Makalah Bimbingan dan Konseling
Oleh: Putradi
Npm: 11110139
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam menjalani kehidupan tentu seorang manusia
akan mengalami banyak permasalahan, baik itu maslah dalam rumah tangga, sesama
teman, anak dan orang tua maupun dengan pasangan sendiri. Dalam memecahkan
suatu permasalahan tentu kita membutuhkan seseoranf untuk membantu kita agar
masalah yang kita hadapi tersebut atau dengan kata lain kita membutuhkan
seorang konselor untuk mengkonseli kita. Client
Centered Counseling disini
dicetuskan pertama kali oleh Carl Rogers (1902-1987). Rogers meminimalkan
pengarahannya dan membantu klien memperjelas mengenai persepsi mereka mengenai
diri sendiri. Rogers meneliti tentang persepsi klien terhadap Self-aktual dan
Self-idealnya. Reflection of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis
dalam memposisikan dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih
mengenal dirinya, menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan
keadaannya sekarang.
Mula-mula corak konseling ini
disebut Konseling Nondirektif untuk membedakannya dari corak konseling yang
mengandung banyak pengarahan dan control terhadap proses konseling, seperti
dalam Klinikal dan Psikoanalisis. Kemudian mulai digunakan nama Client Centered Counseling
Pendekatan ini menaruh
kepercayaan bahwa client memiliki kesanggupan untuk memecahkan masalahnya
sendiri. Hubungan konselor dan client merupakan alat untuk meningkatkan
kesadaran dan menemukan sumber-sumber yang terpendam yang kemudian membangun
konstruksi dalam pengubahan hidupnya. Dalam hal ini konselor lebih terfokus
pada potensi apa yang dapat dimanfaatkan yang dimiliki oleh seorang konseli.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat
ditarik permasalahan yaitu: Client
Centered Counseling ini menaruh
kepercayaan kepada client bahawa pmereka memiliki kesanggupan untuk memecahkan
masalahnya sendiri dan tidak bergantung sepenuhnya kepada konselor.
C. Tujuan
Makalah ini dibuat guna memenuhi tuga mata kulyah
“Bimbingan Konseling 2” dan untuk menambah wawasan kita mengenai Client
Centered Counseling itu pelayanan yang seperti apa. Hala ini penting untuk kita
ketahui karena nanti kita akan berhubungan langsung dengan makalah ini.
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah
ini, tentunya dapat memberikan pengarahan dan tuntunan yang sangat lengkap dan
intensif tentang Client Centered
Counseling serta dapat menambah wawasan dan pola pikir para pembaca
khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi STIAB Jinarakkhita dalam menganalisis dan
memecahkan suatu permasalahan yang ditemukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Dasar Client Centered Counseling
Terapi Client-Centered atau Person-Centered di
cetuskan oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987) dengan sebutan nondirective
counseling. Rogers (sebagai terapis) meminimalkan pengarahannya dan
membantu kliennya memperjelas persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers
meneliti tentang persepsi klien terhadap self-aktual dan self-idealnya. Reflection
of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam memposisikan
dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya,
menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang.
Konsep dasar dari Client Centered Counseling adalah bahwa
individu memiliki kecendrungan untuk mengakulatisasikan diri yang berfungsi
satu sama lain dalam sebuah organisme. Para konselor lebih terfokus pada potensi
apa yang dapat dimanfaatkan. Didalam terapi, terdapat dua kondisi inti: Congruence dan Unconditional positive re-gard. Congruence merujuk pada pada
bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar klien
sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Unconditional
positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya,
dimana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan dan
lakukan.
Disamping itu terdapat juga sejumlah konsep dasar dari sisi
klien, yakni self-consep, locus of
evalution, dan experiencing
self-consep merujuk pada bagaimana klien memandang, memikirkan, menghargai
diri sendiri. Locus of evaluation
merujuk dari sudut pandang mana klien menilai diri. Orang yang bermasalah akan
terlalu menilai diri mereka berdasar persepsi orang lain (eksterna). Experiencing adalah proses dimana klien
mengubah pola pandangnya, dari yang kaku dan terbatas menjadi lebih terbuka.
Didalam pendekatan ini konselor berkonsentrasi untuk
menunjukkan empati dengan klien, tidak memberi interpretasi sebelumnya terhadap
permasalahan klien, tidak memberikan nasehat langsung, tidak membimbing apa
yang klien kemukakan, tidak memberikan apa yang klien katakana. Fokusnya adalah
untuk memberikan bantuan kepada klien untuk menjernihkan atau memperjelas
pikirannnya sehingga mereka dapat mengatasi problemnya.
Ada beberapa konsep-konsep kepribadian yang dikemukakan oleh
Rogers yaitu:
1. Pengalaman, yakni alam subjektif
dari individual, dimana hanya individu spesifik yang benar-benar memahami alam
subjektif dirinya sendiri.
2. Realitas yaitu persepi individual
terhadap lingkungan sekitarnya yang subjektif, dimana perubahan terhadap
persepsi akan mempengaruhi pandangn individu terhadap dirinya.
3. Kecendrungan individu untuk bereaksi
sebagai keseluruhan yang beraturan, dimana individu cenderung bereaksi terhadap
apa yang penting bagi bagi mereka.
4. Kecendrungan individu untuk
melakukan aktualisasi, dimana individu pada dasarnya memiliki kecendrungan
untuk menunjukkan potensi diri mereka, bahkan meskipun apa yang mereka lakukan
dan pikirkan irasional.
5. Kerangka acuan internal yakni
bagaimana individu memandang dunia dengan cara unik mereka sendiri.
6. Self
atau diri yakni bagaimana individu memandang secara
keseluruhan hubungan aku dan diriku, dan bagaimana hubungan keduanya dengan
lingkungan
7. Simbolisasi, dimana individu menjadi
sadar dengan pengalamannya, dan simbolisasi itu seringkali muncul secara
konsisten dengan konsep diri.
8. Penyesuaian psikologi, dimana
keberadaan congruence antara konsep
diri dan persepsi individu akan menjadikan individu dapat melakukan peyesuaian
psikologis dan sebaliknya.
9. proses penilaian organis, dimana
individu membuat penilaian pribadi berdasarkan nilai yang dianutnya
10. Orang yang berfungsi sepenuhnya, dimana
orang-orang yang seperti ini adalah mereka yang mampu merasakan pengalamannya,
terbuka terhadap pengalaman, dan tidak takut akan apa yang mereka sedang dan
mungkin alami.
Corak konseling ini berpijak pada beberapa
keyakinan dasar tentang martabat manusia dan hakekat kehidupan manusia.
Keyakinan-keyakinan ini untuk sebagian bersifat falsafah dan untuk sebagian
bersifat psikologis, sebagai berikut:
1.
Setiap
manusia berhak mempunyai setumpuk pandangan sendiri dan menentukan haluan
hidupnya sendiri, serta bebas untuk menegjar kepentingannya sendiri selama
tidak melanggar hak-hak orang lain. Kehidupan masyarakat akan berkembang bila
setiap warga masyarakat didorong dan dibantu untuk mengembangkan diri sebagai
pribadi yang mandiri dan mampu mengatur kehidupannya sendiri.Inipun berarti
bahwa masing-masing orang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengaturan
hidupnya dalam lingkungan masyarakat tertentu.
2.
Manusia
pada dasarnya berahlak baik, dapat diandalkan, dapat diberi kepercayaan,
cenderung bertindak secara konstruktif. Naluri manusia berkeinginan baik, bagi
dirinya sendiri dan bagi orang lain. Rogers berpandangan optimis terhadap daya
kemampuan yang terkandung dalam batin manusia. Kalau manusia bertindak dengan
cara yang tidak baik, seperti menipu, mencelakakan orang lain karena benci, dan
berbuat sadis, itu karena usaha membela diri yang telah menjauhkan seseorang
dari nalurinya yang paling dasar. Bilamana orang dapat menemukan kembali
nalurinya yang asli, usaha membela diri akan berkurang dan seluruh tindakannya
akan lebih konstruktif.
3.
Manusia
seperti mahkluk-mahkluk hidup yang lain, membawa dalam dirinya sendiri
kemampuan, dorongan dan kecendrungan untuk mengembangkan diri sendiri
semaksimal mungkin. Arah hidup yang dikejar seseorang bercorak sedemikian rupa
sehingga orang berkembang menikmati kesehatan mental yang baik, dapat membawa
diri kedalam masyarakat secara memuaskan, merealisasikan segala potensi yang
cenderung itu disebut actualizing
tendency dan merupakan kekuatan motivasional yang utama dan paling dasar,
yang menggerakkan individu untuk mengejar kemandirian dalam hidupnya, tanpa
menggantungkan diri kepada orang lain dan mau diatur serta dikontrol oleh orang
lain.kemampuan, dorongan, serta kecendrungan serta itu akan tampak dan
beroprasi sepenuhnya bila tercipta kondisi psikologis positif, misalnya selama
proses konseling. Peranan konselor yang pokok ialah menciptakan segala kondisi yang memungkinkan
kemampuan dan kecendrungan itu untuk menampilkan diri.
4.
Cara
berprilaku seseorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang
dihadapinya, selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri
dan keadaan yang dihadapi. Pandangan subjektif ini mendasari tingkah laku
manusia karena keadaan pada dirinya sendiri dan keadaan dalam lingkungan hidup
diberi makna sesuai dengan penilaiannya sendiri. Dengan kata lain keadaan
tertentu yang secara objektif mungkin sama bagi dua orang, akan dihayati dengan
caranya sendiri, sehingga menjadi situasi yang berbeda. Setiap manusia
membangun satu dunia subjektif, yaitu alam pikiran perasaan, kebutuhan, dan
keinginan sendiri yang khas, dan hanya dia sendirilah yang dapat menghayati.
Berdasarkan dunia subyektif ini manusia menghadapi dunia disekelilingnya dan
dirinya sendiri. Penghayatan dan kesadaran akan dirinya sendiri dengan semua
perasaan, pandangan, dan ingatan membentuk apa yang disebut konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki
individu tentang diri sendiri bersama dengan evaluasi terhadap gambaran itu.
Gambaran diri itu terdiri atas beberapa unsure, seperti pandangan tentang
cirri-ciri kepribadian sendiri, tentang hubungan sosialnya dengan orang lain,
tentang cita-cita yang ingin dikejar, tentang penghargaan atu celaan yang patut
diberikan kepada diri sendiri. Maka dibentuk gambaran mengenai “siapa saya ini, menurut pandangan saya, saya
bercita-cita menjadi orang yang bagaimana, saya seharusnya menjadi oprang yang
bagaimana.” Misalnya seorang akan dirinya sebagai pria, suami yang
mempunyai istri dan anak, atau dosen yang mengajar diperguruan tinggi yang
cukup pandai dan sabar terhadap mahasiswa. Dia memandang dirinya sebagai suami
yang setia terhadap keluarganya dan tugasnya sebagai tenaga edukatif. Namun
pada kenyataan dia agak sering bertindak lain dengan kurang menunjukkan
kesetiaan pada keluarga dan mahasiswa
5. Seseorang akan menghadapai
persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul
konflik dan pertentangan. Berbagai pengalaman hidup menyadarkan seseorang akan
keadaan dirinya yang tidak selaras itu, kalau keseluruhan pengalaman nyata itu
sungguh diakui dan tidak disangkal.
Selama
proses konseling semua pengalaman nyata dalam bergaul dengan orang lain dan
dalam dirinya dibiarkan muncul dan disadari sepenuhnya, sehingga dapat diberi
tempat dalam keseluruhan konsep diri. Kesenjangan dan pertentangan antara semua
unsure dalam konsep diri itu mulai tampak, sehingga akhirnya dapat lebih
diintegrasikan satu sama lain. Perubahan yang dituju ialah perubahan dalam
konsep diri, supaya lebih sesuai dengan pengalaman nyata yang dihadapi.konseli
dianggap mampu mencapai perubahan itu, bahkan cenderung untuk mengusahakannya
karena dorongan naluri untuk mencari perkembangan diri yang optimal dan
maksimal. Pada dasarnya konseli berakhlak baik dan cenderung bertindak
konstruktif. Semua itu akan muncul lama-kelamaan dengan sendirinya dan membawa
konseli ke penyelesaian masalah yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan
bagi orang lain.
Konselor
tidak mencoba untuk mengadakan diagnosis, yaitu mencari sebab-musabab dalam
sejarah hidupsehingga mulai tampaklah suatu hubungan sebab akibat. Tugas
konselor adalah membantu konseli mengakui dan mengungkapkan seluruh perasaan
yang dialami sekarang ini serta menghayatinya, dengan harapn bahwa konseli pada
suatu ketika akan meninjau segala perasaan ini secara lebih obyektif, dengan
mengambil jarak dari dirinya sendiri.
B. Teknik-Teknik
Client Centered Counseling
Untuk memudahkan dan memperlancar proses yang berlangsung
dalam diri konseli, konselor menciptakan beberapa kondisi yang mendukung. Kalau
semua kondisi tertentu terpenuhi, maka akan berlangsung suatu proses dalam diri
konseli yang akan menghasilkan perubahan dalam konsep diri dan dalam tingkah
laku . dipihak konselor, kondisi-kondisi itu adalah:
1.
Menunjukkan
penerimaan dan penghargaan tanpa syarat
2.
Pemahaman
terhadap apa yang diungkapkan konseli sesuai dengan kerangka acuan
konselisendiri
3.
Seolah-olah
konselor mengenakan kepribadian konseli
4. Penerimaan, penghargaan dan
pemahaman itu dapat dikomunikasikan kepada konseli dalam suasana interaksi pribadi
yang mendalam.
Dengan
cara yang diatas maka konseli akan merasakan sungguh-sungguh ada kejujuran,
keiklasan, dan keterbukaan mengenai apa yang dihayati oleh konselor sendiri
tentang konseli. Menurut pandangan Rogers, kondisi-kondisi ini diperlukan dan
sekaligus mencukupi untuk menjamin keberhasilan proses konseling. Oleh karena
itu hubungan antar pribadi antara
konselor dan kondisi yang saling berkomunikasi menjadi kunci sukses atau
gagalnya proses dan wawancara konseling.
Kalau
digunakan istilah teknik konseling, inilah teknik yang digunakan oleh konselor,
yaitu menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala
kondisi yang disebutkan diatas. Dengan menjadi seorang pendengar yang sabar dan
peka, yang meyakinkan konseli dia diterima dan dipahami, konselor memungkinkan
konseli untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secra jujur, lebih memahami
diri sendiri dan mengmbangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan
prilakunya.
Rogers
juga mengemukakan teknik konseling yang berkisar antara lainpada penerimaan
pernyataan dan komunikasi, kemudian menghargai orang lain, dan memahami klien.
Karena itu dalam konseling Rogers ini juga diutamakan sifat-sifat konselor
sebgai berikut:
1.
Acceptance,
artinya konselor menerima klien sebagai mana adanya dengan segala masalahnya
2.
Congruence,
artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai dengan kata dan perbuatan
dan konsisten
3.
Understanding,
artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia
klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klient tersebut
4. Non judgemental, artinya tidak
member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
Jelaslah
kiranya, bahwa peranan konselor yang demikian bukanlah peranan yang bercorak
pasif, melainkan peranan yang sangat aktif, meskipun konselor tidak memberikan
pengarahan seperti dalam pendekatan konseling yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Ketika seseorang menghadapi
sebuah masalah pasti aka nada jalan untuk mnyelesaikan masalah tersebut, baik
diselesaikan dengan cara sendiri maupun diselesaikan melalui suatu bimbingan.
Suatu bimbingan sangat perlu bagi kita karena itu akan sangat mendukung bagi
kita karena selain menyelesaikan masalah bimbingan konseling juga membantu kita
bagaimana cara kita menghadapi masalah suatu waktu masalah itu datang lagi
kepada kita terutama bimbingan Client Centered Counseling ini.
B. Saran
Penyusun mengharapkan dalam
penyusunan makalah bimbingan konseling ini para mahasiswa dapat memahami serta
menganalisis sebuah bimbingan konseling. Dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Aqib,
Zainal (2013). Konseling Kesehatan
Mental. Bandung: penerbit CV Yrama Widia.
Dhiey
(2011). Pendekatan Client Centered.
Diperoleh dari
Ftheautismo (2013). Pendekatan Client Centered. Diperoleh dari
Winkel,
W.S, Sri Hastuti, M.M. (2010). Bimbingan
dan konseling di institusi pendidikan.
Yogyakarta: penerbit Media Abadi.
Tisnoaji,
Herjuno (2012). Client centered
counseling. Diperoleh dari
http://herjuno-tisnoaji.blog.ugm.ac.id/2012/03/15/client-centered-therapy/
0 komentar:
Posting Komentar