Pages

Rabu, 16 April 2014

Makalah Bimbingan dan Konseling

Makalah Bimbingan dan Konseling

Oleh: Putradi
Npm: 11110139
 
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam  menjalani kehidupan tentu seorang manusia akan mengalami banyak permasalahan, baik itu maslah dalam rumah tangga, sesama teman, anak dan orang tua maupun dengan pasangan sendiri. Dalam memecahkan suatu permasalahan tentu kita membutuhkan seseoranf untuk membantu kita agar masalah yang kita hadapi tersebut atau dengan kata lain kita membutuhkan seorang konselor untuk mengkonseli kita. Client Centered Counseling  disini dicetuskan pertama kali oleh Carl Rogers (1902-1987). Rogers meminimalkan pengarahannya dan membantu klien memperjelas mengenai persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers meneliti tentang persepsi klien terhadap Self-aktual dan Self-idealnya. Reflection of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam memposisikan dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya, menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang.

Mula-mula corak konseling ini disebut Konseling Nondirektif  untuk membedakannya dari corak konseling yang mengandung banyak pengarahan dan control terhadap proses konseling, seperti dalam Klinikal dan Psikoanalisis. Kemudian mulai digunakan nama Client Centered Counseling  
Pendekatan ini menaruh kepercayaan bahwa client memiliki kesanggupan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Hubungan konselor dan client merupakan alat untuk meningkatkan kesadaran dan menemukan sumber-sumber yang terpendam yang kemudian membangun konstruksi dalam pengubahan hidupnya. Dalam hal ini konselor lebih terfokus pada potensi apa yang dapat dimanfaatkan yang dimiliki oleh seorang konseli.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik permasalahan yaitu: Client Centered Counseling ini menaruh kepercayaan kepada client bahawa pmereka memiliki kesanggupan untuk memecahkan masalahnya sendiri dan tidak bergantung sepenuhnya kepada konselor.
C.     Tujuan
Makalah ini  dibuat guna memenuhi tuga mata kulyah “Bimbingan Konseling 2” dan untuk menambah wawasan kita mengenai Client Centered Counseling itu pelayanan yang seperti apa. Hala ini penting untuk kita ketahui karena nanti kita akan berhubungan langsung dengan makalah ini.
D.     Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini, tentunya dapat memberikan pengarahan dan tuntunan yang sangat lengkap dan intensif tentang Client Centered Counseling serta dapat menambah wawasan dan pola pikir para pembaca khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi STIAB Jinarakkhita dalam menganalisis dan memecahkan suatu permasalahan yang ditemukan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep Dasar Client Centered Counseling
Terapi Client-Centered atau Person-Centered di cetuskan oleh Carl Ransom Rogers (1902-1987) dengan sebutan nondirective counseling. Rogers (sebagai terapis) meminimalkan pengarahannya dan membantu kliennya memperjelas persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers meneliti tentang persepsi klien terhadap self-aktual dan self-idealnya. Reflection of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam  memposisikan dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya, menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang.
 Konsep dasar dari Client Centered Counseling adalah bahwa individu memiliki kecendrungan untuk mengakulatisasikan diri yang berfungsi satu sama lain dalam sebuah organisme. Para konselor lebih terfokus pada potensi apa yang dapat dimanfaatkan. Didalam terapi, terdapat dua kondisi inti: Congruence dan Unconditional positive re-gard. Congruence merujuk pada pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Unconditional positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, dimana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan dan lakukan.
Disamping itu terdapat juga sejumlah konsep dasar dari sisi klien, yakni self-consep, locus of evalution, dan experiencing self-consep merujuk pada bagaimana klien memandang, memikirkan, menghargai diri sendiri. Locus of evaluation merujuk dari sudut pandang mana klien menilai diri. Orang yang bermasalah akan terlalu menilai diri mereka berdasar persepsi orang lain (eksterna). Experiencing adalah proses dimana klien mengubah pola pandangnya, dari yang kaku dan terbatas menjadi lebih terbuka.
Didalam pendekatan ini konselor berkonsentrasi untuk menunjukkan empati dengan klien, tidak memberi interpretasi sebelumnya terhadap permasalahan klien, tidak memberikan nasehat langsung, tidak membimbing apa yang klien kemukakan, tidak memberikan apa yang klien katakana. Fokusnya adalah untuk memberikan bantuan kepada klien untuk menjernihkan atau memperjelas pikirannnya sehingga mereka dapat mengatasi problemnya.
Ada beberapa konsep-konsep kepribadian yang dikemukakan oleh Rogers yaitu:
1.      Pengalaman, yakni alam subjektif dari individual, dimana hanya individu spesifik yang benar-benar memahami alam subjektif dirinya sendiri.
2.      Realitas yaitu persepi individual terhadap lingkungan sekitarnya yang subjektif, dimana perubahan terhadap persepsi akan mempengaruhi pandangn individu terhadap dirinya.
3.      Kecendrungan individu untuk bereaksi sebagai keseluruhan yang beraturan, dimana individu cenderung bereaksi terhadap apa yang penting bagi bagi mereka.
4.      Kecendrungan individu untuk melakukan aktualisasi, dimana individu pada dasarnya memiliki kecendrungan untuk menunjukkan potensi diri mereka, bahkan meskipun apa yang mereka lakukan dan pikirkan irasional.
5.      Kerangka acuan internal yakni bagaimana individu memandang dunia dengan cara unik mereka sendiri.
6.      Self  atau diri yakni bagaimana individu memandang secara keseluruhan hubungan aku dan diriku, dan bagaimana hubungan keduanya dengan lingkungan
7.      Simbolisasi, dimana individu menjadi sadar dengan pengalamannya, dan simbolisasi itu seringkali muncul secara konsisten dengan konsep diri.
8.      Penyesuaian psikologi, dimana keberadaan congruence antara konsep diri dan persepsi individu akan menjadikan individu dapat melakukan peyesuaian psikologis dan sebaliknya.
9.      proses penilaian organis, dimana individu membuat penilaian pribadi berdasarkan nilai yang dianutnya
10.  Orang yang berfungsi sepenuhnya, dimana orang-orang yang seperti ini adalah mereka yang mampu merasakan pengalamannya, terbuka terhadap pengalaman, dan tidak takut akan apa yang mereka sedang dan mungkin alami.
 Corak konseling ini berpijak pada beberapa keyakinan dasar tentang martabat manusia dan hakekat kehidupan manusia. Keyakinan-keyakinan ini untuk sebagian bersifat falsafah dan untuk sebagian bersifat psikologis, sebagai berikut:
1.      Setiap manusia berhak mempunyai setumpuk pandangan sendiri dan menentukan haluan hidupnya sendiri, serta bebas untuk menegjar kepentingannya sendiri selama tidak melanggar hak-hak orang lain. Kehidupan masyarakat akan berkembang bila setiap warga masyarakat didorong dan dibantu untuk mengembangkan diri sebagai pribadi yang mandiri dan mampu mengatur kehidupannya sendiri.Inipun berarti bahwa masing-masing orang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pengaturan hidupnya dalam lingkungan masyarakat tertentu.
2.      Manusia pada dasarnya berahlak baik, dapat diandalkan, dapat diberi kepercayaan, cenderung bertindak secara konstruktif. Naluri manusia berkeinginan baik, bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Rogers berpandangan optimis terhadap daya kemampuan yang terkandung dalam batin manusia. Kalau manusia bertindak dengan cara yang tidak baik, seperti menipu, mencelakakan orang lain karena benci, dan berbuat sadis, itu karena usaha membela diri yang telah menjauhkan seseorang dari nalurinya yang paling dasar. Bilamana orang dapat menemukan kembali nalurinya yang asli, usaha membela diri akan berkurang dan seluruh tindakannya akan lebih konstruktif.
3.      Manusia seperti mahkluk-mahkluk hidup yang lain, membawa dalam dirinya sendiri kemampuan, dorongan dan kecendrungan untuk mengembangkan diri sendiri semaksimal mungkin. Arah hidup yang dikejar seseorang bercorak sedemikian rupa sehingga orang berkembang menikmati kesehatan mental yang baik, dapat membawa diri kedalam masyarakat secara memuaskan, merealisasikan segala potensi yang cenderung itu disebut actualizing tendency dan merupakan kekuatan motivasional yang utama dan paling dasar, yang menggerakkan individu untuk mengejar kemandirian dalam hidupnya, tanpa menggantungkan diri kepada orang lain dan mau diatur serta dikontrol oleh orang lain.kemampuan, dorongan, serta kecendrungan serta itu akan tampak dan beroprasi sepenuhnya bila tercipta kondisi psikologis positif, misalnya selama proses konseling. Peranan konselor yang pokok ialah  menciptakan segala kondisi yang memungkinkan kemampuan dan kecendrungan itu untuk menampilkan diri.
4.      Cara berprilaku seseorang dan cara menyesuaikan dirinya terhadap keadaan hidup yang dihadapinya, selalu sesuai dengan pandangannya sendiri terhadap diri sendiri dan keadaan yang dihadapi. Pandangan subjektif ini mendasari tingkah laku manusia karena keadaan pada dirinya sendiri dan keadaan dalam lingkungan hidup diberi makna sesuai dengan penilaiannya sendiri. Dengan kata lain keadaan tertentu yang secara objektif mungkin sama bagi dua orang, akan dihayati dengan caranya sendiri, sehingga menjadi situasi yang berbeda. Setiap manusia membangun satu dunia subjektif, yaitu alam pikiran perasaan, kebutuhan, dan keinginan sendiri yang khas, dan hanya dia sendirilah yang dapat menghayati. Berdasarkan dunia subyektif ini manusia menghadapi dunia disekelilingnya dan dirinya sendiri. Penghayatan dan kesadaran akan dirinya sendiri dengan semua perasaan, pandangan, dan ingatan membentuk apa yang disebut konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki individu tentang diri sendiri bersama dengan evaluasi terhadap gambaran itu. Gambaran diri itu terdiri atas beberapa unsure, seperti pandangan tentang cirri-ciri kepribadian sendiri, tentang hubungan sosialnya dengan orang lain, tentang cita-cita yang ingin dikejar, tentang penghargaan atu celaan yang patut diberikan kepada diri sendiri. Maka dibentuk gambaran mengenai “siapa saya ini, menurut pandangan saya, saya bercita-cita menjadi orang yang bagaimana, saya seharusnya menjadi oprang yang bagaimana.” Misalnya seorang akan dirinya sebagai pria, suami yang mempunyai istri dan anak, atau dosen yang mengajar diperguruan tinggi yang cukup pandai dan sabar terhadap mahasiswa. Dia memandang dirinya sebagai suami yang setia terhadap keluarganya dan tugasnya sebagai tenaga edukatif. Namun pada kenyataan dia agak sering bertindak lain dengan kurang menunjukkan kesetiaan pada keluarga dan mahasiswa
5.      Seseorang akan menghadapai persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul konflik dan pertentangan. Berbagai pengalaman hidup menyadarkan seseorang akan keadaan dirinya yang tidak selaras itu, kalau keseluruhan pengalaman nyata itu sungguh diakui dan tidak disangkal.
Selama proses konseling semua pengalaman nyata dalam bergaul dengan orang lain dan dalam dirinya dibiarkan muncul dan disadari sepenuhnya, sehingga dapat diberi tempat dalam keseluruhan konsep diri. Kesenjangan dan pertentangan antara semua unsure dalam konsep diri itu mulai tampak, sehingga akhirnya dapat lebih diintegrasikan satu sama lain. Perubahan yang dituju ialah perubahan dalam konsep diri, supaya lebih sesuai dengan pengalaman nyata yang dihadapi.konseli dianggap mampu mencapai perubahan itu, bahkan cenderung untuk mengusahakannya karena dorongan naluri untuk mencari perkembangan diri yang optimal dan maksimal. Pada dasarnya konseli berakhlak baik dan cenderung bertindak konstruktif. Semua itu akan muncul lama-kelamaan dengan sendirinya dan membawa konseli ke penyelesaian masalah yang menguntungkan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Konselor tidak mencoba untuk mengadakan diagnosis, yaitu mencari sebab-musabab dalam sejarah hidupsehingga mulai tampaklah suatu hubungan sebab akibat. Tugas konselor adalah membantu konseli mengakui dan mengungkapkan seluruh perasaan yang dialami sekarang ini serta menghayatinya, dengan harapn bahwa konseli pada suatu ketika akan meninjau segala perasaan ini secara lebih obyektif, dengan mengambil jarak dari dirinya sendiri.

B.     Teknik-Teknik Client Centered Counseling
Untuk memudahkan  dan memperlancar proses yang berlangsung dalam diri konseli, konselor menciptakan beberapa kondisi yang mendukung. Kalau semua kondisi tertentu terpenuhi, maka akan berlangsung suatu proses dalam diri konseli yang akan menghasilkan perubahan dalam konsep diri dan dalam tingkah laku . dipihak konselor, kondisi-kondisi itu adalah:
1.      Menunjukkan penerimaan dan penghargaan tanpa syarat
2.      Pemahaman terhadap apa yang diungkapkan konseli sesuai dengan kerangka acuan konselisendiri
3.      Seolah-olah konselor mengenakan kepribadian konseli
4.      Penerimaan, penghargaan dan pemahaman itu dapat dikomunikasikan kepada konseli dalam suasana interaksi pribadi yang mendalam.
Dengan cara yang diatas maka konseli akan merasakan sungguh-sungguh ada kejujuran, keiklasan, dan keterbukaan mengenai apa yang dihayati oleh konselor sendiri tentang konseli. Menurut pandangan Rogers, kondisi-kondisi ini diperlukan dan sekaligus mencukupi untuk menjamin keberhasilan proses konseling. Oleh karena itu hubungan antar pribadi  antara konselor dan kondisi yang saling berkomunikasi menjadi kunci sukses atau gagalnya proses dan wawancara konseling.
Kalau digunakan istilah teknik konseling, inilah teknik yang digunakan oleh konselor, yaitu menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi yang disebutkan diatas. Dengan menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka, yang meyakinkan konseli dia diterima dan dipahami, konselor memungkinkan konseli untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secra jujur, lebih memahami diri sendiri dan mengmbangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan prilakunya.
Rogers juga mengemukakan teknik konseling yang berkisar antara lainpada penerimaan pernyataan dan komunikasi, kemudian menghargai orang lain, dan memahami klien. Karena itu dalam konseling Rogers ini juga diutamakan sifat-sifat konselor sebgai berikut:
1.      Acceptance, artinya konselor menerima klien sebagai mana adanya dengan segala masalahnya
2.      Congruence, artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai dengan kata dan perbuatan dan konsisten
3.      Understanding, artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klient tersebut
4.      Non judgemental, artinya tidak member penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
Jelaslah kiranya, bahwa peranan konselor yang demikian bukanlah peranan yang bercorak pasif, melainkan peranan yang sangat aktif, meskipun konselor tidak memberikan pengarahan seperti dalam pendekatan konseling yang lain.




BAB III
PENUTUP

A.     Simpulan
Ketika seseorang menghadapi sebuah masalah pasti aka nada jalan untuk mnyelesaikan masalah tersebut, baik diselesaikan dengan cara sendiri maupun diselesaikan melalui suatu bimbingan. Suatu bimbingan sangat perlu bagi kita karena itu akan sangat mendukung bagi kita karena selain menyelesaikan masalah bimbingan konseling juga membantu kita bagaimana cara kita menghadapi masalah suatu waktu masalah itu datang lagi kepada kita terutama bimbingan Client Centered Counseling ini.
B.     Saran
Penyusun mengharapkan dalam penyusunan makalah bimbingan konseling ini para mahasiswa dapat memahami serta menganalisis sebuah bimbingan konseling. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.




Daftar Pustaka

Aqib, Zainal (2013). Konseling Kesehatan Mental. Bandung: penerbit CV Yrama Widia.
Dhiey (2011). Pendekatan Client Centered. Diperoleh dari
Ftheautismo (2013). Pendekatan Client Centered. Diperoleh dari
Winkel, W.S, Sri Hastuti, M.M. (2010). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta: penerbit Media Abadi.
Tisnoaji, Herjuno (2012). Client centered counseling. Diperoleh dari
http://herjuno-tisnoaji.blog.ugm.ac.id/2012/03/15/client-centered-therapy/


0 komentar: