkan di atas bangku atau kursi dengan badan dan
kepala tegak. Jika orang tersebut sudah duduk dengan baik pada posisi duduknya,
ia harus menegangkan tubuhnya. Ketegangan akan menghentikan setiap ketegangan
dan gerakan. Jika tubuh telah tenang, ia akan teguh seperti batu, batang kayu
atau tumbuhan. Di dalam tubuh yang tenang, tidak ada usaha fisik maupun
ketegangan yang diperlukan untuk sikap badan seperti itu. Cara terbaik dan
termudah untuk mencapai obyek meditasi ialah melalui pernafasan, menghirup dan
membuang nafas. Dimana saja seseorang berada dan kemana saja ia pergi, obyek
meditasi ini seharusnya selalu bersamanya. Jika badan dalam keadaan tenang,
sang mediator harus mencoba memusatkan pikirannya (mencapai kesadaran) hanya
dalam dua bentuk gerakan, memasukkan dan mengeluarkan nafas. Dalam usaha ini,
ia harus menghentikan semua bentuk pikiran dan mencoba untuk sadar akan gerakan
pernafasan. Ketika mencapai kesadaran dengan konsentrasi yang benar, orang
tersebut tidak mengetahui apa-apa, kecuali gerakan pernafasan. Ia melupakan
sekitarnya, bahkan tubuhnya sendiri. Konsentrasi akan menuju ke pikiran yang
terkendali dan menjinakkannya. Oleh karena pengendalian ini, kemauan keras akan
berkembang dan memperkuat dirinya. Selain itu konsentrasi adalah suatu jalan
untuk mempertajam pencapaian kesadaran yang mana membantu penajaman persepsi,
dan pada gilirannya membantu gambaran yang benar atau pemikiran rasional yang
akan menyebabkan timbulnya kemauan yang keras. Tidak ada batas waktu untuk
mencapai konsentrasi pikiran. Sampai Anda merasa puas, anda boleh melanjutkan
meditasi. Jikalau Anda adalah seorang pecandu alkohol atau pecandu obat bius,
Anda harus menghentikan penelanan obat-obat dan alkohol ini paling sedikit tiga
hari sebelum meditasi.
Renungkan secara mendalam atau dalam keheningan kalimat ini
tujuh kali atau lebih: “Alkohol dan obat bius adalah merusak dan berbahaya bagi
kesehatan pikiran. Sekarang keinginan dan perbudakanku terhadapnya dengan cepat
diturunkan dan secara berangsur-angsur dihilangkan. Aku akan tumbuh sebagai
manusia dengan kemauan keras. Sekarang aku dapat menghentikannya sama sekali.
Ini adalah kemenanganku “.
[
Naskah asli: Religion and Drug abused, diterjemahkan oleh Edi Wijaya. Dikutip
dari Majalah Dharma Prabha]
0 komentar:
Posting Komentar